Mayoritas Ilmuan Pastikan Tak Lama Lagi Bumi Jadi Planet Plastik
NEW YORK - Sejumlah ilmuwan AS telah menghitung plastik yang pernah dibuat selama ini dan jumlahnya mencapai 8,3 miliar ton.
Bobot 8,3 milliar ton ini setara dengan berat 25.000 gedung Empire State New York atau Satu miliar Gajah.
Masalah terbesarnya adalah barang-barang plastik, seperti kemasan, cenderung digunakan hanya satu kali sebelu kemudian dibuang.
Lebih dari 70% total produksi plastik itu kini menjadi sampah dan sebagian besar dikirim ke tempat pembuangan akhir dan sebagian besar mencemari lingkungan, termasuk lautan.
"Kita dengan cepat menuju 'Planet Plastik' dan jika kita tidak mau hidup didunia itu, maka kita harus memikirkan ulang bagaimana kita menggunakan material plastik sehari hari" kata Dr Roland Geyer pada BBC.
Penelitian yang ditulis ahli lingkungan industri dari University of California, Santa Barbara dan koleganya ini muncul di jurnal Science Advances.
Laporan ini dsebut sebagai evaluasi pertama di dunia yang menganalisis sebanyak apa plastik yang sudah di produksi dalam berbagai bentuk dan kemana plastik tersebut berakhir.
Plastik yang digunakan tidak ada yang bisa benar-benar terurai. Satu-satunya cara untuk secara permanen mengurai sampah ini adalah dengan menggunakan panas, lewat proses penghancuran yang dikenal dengan pirolisis atau pembakaran, meski pembakaran memiliki dampak kesehatan dan lingkungan.
Tim yang sama - termasuk Jenna Jambeck dari University of Georgia dan Kara Lavender Law dari Sea Education Association di Woods Hole - juga mengeluarkan laporan pada 2015 yang menghitung total sampah plastik yang sampai ke laut, yaitu mencapai delapan juta ton.
Jumlah sampah plastik yang sampai ke laut inilah yang kemudian memunculkan kekhawatiran bahwa sebagian dari materi yang terbuang itu masuk ke rantai makanan, karena ikan serta hewan laut kecil kemudian mencerna fragmen polimer kecil.
Dr Erik van Sebille dari Universitas Utrecht di Belanda adalah ahli kelautan yang memantau plastik di lautan. Tentang laporan baru tersebut, ia mengatakan Kita menghadapi tsunami sampah plastik dan kita harus mengatasinya. Industri sampah global harus bersatu dan memastikan bahwa tidak ada tambahan plastik yang terbuang dan merusak lingkungan.
"Kita membutuhkan perubahan radikal dalam cara kita mengatasi sampah plastik. Dengan tren sekarang, butuh sampai 2060 untuk plastik didaur ulang dan bukan sekadar dibuang ke lingkungan. Ini terlalu lambat; kita tidak bisa menunggu selama itu," katanya pada BBC News.
Bobot 8,3 milliar ton ini setara dengan berat 25.000 gedung Empire State New York atau Satu miliar Gajah.
Masalah terbesarnya adalah barang-barang plastik, seperti kemasan, cenderung digunakan hanya satu kali sebelu kemudian dibuang.
Lebih dari 70% total produksi plastik itu kini menjadi sampah dan sebagian besar dikirim ke tempat pembuangan akhir dan sebagian besar mencemari lingkungan, termasuk lautan.
"Kita dengan cepat menuju 'Planet Plastik' dan jika kita tidak mau hidup didunia itu, maka kita harus memikirkan ulang bagaimana kita menggunakan material plastik sehari hari" kata Dr Roland Geyer pada BBC.
Penelitian yang ditulis ahli lingkungan industri dari University of California, Santa Barbara dan koleganya ini muncul di jurnal Science Advances.
Laporan ini dsebut sebagai evaluasi pertama di dunia yang menganalisis sebanyak apa plastik yang sudah di produksi dalam berbagai bentuk dan kemana plastik tersebut berakhir.
Plastik yang digunakan tidak ada yang bisa benar-benar terurai. Satu-satunya cara untuk secara permanen mengurai sampah ini adalah dengan menggunakan panas, lewat proses penghancuran yang dikenal dengan pirolisis atau pembakaran, meski pembakaran memiliki dampak kesehatan dan lingkungan.
Tim yang sama - termasuk Jenna Jambeck dari University of Georgia dan Kara Lavender Law dari Sea Education Association di Woods Hole - juga mengeluarkan laporan pada 2015 yang menghitung total sampah plastik yang sampai ke laut, yaitu mencapai delapan juta ton.
Jumlah sampah plastik yang sampai ke laut inilah yang kemudian memunculkan kekhawatiran bahwa sebagian dari materi yang terbuang itu masuk ke rantai makanan, karena ikan serta hewan laut kecil kemudian mencerna fragmen polimer kecil.
Dr Erik van Sebille dari Universitas Utrecht di Belanda adalah ahli kelautan yang memantau plastik di lautan. Tentang laporan baru tersebut, ia mengatakan Kita menghadapi tsunami sampah plastik dan kita harus mengatasinya. Industri sampah global harus bersatu dan memastikan bahwa tidak ada tambahan plastik yang terbuang dan merusak lingkungan.
"Kita membutuhkan perubahan radikal dalam cara kita mengatasi sampah plastik. Dengan tren sekarang, butuh sampai 2060 untuk plastik didaur ulang dan bukan sekadar dibuang ke lingkungan. Ini terlalu lambat; kita tidak bisa menunggu selama itu," katanya pada BBC News.
(FAY)
Post A Comment:
0 comments: