Agen Togel Online

agen togel online

Bapak Tiri Pemuas Nafsu

Share it:

CERITA HOT-Aqu adalah anak tunggal. Ibuku adalah seorang wanita yg disiplin dan agak keras sedangkan Bapakku kebalikannya bahkan bisa dikatakan bahwa Bapak di bawah bendera ibu. Bisa dikatakan ibulah yg lebih mengatur segala-galanya dalam keluarga. Namun, walaupun ibu keras, di luar rumah aqu termasuk cewek bandel dan sering tukar-tukar kekasih, tentunya tanpa sepengetahuan ibuku. Tapi suatu saat, pada saat aqu duduk di kelas 2 SMA, ibuku pergi mengunjungi nenek yg sakit di kampung. Dia akan tinggal di sana selama 2 minggu. Hatiku bersorak. Aqu akan bisa bebas di rumah. Tak akan ada yg memaksa-maksa untuk belajar. Aqu juga bebas pulang sore. Kalau Bapak, yah.. dia selalu kerja sampai hampir malam.

Pulang sekolah, aqu mengajak pacarku, Hudson, ke rumah. Aqu sudah beberapa kali mengadakan hubungan kelamin dgnnya. Tetapi hubungan tersebut tidak pernah betul-betul nikmat. Selalu dilaqukan buru-buru sehingga aqu tidak pernah klimaks. Aqu penasaran, bagaimana sih nikmatnya klimaks?

Singkat cerita, aqu dan Hudson sudah berada di ruang tengah. Kami merasa bebas. Jam masih menunjukkan angka 3:00 sedangkan Bapak selalu pulang pukul enam lewat. So, cukup waktu untuk memuaskan berahi. Kami duduk di sofa. Hudson dgn segera melumat bibirku. Kurasakan hangatnya bibirnya.

“Ah..” kurangkul tanganku ke lehernya. Ciumannya semakin dalam. Kini lidahnya yg mempermainkan lidahku. Tangannya pun mulai bermain di kedua bukitku. Aqu benar-benar terangsang. Aqu sudah bisa merasakan bahwa kemaluanqu sudah mulai basah. Segera kujulurkan tanganku ke perut bawahnya. Aqu merasakan bahwa daerah itu sudah bengkak dan keras. Kucoba membuka reitsleting celananya tapi agak susah. Dgn segera Hudson membukakannya untukku. Bagai tak ingin membuang waktu, secara bersamaan, aqu pun membuka kemeja sekolahku sekaligus BH-ku tapi tanpa mengalihkan perhatianku pada Hudson. Kulihat segera sesudah CD Hudson lepas, senjatanya sudah tegang, siap berperang.
Kami berpelukan lagi. Kali ini, tanganku bebas memegang burungnya. Tidak begitu besar, tapi cukup keras dan berdiri dgn tegangnya. Kuelus-elus sejenak. Kedua telurnya yg dibungkus kulit yg sangat lembut, sungguh menimbulkan sensasi tersendiri saat kuraba dgn lembut. Kemaluannya kemerah-merahan, dgn kepala seperti topi baja. Di ujungnya berlubang. Kukuakkan lubang kecil itu, lalu kujulurkan ujung lidahku ke dalam. Hudson melenguh. Expresi wajahnya membuatku semakin bergairah.

“Ah..” kumasukkan saja gagang itu ke mulutku. Hudson melepaskan celana dalamku lalu mempermainkan kemaluanqu dgn jarinya. Terasa sentuhan jarinya diantara kedua bibir kemaluanku. Dikilik-kiliknya klitorisku. Aqu makin bernafsu. Kuhisap gagangnya. Kujilati kepala kemaluannya, sambil tanganku mempermainkan telurnya dgn lembut. Kadang kugigit kulit telurnya dgn lembut.

“Nit, pindah di lantai saja yuk, lebih bebas!”

Tanpa menunggu jawabanku, dia sudah menggendongku dan membaringkanku di lantai berkarpet tebal dan bersih. Dibukanya rok abu-abuku, yg tinggal satu-satunya melekat di tubuhku, demikian juga kemejanya. Sekarang aqu dan dia betul-betul bugil. Aqu makin menyukai suasana ini. Kutunggu, apa yg akan dilaqukannya selanjutnya. Ternyata Hudson naik ke atas tubuhku dgn posisi terbalik, 69. Dikangkangkannya pahaqu. Selanjutnya yg kurasakan adalah jilatan-jilatan lidahnya yg panas di permukaan kemaluanqu. Bukan itu saja, klitorisku dihisapnya, sesekali lidahnya ditenggelamkannya ke lubangku. Sementara gagangnya tetap kuhisap. Aqu sudah tidak tahan lagi.

“Son, ayo masukin saja.”

“Sebentar lagi Nitt.”

“Ah.. aqu nggak tahan lagi, aqu mau gagangmu, please!”

Hudson memutar haluan. Digosok-gosokannya kepala kemaluannya sebentar lalu.. “Bless..” gagang itu masuk dgn mantap. Tak perlu diolesi ludah untuk memperlancar, kemaluanqu sudah banjir. Amboy, nikmat sekali. Disodok-sodok, maju mundur.. maju mundur. Aqu tidak tinggal diam. Kugoyg-goyg juga pantatku. Kadang kakiku kulingkarkan ke pinggangnya.

Tiba-tiba,

“Ah.. aqu keluar..” Dicabutnya kemaluannya dan air maninya berceceran di atas perutku.

“Shit! Sama saja, aqu belum puas, dia sudah muntah,” rungutku dalam hati.

Tapi aqu berpikir, “Ah, tak mengapa, babak kedua pasti ada.”

Dugaanku meleset. Hudson berpakaian.

“Nit, sorry yah.. aqu baru ingat. Hari ini rupanya aqu harus latihan band, udah agak telat nih,” dia berpakaian dgn buru-buru. Aqu betul-betul kecewa.

“Kurang ajar anak ini. Dasar egois, emangnya aqu lonte, cuman memuaskan kamu saja.”

Aqu betul-betul kecewa dan berjanji dalam hati tak akan mau main lagi dgnnya. Karena kesal, kubiarkan dia pergi. Aqu berbaring saja di sofa, tanpa mempedulikan kepergiannya, bahkan aqu berbaring dgn membelakanginya, wajahku kuarahkan ke sandaran sofa.

Kemudian aqu mendengar suara langkah mendekat.

“Ngapain lagi si kurang ajar ini kembali,” pikirku. Tapi aqu memasang gaya cuek. Kurasakan pundakku dicolek. Aqu tetap cuek.

“Nita!”

Oh.. ini bukan suara Hudson. Aqu bagai disambar petir. Aqu masih telanjang bulat.

“Bapak!” aqu sungguh-sungguh ketaqutan, malu, cemas, pokoknya hampir mati.

“Dasar bedebah, rupanya kamu sudah biasa main begituan yah. Jangan membantah. Bapak lihat kamu bersetubuh dgn lelaki itu. Biar kamu tahu, ini harus dilaporkan sama ibumu.”

Aqu makin ketaqutan, kupeluk lutut Bapakku, “Yah.. jangan Yah, aqu mau dihukum apa saja, asal jangan diberitahu sama orang lain terutama Mama,” aqu menangis memohon.



Tiba-tiba, Bapak mengangkatku ke sofa. Kulihat wajahnya makin melembut.

“Nit, Bapak tahu kamu tidak puas barusan. Waktu Bapak masuk, Bapak dengar suara-suara desahan aneh, jadi Bapak jalan pelan-pelan saja, dan Bapak lihat dari balik pintu, kamu sedang dientoti lelaki itu, jadi Bapak intip aja sampai siap mainnya.”

Aqu diam aja tak menyahut.

“Nit, kalau kamu mau Bapak puasin, maka rahasiamu tak akan terbongkar.”

“Sungguh?”

Bapak tak menjawab, tapi mulutnya sudah mencium susuku. Dijilatinya permukaan payudaraqu, digigitnya pelan-pelan putingku. Sementara tangannya sudah menjelajahi bagian bawahku yg masih basah. Bapak segera membuka bajunya. Langsung seluruhnya. Aqu terkejut. Kulihat kemaluan Bapakku jauh lebih besar, jauh lebih panjang dari kemaluan si Hudson. Tak tahu aqu berapa ukurannya, yg jelas panjang, besar, mendongak, keras, hitam, berurat, berbulu lebat. Bahkan antara pusat dan kemaluannya juga berbulu halus. Beda benar dgn Hudson. Melihat ini saja aqu sudah bergetar.

Kemudian Aqu didudukkannya di sofa. Pahaqu dibukanya lebar-lebar. Dia berlutut di hadapanku lalu kepalanya berada diantara kedua pangkal pahaqu. Tiba-tiba lidah hangat sudah menggesek ke dalam kemaluanqu. Aduh, lidah Bapakku menjilati kemaluanqu. Dia menjilat lebih lihai, lebih lembut. Jilatannya dari bawah ke atas berulang-ulang. Kadang hanya klitorisku saja yg dijilatinya. Dihisapinya, bahkan digigit-gigit kecil. Dijilati lagi. Dijilati lagi. “Oh.. oh.. enak, Yah di situ Yah, enak, nikmat Yah,” tanpa sadar, aqu tidak malu lagi mendesah jorok begitu di hadapan Bapakku. Bapak “memakan” kemaluanqu cukup lama. Tiba-tiba, aqu merasakan nikmat yg sangat dahsyat, yg tak pernah kumiliki sebelumnya.

“Oh.. begini rupanya klimaks, nikmatnya,” aqu tiba-tiba merasa lemas. Bapak mungkin tahu kalau aqu sudah klimaks, maka dihentikannya menjilat lubang kewanitaanku. Kini dia berdiri, tepat di hadapan hidungku, kemaluannya yg besar itu menengadah. Dgn posisi, Bapak berdiri dan aqu duduk di sofa, kumasukkan gagang Bapakku ke mulutku. Kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. Kusedot dan kuhisap lagi. Begitu kulaqukan berulang-ulang. Bapak ikut menggoygkan pantatnya, sehingga gagangnya terkadang masuk terlalu dalam, sehingga bisa kurasakan kepala kemaluannya menyentuh kerongkonganku. Aqu kembali sangat bergairah merasakan keras dan besarnya gagang itu di dalam mulutku. Aqu ingin segera Bapak memasuki lubangku, tapi aqu malu memintanya. Lubangku sudah betul-betul ingin “menelan” gagang yg besar dan panjang.

Tiba-tiba Bapak menyeruhku berdiri.

“Mau main berdiri ini,” pikirku.

Rupanya tidak. Bapak berbaring di sofa dan mengangkatku ke atasnya.

“Masukkan Nit!” ujar Bapak.

Kuraih gagang itu lalu kuarahkan ke kemaluanqu. Ah.. sedikit sakit dan agak susah masuknya, tapi Bapak menyodokkan pantatnya ke depan.

“Aduh pelan-pelan, Bapak.”

Lalu berhenti sejenak, tapi gagang itu sudah tenggelam setengah akibat sodokan Bapak tadi. Kugoyg perlahan. Dgn perlahan pula gagang itu semakin masuk dan semakin masuk. Ajaibnya semakin masuk, semakin nikmat. Lubang kemaluanqu betul-betul terasa penuh. Nikmat rasanya. Karena dikuasai nafsu, rasa maluku sudah hilang. Kusetubuhi Bapakku dgn raqus. Ekspresi Bapakku makin menambah nafsuku. Remasan tangan Bapakku di kedua payudaraqu semakin menimbulkan rasa nikmat. Kogoyg pantatku dgn irama keras dan cepat.

Tiba-tiba, aqu mau klimaks, tapi Bapak berkata, “Stop! Kita ganti posisi. Kamu nungging dulu.”

“Mau apa ini?” pikirku.

Tiba-tiba kurasakan gesekan kepala kemaluan di permukaan lubangku kemudian..

“Bless..” gagang itu masuk ke lubangku. Yg begini belum pernah kurasakan. Hudson tak pernah memperlaqukanku begini, begitu juga Muklis, lelaki yg mengambil perawanku. Tapi yg begini ini rasanya selangit. Tak terkatakan nikmatnya. Hujaman-hujaman gagang itu terasa menggesek seluruh liang kewanitaanku, bahkan hantaman kepala kemaluan itupun terasa membentur dasar kemaluanqu, yg membuatku merasa semakin nikmat. Kurasakan sodokan Bapak makin keras dan makin cepat. Perasaan yg kudapat pun makin lama makin nikmat. Makin nikmat, makin nikmat, dan makin nikmat.

Tiba-tiba,
“Auh..oh.. oh..!” kenikmatan itu meladak. Aqu klimaks untuk yg kedua kalinya. Hentakan Bapak makin cepat saja, tiba-tiba kudengar desahan panjangnya. Seiring dgn itu dicabutnya kemaluannya dari lubang kemaluanqu. Dgn gerakan cepat, Bapak sudah berada di depanku. Disodorkannya gagangnya ke mulutku. Dgn cepat kutangkap, kukulum dan kumaju-mundurkan mulutku dgn cepat. Tiba-tiba kurasakan semburan air mani panas di dalam mulutku. Aqu tak peduli. Terus kuhisap dan kuhisap. Sebagian air mani tertelan olehku, sebagian lagi kukeluarkan, lalu jatuh dan meleleh memenuhi daguku. Bapak memelukku dan menciumku,

“Nit, kapan-kapan, kalau nggak ada Mama, kita main lagi yah.” Aqu tak menjawab. Sebagai jawaban, aqu menggelayut dalam pelukan Bapakku. Yg jelas aqu pasti mau. Dgn pacarku aqu tak pernah merasakan klimaks. Dgn Bapak, sekali main klimaks dua kali. Siapa yg mau menolak?

Sesudah itu asal ada kesempatan, kami melaqukannya lagi. Sementara mama masih sering marah, dgn nada tinggi, berusaha mengajarkan disiplin. Biasanya aqu diam saja, pura-pura patuh. Padahal suaminya, yg menjadi Bapakku itu, sering kugeluti dan kunikmati. Beginilah kisah permainanku dgn Bapakku yg pendiam, tetapi sangat pintar di atas ranjang.

 
Share it:

Cerita Hot

Slider

Post A Comment:

2 comments:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus