Agen Togel Online

agen togel online

Kesepian Seorang Ibu

Share it:

CERITA HOT-Kesepian Seorang Ibu
Maa.. Mamaa..” Dio (16 tahun) memanggil ibunya (Rarah, 42 tahun) yg memang sdh 2 hari selalu di rumah, karena cuti selama 12 hari kerja untuk mengurus pernikahan kakak perempuan Dio yg bernama Sulis (22 tahun).
Ternyata ia tdk mendapat jawaban, lalu terdengar langkah orang berjalan mendekati diri Dio, ternyata Sasma, pembatunya yg sdh bekerja di rumah Dio sejak 4 tahun yg lalu (waktu itu Dio berusia 12 tahun).
Bersamaan dgn meninggalnya ayah Dio karena kecelakaan lalu lintas, Ibu Dio mengambil keputusan untuk bekerja, karena alasan untuk mempertahankan kehidupan keluarga dan membiayai sekolah anak-anaknya. Sejak saat itu mereka tinggal hanya berempat termasuk Sasma.
“Nyonya sedang tidur Den.., di kamar atas.. Kata nyonya, kalo Den Dio ada perlu bangunin aja..”
“Iya deh Bi.. nanti saya ke atas..”
Dio membuka sepatunya dan melangkah ke lantai atas rumahnya. Dio berniat mengetuk pintu, tp ia mengurungkan niatnya karena dilihatnya bahwa pintu kamar ibunya tdk tertutup dgn sempurna, sehingga masih terdapat celah yg cukup besar untuk melihat keadaan di dlm kamar.

Dio mencoba mengintip ke dlm kamar, dan terdiam sesaat karena melihat ibunya sedang tertidur lelap dan roknya tersingkap sampai ke perut. Terlihat ibunya mengenakan celana dlm yg terbuat dari nylon, dan terlihat sangat menggairahkan.
Dio memang sdh biasa melihat pemandangan seperti ini, bahkan ia sering melihat ibunya bila sedang ganti pakaian, dan Rarah memang tdk memperdulikan keberadaan anaknya pada saat ia sedang dlm keadaan setengah telanjang. Rarah memang berumur kepala empat, tetapi ia sangat menjaga kebugaran tubuhnya dgn selalu mengikuti latihan-latihan aerobic di kantornya, jadi meskipun sdh berumur, Rarah masih memiliki tubuh yg indah dan sexy, itulah sebabnya Dio mengagumi ibunya.

Tetapi kali ini Dio merasakan ada perasaan lain yg menjalar di seluruh tubuhnya, ia membuka pintu dgn perlahan dan masuk dgn mengendap-endap, dgn harapan bahwa kedatangannya tdk diketahui oleh Rarah. Mata Dio menatap nanar ke arah selangkangan Rarah, terlihat dgn jelas gundukan yg menyembul lembut di balik bahan nylon putih, dan terlihat samar-samar bulu-bulu hitam yg membuat Dio menelan ludah.
Dio mencoba ingin menyentuh paha mulus Rarah, tp sejenak ia mengurungkan niatnya, dan ia sempat berpikir akibat perbuatan yg akan dilakukannya. Ia merasa takut kalau-kalau nantinya Rarah akan marah dan menghukum dirinya, dan Dio berusaha menekan nafsunya dgn berkata dlm hati bahwa apa yg dilakukannya adalah salah, karena Rarah adalah ibu kandungnya. Dio tetap berdiri di sebelah tempat tidur dgn pandangan matanya tdk lepas dari tubuh Rarah.
Entah setan apa yg mempengaruhinya, Dio mengulurkan tangannya dan mulai mengelus-elus paha Rarah. Pada saat elusan tangan Dio hampir sampai ke pangkal paha ternyata Rarah terbangun dan lagnsung menarik diri mengambil posisi duduk di atas kasur sambil membereskan pakaiannya. Dio terperanjat dan ketakutan setengah mati, tp apa mau dikata, semuanya telah terjadi, Dio terdiam menunggu apapun yg akan terjadi selanjutnya.

“Kamu sdh pulang sekolah..? Mama pikir siapa..,” Rarah menegur Dio dgn nada yg sama sekali tdk terlihat marah.
Mendengar nada bicara ibunya, Dio yakin bahwa ibunya tdk marah kepadanya, Dio hanya mengangguk menjawab pertanyaan ibunya.
“Kamu sdh makan..?” tanya Rarah.
“Belon nih Ma.. Tp Dio sdh jajan Mie Ayam disekolahan, jadi masih kenyg..,” jawab Dio sambil mengambil posisi duduk di pinggiran tempat tidur.
Dio duduk sambil memandang ke arah dada Rarah yg memang tdk memakai bra. Rarah menyadari bahwa anak sebaya Dio memang sedang terobsesi dgn lawan jenis.
Dgn tersenyum dan mengusap pipi Dio, Rarah berkata, “Kamu liat apa sih, ko sampe bengong gitu..?”
“Ah nggak Ma..” jawab Dio grogi.
“Wajar ko, kalo seusia kamu berbuat seperti itu, tp jangan ke Mama, soalnya Mama kan ibu kamu..”
“Dio kan cuma liat Ma..”
“Apa yg kamu liat..? Waktu kecil kamu minum susu dari sini.” kata Rarah sambil memegang tete sebelah kiri dgn tangan kanannya.
“Kalo sekarang susunya masih ada nggak Ma..?” Dio bertanya dgn lugu dan manjanya.
“Ya.. enggak lah..”
“Boleh nggak Dio cobain nyusu lagi..? Kan Dio udah lupa rasanya..”
“Ih.. kamu ini apa sih, udah gede ko masih kolokan..”
“Ya Mama.. sebentar.. ajaa.. Ya Ma.. Yaa..?”

Rarah berpikir sejenak sebelum memberi keputusan, Rarah memang berpikir bahwa permintaan Dio menyalahi aturan, tp ia tdk ingin mengecewakan Dio, toh tdk ada salahnya kalau cuma sebentar pikir Rarah.
Rarah lalu mengangguk tanda setuju dan membuka bagian atas dasternya, dan mengeluarkan payudaranya sambil berkata,
“Tp kamu janji cuman sebentar yaa..”
Dio tersenyum dan mendekatkan mulutnya ke arah puting susu Rarah.
Saat mulut Dio mengulum, Rarah merasakan seluruh tubuhnya bagai tersengat aliran listrik, karena memang sdh empat tahun ia tdk merasakan bagian-bagian sensitif di tubuhnya disentuh oleh laki-laki. Dio bukan cuma mengulum, tetapi juga memainkan lidahnya di sekitar puting susu Rarah, Rarah menikmatinya untuk sesaat dan dia berusaha mendorong Dio yg mulai keasikan. Dio menahan dorongan Rarah dan tetap pada posisi mengulum puting Rarah.
“Dio.. cukup sayang.., udahan yaa..!”

Dio tdk menjawab dan tetap pada aksinya, malah Dio memberanikan diri menambah aksinya dgn mengelus paha ibunya. Rarah mendorong Dio dgn sekuat tenaga sampai Dio terjatuh ke lantai. Rarah membalikkan badan dan tidur telungkup sambil membenamkan wajahnya ke bantal. Dio berdiri dan berjalan ke arah lain sisi tempat tidur, dan duduk di tepian tempat tidur. Kini posisi Dio dan Rarah saling membelakangi.
Dio berusaha memecahkan keheningan di dlm kamar itu dgn bertanya,
“Mama marah sama Dio Ya..? Maafin Dio ya Maa.. Dio janji nggak lagi-lagi deh Ma..”
“Mama nggak marah ko Di.. Mama cuma inget sama Papa, dan Mama takut.. keterusan, lagipula apa yg kita lakukan tDio tdk dibenarkan.”

Dio lalu naik ke tempat tidur dan berbaring di sebelah Rarah yg masih membelakanginya, lalu Dio memeluk Rarah dari belakang sambil mencium pipi Rarah.
“Dio sayang sama Mama dan nggak mau Mama sedih karena inget sama Papa,” sambil berkata Dio nekat mencium bagian belakang telinga Rarah dan tangannya mengelus buah pantat Rarah.
Kembali Rarah terasa distrum dan membiarkan tangan Dio yg meremas dan mengelus buah pantatnya. Tanpa sepengetahuan ibunya yg memang menghadap membelakangi Dio, Dio membuka resleuting celananya dan mencopot celananya sampai tinggal hanya celana dlm yg tersisa.
Dio kemudian menyilangkan tangannya ke depan dan meremas payudara Rarah, sementara itu Dio menempelkan barangnya yg tampak menyembul ke belahan pantat Rarah yg masih terbungkus CELANA DLM. Sesaat kemudian Dio membalikkan tubuh Rarah hingga telentang dan mengangkat daster Rarah bagian bawah sampai ke atas, dan Rarah hanya diam dan mengikuti semua gerakan Dio.

Kini Rarah hanya tinggal mengenakan CELANA DLM, Dio membuka pakaiannya dan keadaan Dio kini pun tinggal hanya mengenakan CELANA DLM. Dio menindih tubuh Rarah dan menempelkan barangnya yg masih terbungkus CELANA DLM tepat di atas barang Rarah yg juga masih terbungkus CELANA DLM. Dio kembali mengulum puting susu Rarah dan terus menjilat sampai ke perut, dan pada akhirnya sampai ke bawah pusar Rarah. Dio menarik CELANA DLM Rarah ke bawah, dan Rarah pun mengangkat pantatnya sehingga memudahkan Dio dlm membuka CELANA DLM ibunya. Dio kembali menjilati perut Rarah yg akhirnya ke paha dan mulai ke bagian sekitar pangkal paha.
Rarah mendesah karenanya,

“Shhshh.. Ouhh Dio.. Jilatin barang Mama sayang.. ouh..!”
Dio terus menjilat, dan akhirnya Dio menjilati penis Rarah,
“Dio.. enak sekali sayang.. oohh..”
Dio terus menjilati dgn semangat, dan akhirnya Rarah sampai pada puncaknya.
“Dio.. Mama keluar.. sayaang..!”
Ternyata baik Rarah maupun Dio sdh dirasuki nafsu yg sangat mendlm, Rarah menarik tangan Dio pertanda ia ingin merubah posisi. Ia membiarkan Dio berbaring, sementara ia duduk bersimpuh di tempat tidur dan menarik CELANA DLM Dio sampai terbuka. Lalu Rarah mengulum batang penis Dio.
“Ma.. enak Ma.. teruss Ma.. ouuhh..”
Mendengar Dio mendesah sedemikian rupa, nafsu Rarah kembali bangkit dan dia mengambil posisi menduduki barang Dio dan menuntunnya masuk ke dlm lubang memeknya.
“Oooh.. Dio.. kenapa nggak dari dulu sayaang.. Mama kangen.. sekali pingin ngerasain seperti ini..”
“Iya Ma.. ouhh.. enak Ma.. sshhsshh..”

Ternyata karena sdh lama tdk bersetubuh, Rarah sangat terobsesi dgn keadaan dimana ia dan Dio sedang menikmati permaianan sex, sehingga ia tdk dapat mempertahankan perasaannya dan sangat mudah sekali mencapai orgasme.
“Diooo.. mama keluar lagi Dio..oouuhhgg..”
Dio mengambil inisiatif untuk merubah posisi, ia membalikkan tubuh ibunya, dan kini posisi Dio ada di atas tubuh ibunya. Dio mengocok keluar masuk batang penisnya dgn sangat penuh perasaan karena ia tdk ingin menyakiti ibunya. Karena kelembutan yg diberikan Dio, Rarah kembali terangsang dan menggoyangkan pantatnya.
“Sshhss.. Dioo.. kamu kuat sekali.. persis seperti Papamu.. ouuhhgg.. terus sayang.. shhgg..!”
Dio melepaskan penisnya, dan menarik tangan Rarah untuk mengambil posisi menungging. Rarah mengikutinya, kini mereka dlm posisi doggy style.
“Dioo.. ough.. Dio.. Mama mo keluar lagi sayang..”
“Kita bareng ya Ma.., Dio juga mau sampe.. oouughh..! Dio keluar Maa..”
Rarah menggoyangkan pantatnya dgn cepat, dan terasa ada cairan hangat yg menyembur di dlm tubuhnya.
“Mama keluar juga sayang..”
Dan akhirnya mereka berdua terkulai lemas, Dio mencium kening Rarah dan berkata,
“Dio sayaang deh sama Mama..”
Rarah hanya tersenyum karena masih terbayang kenikmatan yg baru saja ia rasakan.
“Boleh nggak kalo kapan-kapan kita begini lagi..?” tanya Dio sambil memelas.
Rarah mengangguk dan berkata,
“Boleh sayang.. kapan pun kamu mau, kamu tinggal bilang, tp janji jangan sampai orang lain tau.”
Demikianlah semenjak kejadian itu Dio dan Rarah sering melakukannya setiap ada kesempatan.

Share it:

Cerita Hot

Slider

Post A Comment:

0 comments: