Bagaimana Mungkin Aku Bisa Ikhlas?
Begitu banyak kejutan Tuhan untukku, karena bertemu denganmu bukanlah suatu kebetulan. Dipertemukan denganmu sejak kecil bukanlah hal yang biasa, Tuhan memperkenalkan apa arti sahabat lewat caramu memperlakukanku. Tuhan, terimakasih telah hadirkan dia di hidupku. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur Tuhan? Telah kamu tunjukkan apa itu sahabat.
Dia bukan hanya sahabat, dia bisa disebut tempat sampah. Cerita apapun kubuang dalam ocehan yang tidak cukup hanya dengan waktu satu atau dua jam. Bertukar pendapat dengannya selalu berakhir dengan sebuah ide yang brilian. Tertawa dengannya tidak cukup hanya dengan membuka mulut lebar-lebar. Menangis dihadapannya bukanlah sesuatu yang mengandung kata malu.
Bagaimana mungkin aku berkata "ikhlas" dan juga "nggak papa" pada hatimu yang patah? Bukankah perasaanmu sudah menjadi bagian dari ceritamu kepadaku? Bagaimana mungkin aku tidak merasakan betapa rapuhnya hatimu? Bukankah perasaanmu bagian dari perekat persahabatan ini? Sekarang hatimu masih sekeras batu, keinginanmu masih seteguh batu karang ditengah lautan itu.
Waktu ini kamu masih menjadi orang yang egois, masih percaya pada air yang akan mengikis perasaanmu sendiri. Tapi jika suatu saat nanti dirinya telah duduk berdua kupastikan bahwa air itu telah berhasil mengikis batu karangmu. Kamu adalah mutiara yang akan ditemukan orang yang benar-benar berani. Kamu bukanlah bunga dipinggir jalan yang siapa saja bisa memetik bahkan menebasnya.
Aku tidak sekuat dan sebaik yang kamu pikirkan. Aku hanya percaya pada apa yang sudah ditakdirkan tidak akan pernah tertukar. Belajarlah dari masa kelam, bacalah dia sebagaimana kamu yang selalu belajar dari buku-bukumu. Be the best girl! I Love You (FAY)
Post A Comment:
0 comments: