Nilai Sex Plus Pak Chandra
CERITA HOT-Tepat jam 5 aku tiba di rumah Pak Chandra Sore itu aku memakai pakaian kemeja berkancing yang agak kebesaran, untuk menutupi menonjolnya payudaraku, serta celana jins yg tidak terlalu ketat, tentu tak lupa juga BH dan celana dalam. Sementara Pak Chandra tampak santai, memakai kaos berlengan dan celana panjang biasa. Pak Chandra langsung duduk di sebelahku, dan menjelaskan kondisiku. Dengan jebloknya nilai ulangan-ulanganku, mulai sekarang aku harus berusaha sangat keras supaya bisa lulus.
“Kamu mengerti situasimu kan?” tanya Pak Chandra.
“Sudah lama Bapak ingin merasakan memek mu yang wangi, tidak disangka hari ini kamu menyerahkan diri,” ujarnya sambil tertawa keras selagi tetap memegangi mulut dan kedua tanganku.
“Kamu nggak usah macam-macam, layani saja Bapak, maka kamu nggak perlu mengkhawatirkan nilai-nilaimu yang jeblok itu. Kalo sampai kamu menjerit atau berontak terlalu keras, maka Bapak jamin kamu tidak akan lulus, ok?” tambahnya lagi.
Cerita Sex Pelajar | Saat itu aku sungguh-sungguh tidak tahu harus berbuat apa karena belum pernah menghadapi situasi seperti ini dalam hidupku. Tiba-tiba Pak Chandra dengan cepat melepas kacamataku dan menaruhnya di meja sebelah. Kemudian tangan kirinya menarik rambutku dan menciumi bibirku yang mungil dengan kasar, sementara tangan kanannya meremas-remas payudaraku yang sebelah kiri dengan gemasnya sehingga kemejaku mulai awut-awutan. Karena kedua tanganku sudah tidak dipegangi lagi, sempat terlintas di pikiranku untuk memukuli Pak Chandra, namun ancaman tidak lulus membuatku sangat takut dan tidak berani melakukannya. Aku hanya berusaha melepaskan diri namun sia-sia saja.
Kemudian Pak Chandra melepaskan ciumannya, dan kedua tangannya dengan segera memreteli kancing kemejaku satu-persatu. Aku mulai menangis dan memohon untuk dilepaskan, tapi Pak Chandra tidak menghiraukan. Dengan kasar ia menyingkirkan kemejaku dan melemparkannya ke lantai. Setelah itu Pak Chandra dengan paksa melucuti celana jinsku. Tubuhku hanya tertutupi BH dan celana dalam saja, buah dadaku yang berukuran 38C terlihat sangat menonjol. Sekali lagi aku diterkamnya sehingga hanya bisa berbaring pasrah di sofa yang besar dan empuk itu. Pak Chandra kembali menciumi bibirku sementara kedua tangannya dengan ganas meremas-remas buah dadaku.
Chandra Kemudian Pak Chandra menyuruhku menurunkan CD-nya sampai kedua kakinya, sehingga kami berdua sama-sama telanjang bulat. Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan Pak Chandra mengambil posisi di antaranya sambil memegangi senjatanya. “Pak, pelan-pelan ya? Punya Bapak besar sekali. Saya agak takut,” kataku saat itu.
“Ha ha ha ha.. nggak usah takut, pokoknya kamu pasti seneng,” jawabnya.
Pak Chandra juga memberitahuku nggak usah khawatir hamil, karena nantinya ia tidak akan mengeluarkan air maninya di memekku.
“Biar kayak di BF-BF itu maya,” katanya. Aku yang berbaring telentang menjawab dengan kepalaku, yang dialasi bantal empuk, mengangguk-angguk.
Aku menahan nafas saat Pak Chandra mulai memasukkan penisnya ke arah memekku yang sudah basah sedari tadi.
“Ohhh.. Pak..” jeritku kecil.
Rasanya bener-bener nikmat meski mungkin baru ujung penis Pak Chandra saja yang terbenam di memekku. Kulihat Pak Chandra mulai memompa dan memegangi penisnya keluar masuk dari memekku sehingga menggesek-gesek klitorisku yang makin basah. Aku sungguh-sungguh terbuai, dan kemudian dengan sekali sentakan kulihat separuh penis Pak Chandra masuk ke memekku.
“Ohhh.. Pak Chandra ..” desahku dengan nafas berat.
Kemudian Pak Chandra mengarahkan kedua tangannya ke arah gunung kembarku dan mulai meremas-remas dengan agak kasar, sambil memaju mundurkan penisnya keluar masuk memekku.
“Ohhh Pak Chandra ..” Aku sudah benar-benar lupa diri, yang ada di pikiranku saat itu hanyalah kenikmatan liar ini.
Kombinasi dari gesekan-gesekan penis Pak Chandra di memek dan klitorisku serta remasan-remasan kasar telapak tangannya di buah dadaku yang amat sensitif membuatku menjerit dan mendesah tidak karuan dengan liarnya.
Pak Chandra mulai memompa penisnya dengan lebih cepat. Sambil tangannya bertumpu dengan meremas-remas buah dadaku, Pak Chandra bergerak maju mundur sangat cepat dan kuat. Pandangan penuh nafsu Pak Chandra di wajahku kubalas dengan reaksi serupa. Mungkin karena basahnya memekku, kulihat saat itu Pak Chandra bisa memasukkan seluruh penisnya pada setiap sentakan. Kami berdua sudah sama-sama mandi keringat, apalagi urat-urat dan otot-otot di sekujur tubuh Pak Chandra jelas terlihat. Hanya suara desahan dan lenguhan liar bagaikan binatang dari kami berdua yang terdengar di kamar.
Akhirnya aku tidak tahan lagi, orgasmeku yang kedua datang. Aku menjerit sangat keras, dan Pak Chandra justru tambah mempercepat dan memperkuat gerakan serta remasannya. Tubuh mungilku terguncang hebat, sekali lagi dalam cengkeraman Pak Chandra. Kemudian dipeluknya tubuhku, kubalas pula dengan erat sehingga terasa keringat kami berdua saling bercampur. Pak Chandra tidak pernah berhenti memompa penisnya saat orgasmeku yang kedua itu berlangsung. Setelah klimaksku selesai beberapa saat kemudian, tubuhku tergolek lemas dalam posisi saling memeluk, sungguh kontras sekali perbedaan warna dari tubuh kami. Memekku dan penis Pak Chandra yang terbenam seluruhnya terasa sangat basah dan aku kesulitan mengatur nafasku di bawah tindihan tubuh Pak Chandra.
“Nikmat sekali kamu maya,” ujar Pak Chandra sambil tersenyum ke wajahku.
Kubalas lemah senyumannya sambil merasakan kenikmatan ini. Kuberanikan berbisik lemah,
“Bapak kok belum keluar?” Sambil tertawa-tawa, Pak Chandra menjawab,
“Kan sudah Bapak bilang nggak mungkin tak keluarin di memek kamu. Bapak sudah kepikiran tak keluarin pejuh Bapak di bagian tubuh kamu yang lain.”
“Di mana Pak?” tanyaku.
Pak Chandra hanya membalas dengan senyuman sambil melepaskan pelukannya dan bangkit dari atas tubuhku dan kemudian mengambil posisi duduk berjongkok di perutku.
Campuran keringat dan cairan memekku membuat Pak Chandra dengan mudah menggerakan penisnya di sepanjang belahan dadaku. Aku tidak pernah berhenti memijat, meremas, dan menjepit payudaraku sehingga kulihat mata Pak Chandra merem melek.
“Oh maya sayang..!” jerit Pak Chandra sesekali.
Gerakan Pak Chandra makin lama makin cepat, sementara aku juga menguatkan pijatan dan remasan. Karena payudaraku yang amat sensitif merasakan kerasnya penis Pak Chandra, kurasakan ledakan-ledakan kecil di memekku. Aku juga sering mendesah-desah tidak karuan.
Kuperhatikan dorongan penis besar Pak Chandra membuat ujungnya makin lama makin dekat ke daguku, kurasakan pula buah zakarnya bertabrakan dengan pangkal payudaraku dalam setiap dorongan yang dilakukannya. Dengan beralaskan bantal, kumajukan mulutku dan mulai memberikan jilatan-jilatan cepat liar setiap kali kepala penis Pak Chandra mendekat. Sekilas kulihat mata Pak Chandra terbelalak dengan keagresifanku ini.
“Kamu makin liar aja maya, Bapak bener-bener nggak tahan!” desahnya.
Dengan terampil kuberikan kenikmatan pada Pak Chandra, jilatan-jilatan lidahku pada ujung penisnya serta remasan-remasan payudaraku menggesek penisnya. Aku betul-betul ingin membalas semua kenikmatan yang sebelumnya diberikan Pak Chandra terhadapku, tidak peduli lagi status dan perbedaan usia kami. Gerakan dan ekspresi kami sudah seperti sepasang kekasih yang tidak mampu lagi menahan nafsunya atau mungkin layaknya dua bintang film porno.
“Oh maya sayang!” Pak Chandra akhirnya menjerit keras dan menghentikan gerakannya.
Penis Pak Chandra masih terjepit di antara payudaraku dan ujungnya persis dekat di depan bibirku yang sedikit menganga. Bersamaan dengan itu, air mani atau pejuh dari penis Pak Chandra muncrat! Tembakan-tembakan deras pejuh Pak Chandra membasahi dan lengket di sebagian besar wajah dan bibirku.
“Kamu mengerti situasimu kan?” tanya Pak Chandra.
“Sudah lama Bapak ingin merasakan memek mu yang wangi, tidak disangka hari ini kamu menyerahkan diri,” ujarnya sambil tertawa keras selagi tetap memegangi mulut dan kedua tanganku.
“Kamu nggak usah macam-macam, layani saja Bapak, maka kamu nggak perlu mengkhawatirkan nilai-nilaimu yang jeblok itu. Kalo sampai kamu menjerit atau berontak terlalu keras, maka Bapak jamin kamu tidak akan lulus, ok?” tambahnya lagi.
Cerita Sex Pelajar | Saat itu aku sungguh-sungguh tidak tahu harus berbuat apa karena belum pernah menghadapi situasi seperti ini dalam hidupku. Tiba-tiba Pak Chandra dengan cepat melepas kacamataku dan menaruhnya di meja sebelah. Kemudian tangan kirinya menarik rambutku dan menciumi bibirku yang mungil dengan kasar, sementara tangan kanannya meremas-remas payudaraku yang sebelah kiri dengan gemasnya sehingga kemejaku mulai awut-awutan. Karena kedua tanganku sudah tidak dipegangi lagi, sempat terlintas di pikiranku untuk memukuli Pak Chandra, namun ancaman tidak lulus membuatku sangat takut dan tidak berani melakukannya. Aku hanya berusaha melepaskan diri namun sia-sia saja.
Kemudian Pak Chandra melepaskan ciumannya, dan kedua tangannya dengan segera memreteli kancing kemejaku satu-persatu. Aku mulai menangis dan memohon untuk dilepaskan, tapi Pak Chandra tidak menghiraukan. Dengan kasar ia menyingkirkan kemejaku dan melemparkannya ke lantai. Setelah itu Pak Chandra dengan paksa melucuti celana jinsku. Tubuhku hanya tertutupi BH dan celana dalam saja, buah dadaku yang berukuran 38C terlihat sangat menonjol. Sekali lagi aku diterkamnya sehingga hanya bisa berbaring pasrah di sofa yang besar dan empuk itu. Pak Chandra kembali menciumi bibirku sementara kedua tangannya dengan ganas meremas-remas buah dadaku.
Chandra Kemudian Pak Chandra menyuruhku menurunkan CD-nya sampai kedua kakinya, sehingga kami berdua sama-sama telanjang bulat. Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan Pak Chandra mengambil posisi di antaranya sambil memegangi senjatanya. “Pak, pelan-pelan ya? Punya Bapak besar sekali. Saya agak takut,” kataku saat itu.
“Ha ha ha ha.. nggak usah takut, pokoknya kamu pasti seneng,” jawabnya.
Pak Chandra juga memberitahuku nggak usah khawatir hamil, karena nantinya ia tidak akan mengeluarkan air maninya di memekku.
“Biar kayak di BF-BF itu maya,” katanya. Aku yang berbaring telentang menjawab dengan kepalaku, yang dialasi bantal empuk, mengangguk-angguk.
Aku menahan nafas saat Pak Chandra mulai memasukkan penisnya ke arah memekku yang sudah basah sedari tadi.
“Ohhh.. Pak..” jeritku kecil.
Rasanya bener-bener nikmat meski mungkin baru ujung penis Pak Chandra saja yang terbenam di memekku. Kulihat Pak Chandra mulai memompa dan memegangi penisnya keluar masuk dari memekku sehingga menggesek-gesek klitorisku yang makin basah. Aku sungguh-sungguh terbuai, dan kemudian dengan sekali sentakan kulihat separuh penis Pak Chandra masuk ke memekku.
“Ohhh.. Pak Chandra ..” desahku dengan nafas berat.
Kemudian Pak Chandra mengarahkan kedua tangannya ke arah gunung kembarku dan mulai meremas-remas dengan agak kasar, sambil memaju mundurkan penisnya keluar masuk memekku.
“Ohhh Pak Chandra ..” Aku sudah benar-benar lupa diri, yang ada di pikiranku saat itu hanyalah kenikmatan liar ini.
Kombinasi dari gesekan-gesekan penis Pak Chandra di memek dan klitorisku serta remasan-remasan kasar telapak tangannya di buah dadaku yang amat sensitif membuatku menjerit dan mendesah tidak karuan dengan liarnya.
Pak Chandra mulai memompa penisnya dengan lebih cepat. Sambil tangannya bertumpu dengan meremas-remas buah dadaku, Pak Chandra bergerak maju mundur sangat cepat dan kuat. Pandangan penuh nafsu Pak Chandra di wajahku kubalas dengan reaksi serupa. Mungkin karena basahnya memekku, kulihat saat itu Pak Chandra bisa memasukkan seluruh penisnya pada setiap sentakan. Kami berdua sudah sama-sama mandi keringat, apalagi urat-urat dan otot-otot di sekujur tubuh Pak Chandra jelas terlihat. Hanya suara desahan dan lenguhan liar bagaikan binatang dari kami berdua yang terdengar di kamar.
Akhirnya aku tidak tahan lagi, orgasmeku yang kedua datang. Aku menjerit sangat keras, dan Pak Chandra justru tambah mempercepat dan memperkuat gerakan serta remasannya. Tubuh mungilku terguncang hebat, sekali lagi dalam cengkeraman Pak Chandra. Kemudian dipeluknya tubuhku, kubalas pula dengan erat sehingga terasa keringat kami berdua saling bercampur. Pak Chandra tidak pernah berhenti memompa penisnya saat orgasmeku yang kedua itu berlangsung. Setelah klimaksku selesai beberapa saat kemudian, tubuhku tergolek lemas dalam posisi saling memeluk, sungguh kontras sekali perbedaan warna dari tubuh kami. Memekku dan penis Pak Chandra yang terbenam seluruhnya terasa sangat basah dan aku kesulitan mengatur nafasku di bawah tindihan tubuh Pak Chandra.
“Nikmat sekali kamu maya,” ujar Pak Chandra sambil tersenyum ke wajahku.
Kubalas lemah senyumannya sambil merasakan kenikmatan ini. Kuberanikan berbisik lemah,
“Bapak kok belum keluar?” Sambil tertawa-tawa, Pak Chandra menjawab,
“Kan sudah Bapak bilang nggak mungkin tak keluarin di memek kamu. Bapak sudah kepikiran tak keluarin pejuh Bapak di bagian tubuh kamu yang lain.”
“Di mana Pak?” tanyaku.
Pak Chandra hanya membalas dengan senyuman sambil melepaskan pelukannya dan bangkit dari atas tubuhku dan kemudian mengambil posisi duduk berjongkok di perutku.
Campuran keringat dan cairan memekku membuat Pak Chandra dengan mudah menggerakan penisnya di sepanjang belahan dadaku. Aku tidak pernah berhenti memijat, meremas, dan menjepit payudaraku sehingga kulihat mata Pak Chandra merem melek.
“Oh maya sayang..!” jerit Pak Chandra sesekali.
Gerakan Pak Chandra makin lama makin cepat, sementara aku juga menguatkan pijatan dan remasan. Karena payudaraku yang amat sensitif merasakan kerasnya penis Pak Chandra, kurasakan ledakan-ledakan kecil di memekku. Aku juga sering mendesah-desah tidak karuan.
Kuperhatikan dorongan penis besar Pak Chandra membuat ujungnya makin lama makin dekat ke daguku, kurasakan pula buah zakarnya bertabrakan dengan pangkal payudaraku dalam setiap dorongan yang dilakukannya. Dengan beralaskan bantal, kumajukan mulutku dan mulai memberikan jilatan-jilatan cepat liar setiap kali kepala penis Pak Chandra mendekat. Sekilas kulihat mata Pak Chandra terbelalak dengan keagresifanku ini.
“Kamu makin liar aja maya, Bapak bener-bener nggak tahan!” desahnya.
Dengan terampil kuberikan kenikmatan pada Pak Chandra, jilatan-jilatan lidahku pada ujung penisnya serta remasan-remasan payudaraku menggesek penisnya. Aku betul-betul ingin membalas semua kenikmatan yang sebelumnya diberikan Pak Chandra terhadapku, tidak peduli lagi status dan perbedaan usia kami. Gerakan dan ekspresi kami sudah seperti sepasang kekasih yang tidak mampu lagi menahan nafsunya atau mungkin layaknya dua bintang film porno.
“Oh maya sayang!” Pak Chandra akhirnya menjerit keras dan menghentikan gerakannya.
Penis Pak Chandra masih terjepit di antara payudaraku dan ujungnya persis dekat di depan bibirku yang sedikit menganga. Bersamaan dengan itu, air mani atau pejuh dari penis Pak Chandra muncrat! Tembakan-tembakan deras pejuh Pak Chandra membasahi dan lengket di sebagian besar wajah dan bibirku.
Post A Comment:
0 comments: