Agen Togel Online

agen togel online

CERITA HOT-Tubuh Mulus Cewek Montok

Share it:
Tubuh Mulus Cewek Montok





CERITA HOT-Perawakan Sari kurang lebih tinggi 165 cm, 50 kg dengan kulit putih, rambut hitam lurus sebahu, sama-sama keturunan cina sepertiku juga dan berumur 20 tahun merupakan mahasiswa di sebuah universitas swasta di Bandung, ukuran payudaranya 34B dibalut dengan kaos ketat sungguh ideal.

Kami pun mulai mengobrol panjang di kafe tersebut dan pendek kata kami pun mulai serius tentang hubungan kami yg mungkin lain dari biasanya, yaitu kegiatan BDSM. Kuketahui juga Sari sudah tdk perawan karena pernah ML dengan cowonya yg sekarang tdk tahu ada dimana.

Sari terlihat sedikit nakal dan sesuai harapanku yg sedang mendalami bidang ini. Sari menganjurkan di tempat kosnya, karena katanya dalam 2-3 hari ke depan tdk ada orang lain karena pada mudik liburan. Aku pun setuju dan berjanji besok aku akan langsung datang ke tempat kosnya.

Hari yg telah ditentukan telah datang, aku pergi menuju 711, swalayan dekat kampusku, di sana aku membeli beberapa gulung tali pramuka, jepitan jemuran 1 pack, lilin merah besar yg biasa ada di kuil-kuil 2 buah, dan beberapa minuman. Siaplah aku menuju cafe yg telah ditentukan, aku dengan perlengkapan aku di tas sudah lengkap plus belanjaan tadi.

Meluncurlah aku dengan menggunakan motor bebekku ke tempat kos Sari. Aku mulai memperlahan laju motorku dan melihat alamat yg tertera di HP-ku, setelah beberapa lama kutemukan sebuah rumah tinggal yg dijadikan tempat kos. Aku langsung menelepon Sari agar keluar dari tempat kosnya.

Lalu aku melihat Sari keluar dengan pakaian senam yg masih basah keringat hingga membuatnya makin aduhai.

“Sori gue baru beres joging nih, masuk.., masuk”, kata Sari sambil membukakan gerbang.

Akupun mulai masuk dan celengak-celinguk melihat kos-an yg berisi 4 kamar layaknya rumah tinggal biasa.

“Beneran kaga ada sapa-sapa neh?”, tanyaku.
“Kaga ada, pembokat dah pulang dari tadi, now cuma ada lo ama gue, kapan neh mulainya?”, Jawab Sari.

Aku langsung mengeluarkan tasku dan Sari langsung ikut melihat barang yg kubawa.

“Hehe.. kok gituan aja seh, disini juga ada kaga usah repot-repot”, kata Sari sambil mengeluarkan kotak di kamarnya.
“Pake semua yg lu mau ke gue” jawabnya sambil memberikan kotak tersebut padaku.
“Wahh.., gila lo dapat dari mana semua alat ini?”, tanyaku karena baru kali ini aku melihat alat-alat penyiksaan yg biasanya hanya aku liat di internet.
“Jangan rewel, cepetan donk gue dah ga sabar lu bisa apa aja”, jawabnya.

Tanpa menjawab karena aku masih keasyikan melihat “barang-barang” yg sebagian masih tdk kuketahui fungsinya.

“OK., siplah ayo kita mulai”, jawabku.

Permainan dimulai, Sari hanya duduk melihatku meninjau tempat yg ingin aku gunakan.

“Sini lo, gue dapat tempat yg enak buat nyiksa lo”, kataku sambil tersenyum melihat lapangan basket dengan 1 tiang dengan luas 4×5 meter di ruangan tertutup belakang kos.

Aku mulai mengambil bambu bulat berukuran 1 1/2 meter dengan diameter 10 cm dan mengikat tangan Sari bersama bambu tersebut. Hasilnya tangan Sari terentang ke arah berlawanan seperti orang yg disalib. Belum puas dengan itu aku mengikat “shibari”, sehingga payudaranya tampak menonjol.

Sari merasa kesakitan terlihat dari wajahnya yg mulai merah, tapi saat kutanyakan Sari menjawab

“Lanjutin aja gue nikmatin kok, jangan sungkan-sungkan gue kaga marah gue hepi kok” sambil tersenyum.

Akupun tdk tanggung-tanggung lagi langsung mengambil sepatu hak tinggi merahnya sekitar 10 cm, penjepit yg telah kubeli, ball gag di kotak Sari, dan sun block untuk kuoleskan pada kulit Sari karena rencanaku akan kujemur Sari di lapangan tersebut dalam waktu cukup lama, matahari masih cukup terik meskipun jam sudah menunjukan pukul 4 sore.

Setelah kuoleskan pada sekujur tubuhnya, aku memasangkan ball gag ke mulutnya.

Aku yakin Sari tdk akan bisa bersuara lagi. Kemudian sepatu tingginya untuk memberikan efek pegal dan kejang, aku mulai membuat simpul di bambu yg menempel di punggung Sari untuk digantung di tiang ring. Akhirnya Sari hanya menapak pada hak sepatu yg kecil dengan badan tergantung tanpa daya. Terakhir aku memasangkan penjepit di kedua belah puting, di ketiak, di paha, di perut, di bagian kemaluannya.

“Erghh. Hh.. Hh..”, kudengar erangan Sari tapi tdk kuhiraukan.
“Ok gue tinggal dulu, gue laper mo makan”, kataku dengan senyuman sambil memasangkan 2 jepitan tersisa di daun telinganya, langsung terlihat Sari berusaha melepasnya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tapi percuma karena jepitannya cukup kuat.

Maka tinggalah Sari sendirian, karena aku sudah pergi untuk melihat-lihat “lokasi” berikutnya, lalu aku benar-benar pergi membeli makan tak jauh dari situ ada tempat makan nasi campur yg sudah jadi langgananku meskipun aku tdk kuliah di daerah tersebut.

Tak terasa aku sudah makan dan nonton TV, serasa pemilik rumah tersebut hingga sudah 1 jam lebih aku meninggalkan Sari. Sebenarnya aku bisa saja berbuat jahat, tapi jika aku hanya ingin kesenangan materi, aku sudah berkecukupan .
Kutengok Sari yg sudah bersimbah keringat semua baju senamnya sudah basah. Pertama kulepaas jepitan-jepitan yg terpasang.

“Aarrgg.. Hh..”, desah Sari karena aliran darahnya berjalan lagi.

Sari terlihat pucat, lemah sekali kehabisan tenaga karena “upacara” tadi. Kulepaskan juga ikatan pada bambu tapi tali shibari yg mengelilingi tubuhnya tak kulepas malah kutekukkan pergelangan tangan Sari ke bagian belakang dan kuikat, dadanya makin menonjol.

Sebenarnya aku cukup prihatin karena walau tak kuikatpun Sari sudah pasrah dan tdk akan kabur.

Aku tanya padanya,

“Lo masih kuat gak?”, sambil kulepas ball gag yg menyisakan garis merah di pipinya.
“Gak papa kok gue cuma cape aja”, jawabnya sambil tersenyum kecil.

Kemudian kupapah dirinya ke kamarnya lalu kusuapi makan dan minum dengan kondisi tangan masih terikat.

“Sudah siap untuk selanjutnya?”, tanyaku setelah memberinya waktu istirahat setengah jam yg Sari lewatkan untuk rebahan di tempat tidurnya.
“Ok”, jawabnya lemah.

Lalu akupun mulai membuka semua ikatan yg ada di tubuh Sari. Meskipun aku sudah tdk tahan ingin ML dengan Sari aku masih kasihan melihat keadannya. Akupun memandikannya sambil meraba-raba sekujur tubuhnya dan membincangkan apa yg diinginkan Sari untuk permainan berikutnya.

Jam telah menunjukkan pukul 7 malam saat aku mengajak Sari makan keluar, Saripun menyetujuinya dan Sari tdk kuperbolehkan memakai pakaian dalam baik bra ataupun CD, sebelum Sari menjawab, aku sudah memainkan lidahku di puting susunya yg mulai menegak dan terdengar desahan Sari.

“Lo boleh ikut tapi kukenakan ini ya”, kataku sambil mengambil rantai kecil dengan jepitan berskrup di kotak peralatan BDSM Sari.

Kukenakan di sebelah putingnya yg telah menonjol lama, lalu kukencangkan skrupnya sehingga aku yakin tdk akan lepas, tdk hanya itu, aku juga mulai foreplay di selangkangan Sari dengan lidah hingga cukup membuat Sari terangsang dan hampir orgasme karena kumainkan jemariku juga di kemaluannya. Aku berhenti tapi Sari merengek dan kukatakan agar bersabar, sambil tersenyum dan mengambil dildo berbentuk kapsul yg biasa ada di film jepang dengan kekuatan 2 batere kecil.

“Gue pakein ini juga OK”, ujarku sambil memasukkan dildo itu dalam memeknya yg sudah basah sehingga mudah dimasuki.

Terakhir kuambil tali dan merapatkan Sari dan mengikat paha atasnya sehingga mainanku akan tetap berada di dalam kemaluan Sari. Aku lalu mengambil rok hitam ketat sebatas lutut untuk menutupi badan bawah Sari, aku tertawa kecil ketika aku menyuruh Sari berjalan bak artis melenggok di cat walk, karena Sari harus menyilangkan kakinya akibat ikatan tadi.

“Sip.. Deh OK kita pergi”, ajakku sambil kukenakan jaket bulu untuk menutupi badan Sari yg hanya dihiasi rantai.

Kami keluar dengan motorku. Sebelum berjalan, aku menyalakan switch on pada mainan yg “tertanam” tadi sehingga bergetar dan membuat Sari kehilangan tenaga. Di sepanjang jalan Sari memelukku dengan tangan yg tdk berhenti meremas-remas jaket aku.

“Dah mulai basah ya? Ga tahan ya?”, godaku. Sari tdk menjawab.

Tak lama kemudian kami berhenti di tukang jagung bakar di daerah Dago dan memesan makanan dan minuman. Kulihat Sari agak salah tingkah dan seperti maling takut ketahuan polisi, banyak gerakannya yg tdk lazim dan aku mengingatkannya sambil memeluknya.

“Anter gue beli pulsa ya di BEC”, suatu tempat elektronik di Bandung, pintaku.

Sari hanya mengiyakan dan aku sengaja membawa jalan-jalan karena aku tahu bahwa semakin banyak gerakan maka Sari makin terangsang jadinya. Sari berusaha bertindak sebiasa mungkin. Perlu diketahui pacarku masih pulang kampung dan aku sudah biasa jalan dengan cewe-cewe sehingga tdk takut kalau kepergok teman. Saripun karena baru masuk kuliah dia belum punya banyak teman dan dia bukan asli orang Bandung.

Pendek cerita kami berdua sudah sampai di tempat kos Sari lagi dan aku segera membuka jepitan di putingnya dan mengeluarkan dildo yg sudah basah. Kami berdua tdk tahan lagi hingga langsung saja kami melakukan ML dan setelah setengah jam aku mengeluarkan sperma di kondom, Kemudian dilepasnya kondom tersebut dan kusuruh Sari yg sudah terkulai lemas mengisap-isap kemaluanku.

“Aarrgg.. ngghh”, erangku keenakan karena baru pertama kali mengalaminya, biasanya hanya “ngocok” di kamar .

Aku menggapai tasku dan kuambil lilin yg tadi kubeli, dan menanyakan..

“Pake ini kuat gak?”
“Boleh dicoba tuch”, jawabnya dengan nada menantang hingga cukup membuatku bersemangat kembali.

Tanpa ragu aku kembali dengan membawa tambang berwarna merah, dan mulai dengan mengikat kedua tangan Sari di belakang punggungnya hingga ke siku, terus ke depan tubuh hingga membentuk “breast-bondage” yg ketat. Lalu kurebahkan Sari menungging di lantai, dan siksaan dimulai dengan mencambuki Sari dengan cambuk kulit, tapi tdk terlalu keras dan hanya bertujuan merangsangnya. Kemudian tubuhnya kubalik telentang. Pergelangan kaki kirinya diikat menyatu dengan pangkal paha, yg kemudian ditambatkan ke pinggir ruangan, sedangkan ikatan pada pergelangan kaki kanan ditambatkan ke atas, sehingga bagai sedang memamerkan memeknya.

Kembali kucambuki tubuhnya dalam posisi begini. Sari mengerang keras dan meronta-ronta tapi ikatanku cukup kuat untuk dilawan seorang cewe hingga akhirnya Sari hanya bisa pasrah. Selanjutnya tubuh Sari kuikat dengan model “shibari”, di atas bondage-bra, sehingga payudaranya tampak menonjol. Dengan kedua tangannya yg terikat ke belakang, dia hanya bisa pasrah menerima cambukan bertubi-tubi pada kedua payudaranya.

Begitu juga ketika kedua tonjolan itu masing-masing kujepit dengan penjepit jemuran berukuran besar. Kembali ujung-ujung cambuk mendarat ke arah perut dan payudaranya. Sari menjerit-jerit kesakitan, namun aku tetap tdk peduli dan terus mengayunkan cambuk, karena aku yakin dia juga menikmatinya walau sulit dijelaskan dari wajahnya di balik rasa sakitnya.

Kini pada ronde berikutnya aku membaringkan Sari di tengah ruangan, lalu aku berjalan mengitarinya dan mengambil semacam minyak untuk dioleskan ke sepasang payudaranya. Kemudian tetesan-tetesan lilin panas jatuh menimpa puting dan seluruh daerah payudaranya. Tubuhnya meronta-ronta berkelojotan menahan panas dan rasa nyeri. Setelah itu lapisan lilin itu kukelupas sehingga menghasilkan bentuk gundukan menyerupai payudaranya.
Berpacu Ngentot dengan Cewek Cafe

Tak tahan mendengar rintihan dan erangan Sari ditambah melihat gerakan Sari, “adik”-ku bangkit kembali dan kulepaskan ikatan tangan dan kaki Sari lalu kuambil dildo berbentuk kemaluan pria berukuran sedang dan kembali kusuruh Sari untuk menghisap ko0ntol (blow-job) aku.

Sebelumnya aku sudah memasangkan dildo ke anusnya dan kemudian meneteskan lilin panas ke pinggulnya. Rangsangan dildo dan panasnya lilin membuat Sari kian agresif melakukan blow-job nya.

Akhirnya aku mengeluarkan “lahar panas”-ku untuk kedua kalinya. Aku merebahkan Sari di ranjangnya dan tak terasa kami tertidur pulas karena kecapean, untung saja pada saat pulang dari BEC tadi kami sudah mengunci rapat semua pintu dan jendela.

Jam telah menunjukan pukul 5 dini hari. Sari masih tertidur pulas. Aku mengingat kejadian semalam sambil menyiapkan mie instant untuk sarapan pagi lalu setelah siap kubangunkan Sari, lalu kami makan sambil mengobrol di ruang makan.

“Gimana semalem?”, tanyaku.
“Gila lo puting gue masih sakit gara-gara lilin, tanggung jawab lo”, jawabnya sambil tersenyum.

Dari air mukanya aku tahu bahwa Sari menikmatinya. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, lalu aku mengajak Sari mandi bersama tapi tentu saja tak lepas dari aktifitas BDSM kesukaan kami berdua.

Sari mulai kuikat bersujud di kamar mandi dan lalu kusuntikkan cairan ke dalam anusnya dengan menggunakan suntikan besar. Tdk puas dengan suntikan, aku memasukkannya dengan menggunakan selang infus.

Setelah 1 liter air di tabung habis, tabung kembali kuisi penuh dan terus dialirkan memasuki anusnya. Sari menggeliat tanpa daya menahan rasa mual akibat air yg menyesakkan tersebut.

Setelah berliter-liter air memasuki tubuhnya, selang kulepas. Karena sudah penuh, maka air itu memancur kembali keluar dari anusnya. Demikian kulakukan terus berulang-ulang, hingga akhirnya yg keluar bukan lagi hanya air bening, namun sudah bercampur dengan kotorannya. Aku sedikit merasa jijik tapi segera kubersihkan dan kutaruh badan Sari yg masih terikat di dalam bath-tub dan mulai merendamnya. Selama itu aku mandi dan menyiapkan diriku sendiri untuk acara selanjutnya. Setelah selesai, Sari kulepaskan ikatannya dan kusuruh untuk bersiap-siap juga.

Sari keluar dari kamar mandi dengan handuknya dan akan menuju kamarnya untuk berpakaian, tapi aku melarangnya dan langsung berkata bahwa aku akan pergi dan aku ingin memajang dirinya dalam posisi bondage yg lain. Sari bertanya aku akan pergi kemana, karena dia takut kalau aku kabur, tapi aku memberi jaminan dan janji bahwa aku akan balik lagi, maka Sari pun pasrah mau menerima siksaan berikutnya.

Kini Sari terbaring di lantai. Kedua tangannya kuikat terpisah masing-masing ke arah bawah, sedangkan kedua kakinya juga kuikat terpisah, namun masing-masing ke atas kepala, sehingga tubuhnya tertekuk sedemikian rupa dengan pinggul di udara, dan kedua lutut mengapit kepalanya. Dalam posisi seperti ini, dia bagaikan sedang memamerkan lubang duburnya yg menengadah ke udara. Tentu saja kondisi ini menimbulkan rasa pegal yg luar biasa.

Tak lupa aku memasangkan ball gag di mulutnya dan kutaruh mangkuk untuk menampung air liur yg keluar dari mulutnya. Pergilah aku dan kukunci pintu kamarnya dan rumah kos itu untuk beberapa saat. Aku cukup khawatir meninggalkan Sari sendirian dengan posisi tersebut, untung saja teman yg berjanji akan menemuiku membatalkan dan aku langsung meluncur ke tempat kos Sari kembali dan itu juga sudah hampir 1 jam sejak kutinggalkan Sari.



Share it:

Cerita Hot

Slider

Post A Comment:

0 comments: