Agen Togel Online

agen togel online

TOGEL168-Janda Beranak Satu

Share it:
Janda Beranak Satu

TOGEL168-Nama itu sekarang tinggalah kenangan yg indah dan tak terlupakan, entah kapan kita bisa bertemu lagi semenjak kepindahanya ke luar kota nan jauh di sana.

Kami kenal di FB, mulai sering berkirim pesan disitu. Di situ pula aku mengetahui kalau dia ternyata janda beranak satu. Suaminya lari kepelukan wanita lain. Dia ditinggal pergi suaminya pada saat hamil 2 bulan. Dan semenjak saat itu tak ada laki-laki yg bersemayam dihatinya.

Setelah hampir sebulan berkenalan, kamipun sepakat untuk ketemuan di rumah makan di Jakarta Selatan. Di membawa serta putrinya yg berumur enam tahun untuk diperkenalkan sama aku. Dan setelah pertemuan itu kamipun cuma bisa komunikasi lewat sms atau telpon karena jarak kita berjauhan. dia di Cireundeu dan aku di Cilegon.

Dia banyak cerita tentang kehidupannya padaku, dan akupun berusaha untuk membantunya dgn memberi dia nasehat ataupun masukan yg lainya.

Dan pada akhirnya dia menanyakan hal yg sangat membuatku kaget

“Mas’…aku mau tanya apakah pernah ada dipikiran Mas’ untuk memaduku, menjadikan aku istri kedua? Aku siap, aku rela, aku ikhlas, aku merasa bahagia di samping Mas’..” pertanyaan itu sangat-sangat membuatku tak bisa berkata-kata.

Akupun beralasan kalau ini tdk bisa dibicarakan lewat telpon, lalu kitapun sepakat untuk bertemu di Bandung dan kebetulan aku ada meeting di Bandung, diapun ada urusan menurus ijazah di bandung.

Semenjak pembicaraan itu, saat kita sedang telpon-telponan aku selalu menggodanya tentang rencana pertemuan kita di Bandung.

“Kalau kita berdua nginep di hotel dgn satu kamar terus nanti terjadi hal-hal yg diinginkan gimana…gak apa-apa kan…Kamukan tau aku udah gak bercinta sama istriku cukup lama…” ucapku menggodanya,
“Jangan donk Mas’, tolong jaga aku, jangan menggoda ku gitu donk, aku gak kuat Mas’, udah sekian lama aku gak di sentuh laki laki, please… ya Mas’…” pintanya memelas,
“Kita lihat nanti ya…” jawabku lagi.

Seminggu kemudian kamipun bertemu di sebuah Mall di pusat Jakarta, membeli perbekalan untuk di bawa diperjalanan dan kami langsung cabut ke Bandung.

Diperjalanan menuju Bandung aku merasa bahagia sekali karena Vivi begitu memanjakan aku, melayani kebutuhanku, mulai dari mengambilkan kemilan dan menyuapiku, menghidupkan korek untuk rokokku, sampai memijit tanganku yg pegal, semua dilakukannya dgn tulus dan mesra yg membuat hasratku untuk menciumnya, tp aku takut untuk bertindak yg aneh-aneh, karena aku sangat menghormati dan menyaygi dia, pikiran ngeresku karena sentuhannya hanya tinggal angan-angan saja.

Tp ada yg aneh ketika aku melihat wajah Vivi, seperti ada kemuraman dibalik senyum tawanya itu.

Sesampainya di Bandung, kamipun mencari Hotel yg tenang, yg jauh dari keramaian

“Dua tempat tidur ya Mas’ ” tanyanya padaku,
“Emangnya kenpa harus dua tempat tidur?” aku berbalik tanya padanya,
“Aku takut nanti terjadi hal-hal…” jawabnya tdk diteruskan,
“Iya tenang saja..” jawabku menenangkannya.

Tp begitu tiba di resepsionis aku minta pada petugasnya dgn satu bad besar (he he he he)

“Kok bad besar terus aku nanti tidur dimana?” tanya Vivi ketika sampai dikamar,
“udah barengan aja, kalo nggak aku yg di bawah deh” sergahku menghilangkan kecurigaannya..

Tak lama kemudian aku mandi dan keluar langgsung memakai pakaian lengkap, takut dia curiga. Dan ketika dia mandipun begitu, hanya saja pada saat dia selesai mandi tiba-tiba dia menyeruak dari bali pintu kamar mandi.

“Mas, tolong ambilkan tasku di meja samping tempat tidur itu” ketika aku ambilkan, nampak siluet tubuhnya dari pantulan kaca di dlm kamar mandi.
“Ya ampun tubuhnya seksi sekali, walaupun dilihat dari pantulan kaca”

Setelah selesai berbenah, aku coba sibukkan kegiatanku dgn menyiapkan laporan untuk meeting besok, sedangkan Vivi mengunjungi kawan-kawanya untuk say hallo. Sayangnya selama aku bekerja, tak satupun laporan yg aku hasilkan, sejak tadi pikiranku melayang-layang ke siluet kaca tadi, dan itupula yg membuat kemaluanku meronta-ronta. Berkali-kali aku coba hilangkan pikiran ku tentang hal itu, tp hilang sdh akal sehatku.

Tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk

“Mas, aku pulang” pintu kamar pun aku buka dan langsung saja aku peluk dia..
“Ada apa ini Mas, kok gini”
“Nggak papa”jawabku
“Kangen aja” – cerita sex 2017 –

Setelah beristirahat dgn alasan lelah ngerjain laporan buat besok,

“Aku pijitin ya Mas..” dan langsung tangan Vivi memijit bahuku, rasa nyaman dan hangat menjalar di sekujur tubuhku, aku bingung, kenapa perasaan santai ini tak membuat kemaluanku tenang, malah makin menjadi-jadi

“Yu, sana gih kamu ganti baju dulu, kan abis keluar, kotor” kataku, kemudian Vivi melangkah ke kamar mandi dgn pakaian tidur di tangan, “Jangan ganti di kamar mandi, basa nanti celana jeansnya, aku balik kanan deh, Vivi ganti di kamar aja” kataku sambil membalikkan tubuh menghilangkan keraguan hati Vivi.

Sejurus kemudian Vivi sdh berada di sampingku dgn daster rendah dan lengkap BH dan celana dlm.

“Ooogghhh” kataku sambilo menikmati sentuhan lembut Vivi, dan tdk sengaja dada Vivi yg montok itu menyentuh punggungku

Karena tak tertahankan, aku membalikan tubuhku dan langsung memeluk Vivi, nafas Vivi yg tercekat dan kata-kata yg tak mampu keluar dari mulutnya karena aku menyium Vivi dgn ganasanya, tak lama kemudian Vivi pun akhirnya membalas ciumanku, dan posisi Vivi pun di atas menghimpitku.

Tak terasa dada Vivi sdh mulai mengeras dan semakin menyentuh dadaku, tanganku pun merayap menyusup kebalik dasternya untuk menyentuh toketnya yg semakin keras itu.

“Arghh…” terpekik pelan dan mencoba menghindar dari sentuhanku namun tak kuasa karena kami berdua semakin menikmati pemanasan ini.

Aku pun mencoba membuka kancing BH nya dgn satu tangan dan berhasil, diapun melotot tak mampu menolak karena sejuru kemudian mulutku sdh menyium toket Vivi yg montok itu. Ya ampun sdh beranak satu, tp masih kenyal jg toketnya

“Emmhhpphh.. ogghhh…sshhhhh” Semakin meracau mulutnya karena sentuhan bibirku di toketnya semakin menambah hasrat Vivi, aku pun berganti posisi yg menindihnya.

Secara perlahan aku mengambil kesempatan untuk melepas celanaku dan langsung membuka paha mulus Vivi. Sengaja kusentuhkan kemaluanku ke permukaan CD Vivi yg tipis, aku berharap bisa menambah sensasi untuknya, tanpa terburu-buru membuka CD Vivi, takut dia kaget dan membuyarkan konsentrasinya, pinggulku sengaja aku goyangkan agar kemaluanku menyentuh permukaan kemaluan Vivi, beberapa menit kemudian, terasa di ujung kemaluanku ada sesuatu yg basah dan aku tau Vivi makin terangsang dan mulai mengeluarkan lendir kenikmatanya dan secara tdk langsung menyatakan “siap”, aku perlahan turun sambil menyiumi perut dan paha bagian dlmnya, Vivipun makin mendesah dan menyentuh kepalaku mengisyaratkan untuk cepat menyentuh bibir kemaluanya yg makin basah itu oleh lendir kenikmatan.

Ketika sampai di antara dua pahanya, aku pun berusaha semakin memperlebar bukaan pahanya agar aku bisa leluasa menyimu kemaluanya yg harum khas, “ternyata Vivi tetap menjaga kemaluanya dgn baik” kataku dlm hati.

Setelah kujilati dgn lembut, semakin lama semakin banyak lendir kenikmatanya keluar dari lubang kemaluanya, makin bersemngat aku, dan Vivi pun mulai menglinjang-glinjang tubuhnya karena tak tahan menerima permainan lidahku di sekitar kemaluanya dan ketika klit nya kusentuh,

“Oggghhhh emmmpphhh ampunn Mas” jeritnya, sambil tanganya menekan kepalaku agar semakin terbenam di antara selangkanganya.
“Aaaacchhh Mas, udah Mas, Aku nggak tahan…, ampunnn mas.. jangan siksa aku please…”
“Oogrrrhhh Mas, ampunnnn, please masss jangan siksa akuuhhh….” Vivi pun mengejang beberapa menit, selagi Vivi semakin mengejang, akupun semakin kuat menyiumi dan menghisap klitnya karena aku tau, Vivi hampir orgasme

Sekali hentakan keras keatas, tiba-tiba punggungku terasa perih karena kuku Vivi mencengkram kuat di punggungku dan tubuh Vivi mengejang kuat, dan Vivi pun melemah tak nerdaya. Raut muka Vivi pasrah dgn apa yg sedang aku lakukan, nafas Vivi pun terengah-engah menahan birahi yg sedang bergejolak bersamaan dgn orgasme yg sedang Vivi alami.

Dia sela kepsrahanya..

“Mas, makasih, belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini…” sambila meneteskan air mata kebahagian dan kepuasan yg terpancar diwajahnya.

Dgn pelan aku merangkak di sampingnya sambil menahan hasratku, kalau aku langsung entot dia, pasti kaget, aku tak ingin dia jadi berpikiran macam-macam. Ku peluk mesra Vivi, dan Vivi pun bersandar di dadaku. Sambil beristirahat kucoba sentuh toketnya yg masih keras padat,

“Mas belum keluar ya, Vivi harus gimana ya…” kata Vivi
“Nyantai aja, yg penting Vivi nyaman…”
“Tp please jangan dimasukin ya…”
Tak lama kemudian akupun mulai bergerilya dgn mncium bibirnya dan turun kelehernya.

“Eemmmhhhh” desahnya, akupun turun ke toketnya yg mulai mengeras lagi, tak berapa lama aku coba menyentuh lubang kemaluanya, ternyata sdh basah lagi dgn lendir kenikmatanya, sambil mencium toketnya aku rebahkan Vivi dan kukangkangkan kedua kakinya sehingga posisi misionaris kudapatkan, ketika batang kemaluanku menyentuh pelan lubang kemaluanya,

“Emmmhhhh….” kembali terdengar desahnya dan pelukanya semakin kuat, aku coba menggoyangkan pantatku agar batang kemaluanku menyentuh lubang kemaluan Vivi,
“Ooogghhhh… Mas, nikmat Mas, aku nggak tahan Mas, jangan siksa aku algi dgn rasa ini, pleaseee…” perlahan kepala kemaluanku kutusukkan ke dlm lubang kemaluan Vivi, mata Vivi pun merem melek, tanganya menahan tubuhku tanda supaya tdk memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan Vivi
“Sakit Mas pelan Mas…. sakit sekali… Ogghh, Masss…”

Aku pun terpaksa menahan setengah, agar masuknya tak terlalu terburu-buru dan membuat Vivi sakit. Aku pun memaju mundurkan untuk beberapa menit agar lubang kemaluan Vivi merasa terbiasa lagi, akupun menikmati.

Setelah beberapa menit, Vivi mulai merasa nyaman dan menikmati keluar masuknya batang kemaluanku, akupun menusukkan semakin dlm batang kemaluanku di lubang kemaluan Vivi, Vivipun melotot kaget,

“Mas please… pelan aja ya, aku kepenuhan rasanya..” kata Vivi

Akupun harus bersabar kembali menarik ulur batang kemaluanku kira-kira tiga perempatnya, setelah beberapa menit, diapun mulai mengejangkan tubuhnya dan..

“Ooogghhhh Massss… aku nggak tahan lagi, aku pengen keluar Mass….. please jangan bikin aku nggak tahan…..” Rintihnya sambil memperkuat pelukanya di tubuhku, dan diapun mengelinjang-glinjang nggak karuan, tiba-tiba kakinya di silangkan kepunggungku, dan serta merta masuklah seluruh batang kemaluanku di dlm lubang kemaluanya

“Ooogghhh Mas, Ampun Mas aku nggak tahan…”

Saat itupun aku merasakan kembali orgasme Vivi yg kesekian kalinya dan aku pun mempercepat tusukkanku, Vivi pun mengglepar-glepar menahan kenikmatan ini, batang kemaluanku pun terasa sekali diremas-remas oleh lubang kemluan Vivi, setelah beberapa menit, Vivi pun akhirnya terkulai lemas, hanya racauan-racauan mulutnya tanda kenikmatan saja yg ada, aku pun bertambah semangat menusuknya.

Tiba-tiba ada cengkraman kuat lagi di lubang kemaluan Vivi yg kurasakan ketika kulihat keselangkangan Vivi, tarikan pinggangku membuat bibir kemaluan Vivi tertaik dan menimbulkan sensasi yg membuat aku tak dapat menahan pejuhku yg mulai ingin nymebur, nadiku terasa berkedut kencang membuat Vivi terpacu lagi untuk orgasme, Vivipun meracau tak karuan sampai pada menit berikutnya kakinya merangkul pinggangku, dan

“Masss, aku keluar lagi mas… terussss… oogghhhh…” bersamaan dgn itu nyembur pula pejuhku, untuk beberapa kali semburan yg kerasa dan langsung membasahi lubang kemaluan Vivi, akupun merasa seluruh tenagaku dan oto ku di hisap kedlm lubang kemaluan Vivi, dan setelah itu aku biarkan batang kemluanku terbenam tenang di dlm lubang kemluan Vivi dan kami berduapun berpelukkan.

“Ssshhhhhh…” Racauan Vivi karena merasakan denyutan nadi batang kemluanku di dlm lubang kemaluanya.

Untuk sekian lama masih ku diamkan batang kemaluanku terbenam di dlm lubang kemaluan yg masih hangat, terasa olehku lelehan pejuhku bercampur dgn lendir kenikmatan Vivi yg keluar dari lubang kemaluan Vivi.

“Mas… kenapa kita begini ya, Vivi malu” ucapnya, dan tak lama kemudian kami berdua tertidur pulas.

Ketika menjelang pagi, dinginya udara bandung merayapi tubuh kami yg tanpa selimut, akupun bergeser untuk memeluk Vivi, sekejap ia bangun untuk mendapatkan tubuhnya di pelikanku, tanpa sengaja, batang kemaluanku terbangun lagi karena tersentuh belaian lembut tangan Vivi.

“Oogghhhh…” Lirihku, dan seakan Vivipun mengerti dan semakin menyentuh lembut batang kemaluanku entah beberapa lama, tiba-tiba Vivi melepaskan sentuhanya karena terkesiap dgn kembali bangunya batang kemaluanku.
“Mas… kok membesar lagi”
“Vivi sich, jadi bangun lagi deh” ucapku
“Mas…. nanti lagi ya, Masih terasa perih nih, maaf udah lama tak terbiasa lagi”
“Iya nggak papa Yu, kapan-kapan jg boleh” jawabku dengahn merajuk, Vivipun tersenyum sambil menyubit mesra lenganku.

Kucium mesra bibirnya dan terus menjelajah ke siktar leher,

“Aku sayang Vivi” bisikku sambil menyium telinga dan sekitarnya.
“Emmmpphhh…” kembali Vivi mendesah.

Ciumanku kulanjutkan turun ke toket montoknya dan sesekali menghisap-hisap puting toketnya, lagi-lagi “sshhhhhh… keluar dari mulut Vivi karena menahan sensasi dan rangsangan yg menjalar di sekujur tubuhnya karena kucium dan kuhisap puting toketnya, dgn meracaunya Vivi yg semakin tak terkontrol, menandakan Vivi mulai terangsang hebat, dgn tdk malu-malu lagi, Vivi mulai menyentuh lembut batang kemaluanku dan kali ini sampai pada kantong zakarku.

“Oooggghhh…” desahku

Begitu lembut sentuhan tanganya sehingga makin menaikkan gejolak nafsuku yg sdh tak tertahankan, aku pun langsung bergeser kemabli ke selangkangan Vivi untuk menyiumi dan menjilati bibir kemaluan yg mulai mengeluarkan lendir yg semakin banyak, ketika aku mulai menyentuh klitnya dgn hidungku dan lubang kemaluanya kemainkan dgn ujung lidahku,

“Oooggrrrhhhh, ampun masss… Vivi nggak kuatttt, pleaseee mass… jangan lama-lama…”

Aypun semkain menjepitkan kedua pahanya dan tanganya semakin kuat menekan kepalaku,

“Ooogghhh…. Aaahhhhhhh.. Masss, aku keluar …” bersamaan dgn itu kemaluan Vivi banjir lendir kenikmatan yg keluar bersamaan dgn orgasmenya, akupun terus menjilati dan menghisap lendir itu sampai bersih.

Setelah kejangan tubuhnya mereda, pahanya mulai mengendur, kesempatan ini aku gunakan untuk menempelkan batang kemaluan ke bibir kemaluan Vivi, aku takut kalau aku paksa masuk, Vivi akan kesakitan,

“Mass, pelan aja ya…” pinta Vivi memelas, akupun kembali menyentuhkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan Vivi.

Ketika Vivi sdh mulai tenangm dgn perlahan aku menusukkan setngah batang kemaluanku ke lubang kemaluannya yg sdh basah becek dan menggoyangkan pinggulku,

“Ooogghhhh… emmpphhh… kembali Vivi meracau keenakkan, semakin lama racaunya semakin keras dan badanya mulai mengejang.
“Ooouugghhhh, oogghhhh, ampun Mass…” Gadis itu menjerit, karena tiba-tiba dgn sekali hentakan kencang, aku menusukkan batang kemaluanku ke dlm lubang kemaluannya, Vivi pun berpegangan di tubuhku dgn kuat sambil menahan tusukkan-tusukkan yg semakin kuat kulancarkan, dlm sekian lama penetrasiku, entah beberapa kali Vivi orgasme, lemah, tak berdaya menahan kebuasanku karena sejak tadi sore aku tahan

Setelah bosan dgn posisi misionaris,

Kenapa berhanti Mas, aku tanggung” pinta Vivi,
“Kita coba dari belakang yuk”, Vivipun pasrah merubah posisi membelakangiku dan langsung ktusukkan batang kemaluanku
“Oogghh… ahhhh… ahhhh, Mas, aku nggak tahan,” sambil mengoyang-gygkan pinggulnya menahan nikmat, membuat batang kemaluanku membengkak membesar, rasa ingin menyemburkan lahar panas yg siap meledak,
“Oogghhh Yu, aku keluar yaa… oohhhh,”
“Bareng Mass… ogghhhh…” pada saat kedutan di lubang kemaluannya makin kuat menjepit,

 Creettt… Creettt… Creettt entah berapa kali, nyemburlah lahar panas itu di dlm lubang kemaluan Vivi,

“Oooouugghhhh… Maaaasssssss… Akuuhhh…” Jerinya, Vivi pun mengejang kuat dan makin menjepit batang kemaluanku dan tak sempat ia ucapkan, untuk yg kesekian kalinya Vivi mengalami orgame…..

Kami berdua pun akhirnya ambruk lemas dgn posisi tertelungkup

Pagi harinya kami berdua mandi bersama dan saling membersihkan sisa-sisa semalam, setelah itu, tanpa ku minta, Vivi dgn sigapnya menyiapkan pakain kerjaku dan kitapun siap berangkat.

Tampak tabir ceria yg di pancarkan dar wajah Vivi, senyum mengambang, ohh inikah namanya kebahagiaan, hadiah dari hubungan kasih sayang yg kami wujudkan tadi malam…?

Setelah sekian lama aku dan Vivi belum pernah lagi menikmati indahnya sentuhan dlm sebuah aktifitas yg membawa perasaan kita melayang jauh…

Entahlah….
 
Share it:

Cerita Hot

Slider

Post A Comment:

0 comments: