'Dikeroyok' Amerika Cs, 100 Lebih Diplomat Rusia Diusir
WASHINGTON - Seteru antara Inggris dan Rusia soal tuduhan bahwa Moskow dalangi serangan racun saraf terhadap mantan agen ganda Kremlin Sergei Skripal di Inggris semakin melebar. Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada dan negara lain memihak Inggris yang membuat lebih dari 100 diplomat Rusia diusir.
Inggris sudah lebih dulu mengusir 23 diplomat Moskow yang telah dibalas Kremlin. Kini, Presiden Donald Trump memerintahkan 60 diplomat Moskow diusir dan konsulat Rusia di Seattle harus ditutup.
Tak tanggung-tanggung, 16 negara Uni Eropa termasuk Jerman, Latvia, Lithuania dan Polandia juga melakukan tindakan serupa sebagai dukungan terhadap London. Kanada, Ukraina, Norwegia dan Albania ikut serta berdiri di pihak London dan Washington. Jika ditotal, lebih dari 100 utusan Rusia di berbagai negara itu dalam status terusir.
Skripal dulunya adalah intelijen Kremlin. Dia ditangkap Kremlin dan dihukum karena terbukti menjadi agen ganda untuk Moskow dan London. Namun, dia dibebaskan tahun 2010 melalui kesepakatan tukar tahanan mata-mata antara Rusia dan Barat.
Sejak itu, Skripal dan putrinya, Yulia Skripal, 33, menetap di Inggris dengan perlindungan penuh negara tersebut. Namun, pada 4 Maret 2018, mereka ditemukan tak sadarkan diri di sebuah bangku taman di Salisbury, Inggris selatan.
Pemerintah Perdana Menteri Theresa May menuduh Moskow bertanggung jawab atas serangan racun saraf Novichok terhadap Skripal dan putrinya. May menganggap Moskow melakukan serangan terhadap kedaulatan Inggris. Tapi, Kremlin membantah, menuntut bukti atas tuduhan itu dan menawarkan kerja sama penyelidikan di bawah Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW). Tapi, permintaan Kremlin diabaikan.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan pengusiran para diplomat Moskow oleh negara-negara Uni Eropa adalah tindak lanjut langsung dari keputusan Dewan Eropa pekan lalu. Dia mengutuk, dalam istilah yang paling kuat, atas serangan baru-baru ini di Salisbury.
Gedung Putih mengonfirmasi keputusan Trump soal perintah hengkang untuk 60 utusan Moskow. ”Amerika Serikat mengambil tindakan ini bersama dengan sekutu dan mitra NATO kami di seluruh dunia sebagai tanggapan terhadap penggunaan senjata kimia kelas militer Rusia di tanah Kerajaan Inggris, yang terbaru dalam pola kegiatan destabilisasi yang sedang berlangsung di seluruh dunia,” bunyi pernyataan Gedung Putih, yang dikutip Reuters, Selasa (27/3/2018).
Dari 60 utusan Moskow yang harus hengkang dari Amerika, 12 di antaranya dianggap mata-mata.
”Tindakan hari ini membuat Amerika Serikat lebih aman dengan mengurangi kemampuan Rusia untuk memata-matai orang Amerika dan melakukan operasi rahasia yang mengancam keamanan nasional Amerika. Dengan langkah-langkah ini, Amerika Serikat, sekutu dan mitra kami menjelaskan kepada Rusia bahwa tindakannya memiliki konsekuensi,” lanjut Gedung Putih.
“Amerika Serikat siap bekerja sama untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan Rusia, tetapi ini hanya bisa terjadi dengan perubahan perilaku pemerintah Rusia.”
Ukraina, yang bukan anggota Uni Eropa, juga secara terpisah mengumumkan telah memutuskan untuk mengusir 13 diplomat Rusia, bersama Albania dan Kanada. Ukraina selama ini juga bermusuhan dengan Moskow, terlebih setelah Crimea yang memisahkan diri dari Kiev bergabung dengan Moskow tahun 2014 silam.
Jerman, Prancis dan Polandia, Lithuania, Italia, Belanda, Denmark, dan Republik Ceko adalah di antara negara-negara anggota UE yang mengusir para pejabat Moskow.
Inggris sudah lebih dulu mengusir 23 diplomat Moskow yang telah dibalas Kremlin. Kini, Presiden Donald Trump memerintahkan 60 diplomat Moskow diusir dan konsulat Rusia di Seattle harus ditutup.
Tak tanggung-tanggung, 16 negara Uni Eropa termasuk Jerman, Latvia, Lithuania dan Polandia juga melakukan tindakan serupa sebagai dukungan terhadap London. Kanada, Ukraina, Norwegia dan Albania ikut serta berdiri di pihak London dan Washington. Jika ditotal, lebih dari 100 utusan Rusia di berbagai negara itu dalam status terusir.
Skripal dulunya adalah intelijen Kremlin. Dia ditangkap Kremlin dan dihukum karena terbukti menjadi agen ganda untuk Moskow dan London. Namun, dia dibebaskan tahun 2010 melalui kesepakatan tukar tahanan mata-mata antara Rusia dan Barat.
Sejak itu, Skripal dan putrinya, Yulia Skripal, 33, menetap di Inggris dengan perlindungan penuh negara tersebut. Namun, pada 4 Maret 2018, mereka ditemukan tak sadarkan diri di sebuah bangku taman di Salisbury, Inggris selatan.
Pemerintah Perdana Menteri Theresa May menuduh Moskow bertanggung jawab atas serangan racun saraf Novichok terhadap Skripal dan putrinya. May menganggap Moskow melakukan serangan terhadap kedaulatan Inggris. Tapi, Kremlin membantah, menuntut bukti atas tuduhan itu dan menawarkan kerja sama penyelidikan di bawah Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW). Tapi, permintaan Kremlin diabaikan.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan pengusiran para diplomat Moskow oleh negara-negara Uni Eropa adalah tindak lanjut langsung dari keputusan Dewan Eropa pekan lalu. Dia mengutuk, dalam istilah yang paling kuat, atas serangan baru-baru ini di Salisbury.
Gedung Putih mengonfirmasi keputusan Trump soal perintah hengkang untuk 60 utusan Moskow. ”Amerika Serikat mengambil tindakan ini bersama dengan sekutu dan mitra NATO kami di seluruh dunia sebagai tanggapan terhadap penggunaan senjata kimia kelas militer Rusia di tanah Kerajaan Inggris, yang terbaru dalam pola kegiatan destabilisasi yang sedang berlangsung di seluruh dunia,” bunyi pernyataan Gedung Putih, yang dikutip Reuters, Selasa (27/3/2018).
Dari 60 utusan Moskow yang harus hengkang dari Amerika, 12 di antaranya dianggap mata-mata.
”Tindakan hari ini membuat Amerika Serikat lebih aman dengan mengurangi kemampuan Rusia untuk memata-matai orang Amerika dan melakukan operasi rahasia yang mengancam keamanan nasional Amerika. Dengan langkah-langkah ini, Amerika Serikat, sekutu dan mitra kami menjelaskan kepada Rusia bahwa tindakannya memiliki konsekuensi,” lanjut Gedung Putih.
“Amerika Serikat siap bekerja sama untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan Rusia, tetapi ini hanya bisa terjadi dengan perubahan perilaku pemerintah Rusia.”
Ukraina, yang bukan anggota Uni Eropa, juga secara terpisah mengumumkan telah memutuskan untuk mengusir 13 diplomat Rusia, bersama Albania dan Kanada. Ukraina selama ini juga bermusuhan dengan Moskow, terlebih setelah Crimea yang memisahkan diri dari Kiev bergabung dengan Moskow tahun 2014 silam.
Jerman, Prancis dan Polandia, Lithuania, Italia, Belanda, Denmark, dan Republik Ceko adalah di antara negara-negara anggota UE yang mengusir para pejabat Moskow.
”Kami memutuskan untuk memanggil (pulang) duta besar UE untuk Rusia guna konsultasi. Sebagai tindak lanjut langsung dari keputusan Dewan Eropa pekan lalu untuk bereaksi terhadap Rusia dalam kerangka umum, sudah hari ini 14 negara anggota telah memutuskan untuk mengusir diplomat Rusia,” kata Presiden Dewan Eropa Donald Tusk.
“Langkah-langkah tambahan termasuk pengusiran lebih lanjut dalam kerangka bersama UE tidak dikecualikan dalam beberapa hari dan minggu mendatang,” ujar Tusk.
Kremlin mengecam aksi AS dan para sekutunya tersebut. Menurut Kremlin, keputusan untuk mengusir para diplomat Rusia adalah sebuah kesalahan. Kremlin menegaskan bahwa Presiden Vladimir Putin akan membuat keputusan akhir atas respons negaranya terhadap tindakan tersebut.
“Langkah-langkah tambahan termasuk pengusiran lebih lanjut dalam kerangka bersama UE tidak dikecualikan dalam beberapa hari dan minggu mendatang,” ujar Tusk.
Kremlin mengecam aksi AS dan para sekutunya tersebut. Menurut Kremlin, keputusan untuk mengusir para diplomat Rusia adalah sebuah kesalahan. Kremlin menegaskan bahwa Presiden Vladimir Putin akan membuat keputusan akhir atas respons negaranya terhadap tindakan tersebut.
(FAY)
Post A Comment:
0 comments: