CERITA HOT-Dalam kehidupan, aku boleh dibilang berkecukupan, selain Bapakku yang seorang pamong di daerah jawa tengah, orang tua Mas Indropun terbilang orang cukup berada dan menetap di jakarta. Setelah menempuh hidup bersama dalam rumah tangga selama 1,5 tahun, maka kita merencanakan menunda punya anak. Mas Indro ingin aku mencurahkan perhatianku kepada pekerjaan dan ingin tetap menikmati kehidupan berdua tanpa di ganggu anak terlebih dahulu.
Saat ini usiaku menginjak 27 tahun. tinggiku 168cm dengan rambut sebahu. kulitku kata kawan2ku sawo matang, karena jika putih pasti kalah denagn orang chinese. Tak heran selama aku kuliah dulu di daerah surakarta,banyak kawan sekampusku yang coba mendekati, tetapi hatiku terpaut pada Mas Indro saja. Bukan materi yang aku kejar pada dirinya, tetapi karena sikapnya yang santun thdp aku.
Kawan2 bilang aku terkemudian pilih2,tetapi semua itu salah, dan kebetulan Mas Indro datang kekostku skemudian pake BMW kadang mercy milik orang tuanya. Tapi aku lebih suka jika ia datang dan jemput pake sepeda motor saja. Bukan apa2, di kampungku orangtuaku juga punya mobil seperti itu. Kehidupan sexualku normal dan Mas Indropun tau ttg seleraku. Ia amat mengerti kapan kita bisa berhubungan badan dan kapan tak. Akupun tak mau Mas Indro terkemudian memporsir tenaganya untuk melakukan kewajibannya. Sebagai wanita jawa aku dituntut untuk nrimo dan pasrah saja.
Kita tinggal di surakarta dan menempati rumah pemberian orang tua Mas Indro. Di rumah yang luas dan asri ini, kita tinggal dan dikawani dua orang pembantu suami istri. Kedua pembantu itu telah lama ikut dengan orang tua Mas Indro. Usia mereka kira2 65 tahun. yang perempuan bernama mak Atik dan pak bidin. Kita mempercayakan rumah kepada mereka jika kita pergi kerja. Setiap hari aku kekantor kadang diantar Mas Indro dan kadang aku nyetir sendiri.
Suatu saat aku pulang kantor dan mau kerumah, aku tanpa sengaja menyerempet sebuah sepeda yang dikemudikan oleh seorang lelaki paro baya. Lelaki itu jatuh dan aku karena takut dan terkejut, maka aku larikan saja mobilku kearah rumah. Sesampai dirumah aku, masukkan mobil dan diam di kamar. Masih terbayang olehku saat, lelaki itu jatuh dan memanggil manggil aku untuk berhenti, tetapi aku tancap gas.
Dirumah perasanku tak tenang dan itu aku diamkan saja dari Mas Indro. setelah kejadian itu besoknya aku minta diantar kekantor dengan Mas Indro. hampir tiap malam aku bermimpi bertemu dengan lelaki yang ku tabrak itu. sampai2 Mas Indro heran akan sikapku yang berubah dingin dan gundah gulana. Kemudian Mas Indro menanyakan sebab perubahan sikapku itu. Akupun berterus terang dan Mas Indro memahaminya. Kemudian ia sarankan aku untuk menagmbil seorang driver, untuk mengantarku. Akupun setuju, sebab aku memang trauma sejak saat itu menyetir sendiri.
Beberapa hari kemudian, datanglah driver yang dicari Mas Indro itu. Alangkah terkejutnya aku, soalnya itu adalah orang yang aku tabrak tempo hari. Iapun terkejut, tetapi aku berusaha mengatur sikapku, aku yakin iapun masih ingat denganku saat ku tabrak. Supaya Mas Indro tak curiga pada orang yang ku tabrak itu, maka aku setuju saja jika ia jadi driverku. Aku pikir itung2 balas jasa atas kesalahanku saat itu. Namanya Pak Reza, Usianya kira2 66 tahun, tetapi masih kuat dan sehat.
Sejak saat itu aku skemudian diantar Pak Reza kemana aku pergi, baik kekantor atau belanja. Setiap pagi ia telah ada di rumah, dan siap2 membersihkan mobilku. Sedang suamiku telah akrab dgn Pak Reza. Suatu hari saat mengantar aku kekantor sambil bincang2 Pak Reza, bilang padaku.
“Bu.. kalau ndak salah ibu dulu, nabrak saya dengan mobil ini kan?”.. tanyanya. Aku terdiam dan Pak Rezapun berkata,
“ibu,,, kejam dan tak bertanggung jawab”. Kemudian ku jawab…
“maaf pak.. waktu itu memang saya salah,, saya tergesa gesa saat itu,” jawabku.
“Alahhhh kalian orang kaya memang begitu.. menganggap orang lain sampah,” lanjutnya.. Kemudian ku jawab..
“jangan gitu pak? saya waktu itu benar2 khilaf” kataku lagi. Kemudian ia diam… Aku… pun diam saja saat itu, hingga sampai di rumah. Sejak kejadian itu sikapnya terhadapku jadi lain dan aku tak ambil pusing. Aneh memang kenapa sejak saat Pak Reza bertanya kepadaku saat itu, aku merasakan adanya sensasi tersendiri dalam hatiku saat menatap matanya. Perasaanku kepada Pak Reza serasa ingin terus bersama dengannya.
Jika ia pulang sore harinya,aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Dan pagi jika ia datang untuk mengantarku rasa itu jadi senang dan seperti kasmaran. Perasanku kepada Mas Indro biasa saja. Jum’at sore saat ia menjemputku, entah kenapa aku minta Pak Reza untuk mampir dulu untuk singgah di sebuah restoran. Disitu aku mengambil tempat agak kesudut dan suasananya amat romantis. Pak Reza kuajak makan. kita duduk berhadap hadapan, ia pandangngi terus mataku.
Akupun demikian seperti aku memandang mas hedra. Tanpa ada kata2 ia genggam jemariku saat itu, aku merasa tenang seperti gadis remaja dengan pasangannya. Pak Reza kemudian meraih tanganku dan menciumnya. Baru kali ini, tanganku di pegang orang selain suamiku dan ada rasa hangat yang mengalir di sekujur badanku. Beberapa saat kita menikmati suasana yang tak aku hendaki itu terjadi. Setelah itu kita keluar dari restoran itu dan menuju kemobil. Dalam mobiku itu, aku terdiam dan bingung akan kejadian barusan, otakku tak berjalan sebagai mana mestinya, soalnya aku bermesraan dengan driverku yang tak sepadan denganku dan ia dengan bebasnya meraih dan meremas tanganku.
Dalam mobil sebelum berjalan, Pak Reza menoleh kearahku,dan kembali meraih jemariku dan kemudian ia rengkuh badanku kemudian ia kecup bibirku. aku kembali seperti orang linglung. Sesampai dirumah aku terus terbayang sensasi kejadian tadi sore itu. Alangkah kurang ajarnya driverku itu, bisik hatiku. Malam harinya, dengan separo hati, aku layani suamiku dengan apa adanya. Tak ada lagi rasa nikmat yang aku rasakan saat Mas Indro mencumbuku dan mensebadaniku.
Hatiku skemudian terbayang wajah Pak Reza. Kalau pikiranku sehat saat itu, aku berpikir apa istimewanya Pak Reza? gak ada rasanya. tapi aku skemudian terbayang wajahnya, sampai2 saat suamiku saat berada diatas badanku saat melakukan hubungan badan, aku kira Pak Reza yang diatas badanku, tapi untunglah aku masih bisa mengusai diri. Besoknya aku seperti biasa diantar olehnya, dan ia tambah berani dengan meraba paha dan dadaku, tangannya aku tepiskan, namaun ia hanya senyum.
Setiap hari, matanya tak luput memandangku dari ujung rambut sampai kaki. Entah kenapa setiap hari, ada2 saja yang ia pegang dari badanku, kadang dadaku, paha, kadang ia cium bibirku. Tetapi aku tak berontak. Suatu ketika saat pulang kantor, mobil tak ia arahkan kerumah tapi, kerumahnya di kawasan kartosuro. Disana, suasananya sepi dan jarang ada rumah penduduk. Entah kenapa akau, mau saja diajak turun dan amsuk kerumahnya, yang dikelilinggi pohon2 besar.
Rumahnya terbuat dari kayu dan beratap genteng yang telah tua. Dalam rumah itu hanya ada dipan beralaskan tikar dan sebuah bantal. Kemudian Pak Reza menutup pintu rumah itu dan menyilahkan aku duduk di pinggiran dipan itu. Kalau dilihat, gubuknya seperti rumah dukun dan didindingnya ada semacam tulang2 dan bau menyan. Pak Reza kebelakang dan tak lama kemudian muncul dan duduk di sampingku.
“Bu… beginilah keadaan saya,” katanya…
“oooo.. ndak apa lah pak?” jawabku.
Kemudian tiba2 saja ia lingkarkan tangannya di bahuku.
“Aku merasa tak enak.. buk… saya,,, ingin… merasakan kehangatan badan ibu,,,” katanya.
“Dulunya istri saya masih hidup jika tak ibu tabrak saya saat itu, saya masih bisa menolongnya, tetapi ibu, membuat saya terlambat.. dan istri saya meninggal,” terangnya.
“sekarang ibu,, lah yang menggantikannya…” lanjutnya lagi. Aku diam saja saat itu, aku begitu karena pikiranku sudah kosong dan dalam diriku ada semacam hasrat yang menghentak untuk dituntaskan dan lepaskan. Setelah berkata begitu, satu persatu pakainanku jatuh kelantai dan setiap inci badanku ia raih dan remah hingga aku tak berpenutup lagi.
Aku ia baringkan di dipan kayu itu, kemudian ia buka pakaiannya hingga, sama2 bugil denganku. saat itu aku sebelumnya hanya berpakaian kantor. kemudian ia raih inci demi inci setiap rongga di badanku. Dan akhirnya ia hujamkan kejantanannya kekemaluanku berkali kali. ,hingga derit dipan itu terdengar. Aku hanya mendengus dan merasa terus dijadikan kuda pacu. Badan mulusku dijamah Pak Reza berulang ulang, hingga akhirnya ia pancarkan cairan hangat itu didalam kemaluanku, ada rasa hangat dan tegang saat ia sampai klimaks. Aku pun tanpa kusadari dari tadi telah pula orgasme. Badanku saat itu penuh dengan keringat dan bercampur dengan keringat Pak Reza.
Aku mersakan perih dan ngilu pada selangkanganku karena kejantanan Pak Reza panjang dan besar juga. hampir seluruh kulit badanku merah2 dan putingku serasa panas akibat gigitan Pak Reza. Beberapa saat kemudian aku di suruh berpakaian dan berbenah seperti biasa lagi. Kemudian aku pulang diantarkanya dengan mobilku. Dalam mobil aku merasa sesal telah mengkhianati Mas Indro, tetapi apa dayaku, sebab Pak Reza amat berkuasa terhadap badanku, hingga ia berhasil menelanjangngi dan menyebadani ku. Sejak saat itu, bila ada waktu saat aku pulang kantor, Pak Reza skemudian menybadaniku dan kadang jika suamiku ke jakarta, ia dengan seenaknya tidur di rumahku dan kitapun bersebadan dengan Pak Reza di atas ranjang kita dengan Mas Indro.
Setiap ia menggauliku aku skemudian merasakan puas dan pegal2 pada selangkangannku. Para pembantuku tak curiga atas tindakan kita itu. Pak Reza pun tampaknya bisa menutup mulut kedua pembantuku. Hampir selama 6 bulan aku menjadi bulan2an nafsu Pak Reza, itu, akupun merasakannya. Tetapi aku sedikit tenang, aku tak bakalan hamil, karena aku sudah memasang spiral.
Dan itu aku sadari, karena hampir setiap berhubungan sex dengan Pak Reza, ia skemudian mengeluarkan air maninya dalam rahimku. Dan memang aku sempat mencium bau tak enak saat ia berada diatas badanku. Bau keringatnya amat busuk, tetapi aku skemudian mengganti sprei ranjangku setiap ia meniduriku, sebab bau keringatnya akan tinggal di kain sprei itu. kamarpun aku semprot dengan wewangian dan acnya kemudian menyala.
Dan sekian lama barulah aku mengetahui dari seorang kawan bahwa Pak Reza adalah seorang dukun dan aku telah di guna- gunainya. Atas saran dan bantuan seorang orang pintar di tempat rekan kerjaku itu, kini aku telah terbebas dari guna-guna Pak Reza. Iapun kemudian, aku pecat dan ia sempat mengancamku, akan membongkar hubungan sexku dengan ku kepada suamiku. Dengan minta duit sekitar 10 juta dari tabunganku aku, minta dia keluar. Sejak saat itu ia tak pernah muncul lagi…
Saat ini usiaku menginjak 27 tahun. tinggiku 168cm dengan rambut sebahu. kulitku kata kawan2ku sawo matang, karena jika putih pasti kalah denagn orang chinese. Tak heran selama aku kuliah dulu di daerah surakarta,banyak kawan sekampusku yang coba mendekati, tetapi hatiku terpaut pada Mas Indro saja. Bukan materi yang aku kejar pada dirinya, tetapi karena sikapnya yang santun thdp aku.
Kawan2 bilang aku terkemudian pilih2,tetapi semua itu salah, dan kebetulan Mas Indro datang kekostku skemudian pake BMW kadang mercy milik orang tuanya. Tapi aku lebih suka jika ia datang dan jemput pake sepeda motor saja. Bukan apa2, di kampungku orangtuaku juga punya mobil seperti itu. Kehidupan sexualku normal dan Mas Indropun tau ttg seleraku. Ia amat mengerti kapan kita bisa berhubungan badan dan kapan tak. Akupun tak mau Mas Indro terkemudian memporsir tenaganya untuk melakukan kewajibannya. Sebagai wanita jawa aku dituntut untuk nrimo dan pasrah saja.
Kita tinggal di surakarta dan menempati rumah pemberian orang tua Mas Indro. Di rumah yang luas dan asri ini, kita tinggal dan dikawani dua orang pembantu suami istri. Kedua pembantu itu telah lama ikut dengan orang tua Mas Indro. Usia mereka kira2 65 tahun. yang perempuan bernama mak Atik dan pak bidin. Kita mempercayakan rumah kepada mereka jika kita pergi kerja. Setiap hari aku kekantor kadang diantar Mas Indro dan kadang aku nyetir sendiri.
Suatu saat aku pulang kantor dan mau kerumah, aku tanpa sengaja menyerempet sebuah sepeda yang dikemudikan oleh seorang lelaki paro baya. Lelaki itu jatuh dan aku karena takut dan terkejut, maka aku larikan saja mobilku kearah rumah. Sesampai dirumah aku, masukkan mobil dan diam di kamar. Masih terbayang olehku saat, lelaki itu jatuh dan memanggil manggil aku untuk berhenti, tetapi aku tancap gas.
Dirumah perasanku tak tenang dan itu aku diamkan saja dari Mas Indro. setelah kejadian itu besoknya aku minta diantar kekantor dengan Mas Indro. hampir tiap malam aku bermimpi bertemu dengan lelaki yang ku tabrak itu. sampai2 Mas Indro heran akan sikapku yang berubah dingin dan gundah gulana. Kemudian Mas Indro menanyakan sebab perubahan sikapku itu. Akupun berterus terang dan Mas Indro memahaminya. Kemudian ia sarankan aku untuk menagmbil seorang driver, untuk mengantarku. Akupun setuju, sebab aku memang trauma sejak saat itu menyetir sendiri.
Beberapa hari kemudian, datanglah driver yang dicari Mas Indro itu. Alangkah terkejutnya aku, soalnya itu adalah orang yang aku tabrak tempo hari. Iapun terkejut, tetapi aku berusaha mengatur sikapku, aku yakin iapun masih ingat denganku saat ku tabrak. Supaya Mas Indro tak curiga pada orang yang ku tabrak itu, maka aku setuju saja jika ia jadi driverku. Aku pikir itung2 balas jasa atas kesalahanku saat itu. Namanya Pak Reza, Usianya kira2 66 tahun, tetapi masih kuat dan sehat.
Sejak saat itu aku skemudian diantar Pak Reza kemana aku pergi, baik kekantor atau belanja. Setiap pagi ia telah ada di rumah, dan siap2 membersihkan mobilku. Sedang suamiku telah akrab dgn Pak Reza. Suatu hari saat mengantar aku kekantor sambil bincang2 Pak Reza, bilang padaku.
“Bu.. kalau ndak salah ibu dulu, nabrak saya dengan mobil ini kan?”.. tanyanya. Aku terdiam dan Pak Rezapun berkata,
“ibu,,, kejam dan tak bertanggung jawab”. Kemudian ku jawab…
“maaf pak.. waktu itu memang saya salah,, saya tergesa gesa saat itu,” jawabku.
“Alahhhh kalian orang kaya memang begitu.. menganggap orang lain sampah,” lanjutnya.. Kemudian ku jawab..
“jangan gitu pak? saya waktu itu benar2 khilaf” kataku lagi. Kemudian ia diam… Aku… pun diam saja saat itu, hingga sampai di rumah. Sejak kejadian itu sikapnya terhadapku jadi lain dan aku tak ambil pusing. Aneh memang kenapa sejak saat Pak Reza bertanya kepadaku saat itu, aku merasakan adanya sensasi tersendiri dalam hatiku saat menatap matanya. Perasaanku kepada Pak Reza serasa ingin terus bersama dengannya.
Jika ia pulang sore harinya,aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Dan pagi jika ia datang untuk mengantarku rasa itu jadi senang dan seperti kasmaran. Perasanku kepada Mas Indro biasa saja. Jum’at sore saat ia menjemputku, entah kenapa aku minta Pak Reza untuk mampir dulu untuk singgah di sebuah restoran. Disitu aku mengambil tempat agak kesudut dan suasananya amat romantis. Pak Reza kuajak makan. kita duduk berhadap hadapan, ia pandangngi terus mataku.
Akupun demikian seperti aku memandang mas hedra. Tanpa ada kata2 ia genggam jemariku saat itu, aku merasa tenang seperti gadis remaja dengan pasangannya. Pak Reza kemudian meraih tanganku dan menciumnya. Baru kali ini, tanganku di pegang orang selain suamiku dan ada rasa hangat yang mengalir di sekujur badanku. Beberapa saat kita menikmati suasana yang tak aku hendaki itu terjadi. Setelah itu kita keluar dari restoran itu dan menuju kemobil. Dalam mobiku itu, aku terdiam dan bingung akan kejadian barusan, otakku tak berjalan sebagai mana mestinya, soalnya aku bermesraan dengan driverku yang tak sepadan denganku dan ia dengan bebasnya meraih dan meremas tanganku.
Dalam mobil sebelum berjalan, Pak Reza menoleh kearahku,dan kembali meraih jemariku dan kemudian ia rengkuh badanku kemudian ia kecup bibirku. aku kembali seperti orang linglung. Sesampai dirumah aku terus terbayang sensasi kejadian tadi sore itu. Alangkah kurang ajarnya driverku itu, bisik hatiku. Malam harinya, dengan separo hati, aku layani suamiku dengan apa adanya. Tak ada lagi rasa nikmat yang aku rasakan saat Mas Indro mencumbuku dan mensebadaniku.
Hatiku skemudian terbayang wajah Pak Reza. Kalau pikiranku sehat saat itu, aku berpikir apa istimewanya Pak Reza? gak ada rasanya. tapi aku skemudian terbayang wajahnya, sampai2 saat suamiku saat berada diatas badanku saat melakukan hubungan badan, aku kira Pak Reza yang diatas badanku, tapi untunglah aku masih bisa mengusai diri. Besoknya aku seperti biasa diantar olehnya, dan ia tambah berani dengan meraba paha dan dadaku, tangannya aku tepiskan, namaun ia hanya senyum.
Setiap hari, matanya tak luput memandangku dari ujung rambut sampai kaki. Entah kenapa setiap hari, ada2 saja yang ia pegang dari badanku, kadang dadaku, paha, kadang ia cium bibirku. Tetapi aku tak berontak. Suatu ketika saat pulang kantor, mobil tak ia arahkan kerumah tapi, kerumahnya di kawasan kartosuro. Disana, suasananya sepi dan jarang ada rumah penduduk. Entah kenapa akau, mau saja diajak turun dan amsuk kerumahnya, yang dikelilinggi pohon2 besar.
Rumahnya terbuat dari kayu dan beratap genteng yang telah tua. Dalam rumah itu hanya ada dipan beralaskan tikar dan sebuah bantal. Kemudian Pak Reza menutup pintu rumah itu dan menyilahkan aku duduk di pinggiran dipan itu. Kalau dilihat, gubuknya seperti rumah dukun dan didindingnya ada semacam tulang2 dan bau menyan. Pak Reza kebelakang dan tak lama kemudian muncul dan duduk di sampingku.
“Bu… beginilah keadaan saya,” katanya…
“oooo.. ndak apa lah pak?” jawabku.
Kemudian tiba2 saja ia lingkarkan tangannya di bahuku.
“Aku merasa tak enak.. buk… saya,,, ingin… merasakan kehangatan badan ibu,,,” katanya.
“Dulunya istri saya masih hidup jika tak ibu tabrak saya saat itu, saya masih bisa menolongnya, tetapi ibu, membuat saya terlambat.. dan istri saya meninggal,” terangnya.
“sekarang ibu,, lah yang menggantikannya…” lanjutnya lagi. Aku diam saja saat itu, aku begitu karena pikiranku sudah kosong dan dalam diriku ada semacam hasrat yang menghentak untuk dituntaskan dan lepaskan. Setelah berkata begitu, satu persatu pakainanku jatuh kelantai dan setiap inci badanku ia raih dan remah hingga aku tak berpenutup lagi.
Aku ia baringkan di dipan kayu itu, kemudian ia buka pakaiannya hingga, sama2 bugil denganku. saat itu aku sebelumnya hanya berpakaian kantor. kemudian ia raih inci demi inci setiap rongga di badanku. Dan akhirnya ia hujamkan kejantanannya kekemaluanku berkali kali. ,hingga derit dipan itu terdengar. Aku hanya mendengus dan merasa terus dijadikan kuda pacu. Badan mulusku dijamah Pak Reza berulang ulang, hingga akhirnya ia pancarkan cairan hangat itu didalam kemaluanku, ada rasa hangat dan tegang saat ia sampai klimaks. Aku pun tanpa kusadari dari tadi telah pula orgasme. Badanku saat itu penuh dengan keringat dan bercampur dengan keringat Pak Reza.
Aku mersakan perih dan ngilu pada selangkanganku karena kejantanan Pak Reza panjang dan besar juga. hampir seluruh kulit badanku merah2 dan putingku serasa panas akibat gigitan Pak Reza. Beberapa saat kemudian aku di suruh berpakaian dan berbenah seperti biasa lagi. Kemudian aku pulang diantarkanya dengan mobilku. Dalam mobil aku merasa sesal telah mengkhianati Mas Indro, tetapi apa dayaku, sebab Pak Reza amat berkuasa terhadap badanku, hingga ia berhasil menelanjangngi dan menyebadani ku. Sejak saat itu, bila ada waktu saat aku pulang kantor, Pak Reza skemudian menybadaniku dan kadang jika suamiku ke jakarta, ia dengan seenaknya tidur di rumahku dan kitapun bersebadan dengan Pak Reza di atas ranjang kita dengan Mas Indro.
Setiap ia menggauliku aku skemudian merasakan puas dan pegal2 pada selangkangannku. Para pembantuku tak curiga atas tindakan kita itu. Pak Reza pun tampaknya bisa menutup mulut kedua pembantuku. Hampir selama 6 bulan aku menjadi bulan2an nafsu Pak Reza, itu, akupun merasakannya. Tetapi aku sedikit tenang, aku tak bakalan hamil, karena aku sudah memasang spiral.
Dan itu aku sadari, karena hampir setiap berhubungan sex dengan Pak Reza, ia skemudian mengeluarkan air maninya dalam rahimku. Dan memang aku sempat mencium bau tak enak saat ia berada diatas badanku. Bau keringatnya amat busuk, tetapi aku skemudian mengganti sprei ranjangku setiap ia meniduriku, sebab bau keringatnya akan tinggal di kain sprei itu. kamarpun aku semprot dengan wewangian dan acnya kemudian menyala.
Dan sekian lama barulah aku mengetahui dari seorang kawan bahwa Pak Reza adalah seorang dukun dan aku telah di guna- gunainya. Atas saran dan bantuan seorang orang pintar di tempat rekan kerjaku itu, kini aku telah terbebas dari guna-guna Pak Reza. Iapun kemudian, aku pecat dan ia sempat mengancamku, akan membongkar hubungan sexku dengan ku kepada suamiku. Dengan minta duit sekitar 10 juta dari tabunganku aku, minta dia keluar. Sejak saat itu ia tak pernah muncul lagi…
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus