BERITA HOT168-Asal-Usul Nama Lubang Buaya dan Kesaktian Datuk Banjir
Celah Buaya. Nama itu bakal membikin ingatan masyarakat tertuju pada tempat momen berdarah 30 September 1965. Dalam tragedi itu, tujuh pahlawan revolusi yang gugur dibuang ke dalam sumur berdiameter 75 sentimeter.
Jauh sebelum tragedi memilukan itu terjadi, nama tempat di Jakarta Timur itu terbukti telah disebut Celah Buaya. Ini pasti mempunyai sejarah tersendiri atas penyebutan wilayah tersebut.
Seusai ditelusuri, nama Celah Buaya tersebut disematkan oleh orang sakti zaman dahulu bernama Datuk Banjir. Tempat ini dikenal sebagai markas buaya ganas.
Menurut keturunan Datuk Banjir, Yanto, kala itu sang buyut tengah melintasi sungai besar di kawasan Celah Buaya dengan memakai getek memakai bambu panjang sebagai dayungnya. Tetapi dalam perjalanan, bambu dayung itu tidak menyentuh dasar sungai. Bambu itu tiba-tiba menyentuh ruang kosong.
Seusai itu, lanjut dia, ruang kosong itu seolah menyedot material di atasnya. Dampaknya, bambu dayung dan getek dan Datuk Banjir turut tenggelam. Saat tenggelam itu, Datuk menonton sarang buaya di dasar sungai.
“Bambu panjang (buat dayung) itu makin tenggelem, hingga bener-bener tenggelem. Lalu Mbah juga ikut tenggelem. Tetapi tiba-tiba dirinya timbul di deket sini,” kata Yanto terhadap Liputan6.com, Rabu 22 Maret 2017, sambil menunjuk hamparan tanah kosong berupa rawa-rawa.
Seusai tenggelam ke dalam sungai dan timbul dengan tiba-tiba, Datuk Banjir pun kemudian menepi. Dirinya merenungi pengalaman spritual itu tergolong saat menonton sarang buaya di dalam sungai itu.
“Sebab itulah dinamai Celah Buaya dan Mbah langsung bermukim di sini, beranak pinak, hingga saya sekarang,” kata Yanto.
Datuk Banjir nasib di zaman Belanda tetap menjajah. Ia turut dan dalam perjuangan melawan kompeni itu. Dalam pertempuran melawan Belanda, Datuk Banjir disebutkan menunjukkan kesaktiannya.
Celah Buaya. Nama itu bakal membikin ingatan masyarakat tertuju pada tempat momen berdarah 30 September 1965. Dalam tragedi itu, tujuh pahlawan revolusi yang gugur dibuang ke dalam sumur berdiameter 75 sentimeter.
Jauh sebelum tragedi memilukan itu terjadi, nama tempat di Jakarta Timur itu terbukti telah disebut Celah Buaya. Ini pasti mempunyai sejarah tersendiri atas penyebutan wilayah tersebut.
Seusai ditelusuri, nama Celah Buaya tersebut disematkan oleh orang sakti zaman dahulu bernama Datuk Banjir. Tempat ini dikenal sebagai markas buaya ganas.
Menurut keturunan Datuk Banjir, Yanto, kala itu sang buyut tengah melintasi sungai besar di kawasan Celah Buaya dengan memakai getek memakai bambu panjang sebagai dayungnya. Tetapi dalam perjalanan, bambu dayung itu tidak menyentuh dasar sungai. Bambu itu tiba-tiba menyentuh ruang kosong.
Seusai itu, lanjut dia, ruang kosong itu seolah menyedot material di atasnya. Dampaknya, bambu dayung dan getek dan Datuk Banjir turut tenggelam. Saat tenggelam itu, Datuk menonton sarang buaya di dasar sungai.
“Bambu panjang (buat dayung) itu makin tenggelem, hingga bener-bener tenggelem. Lalu Mbah juga ikut tenggelem. Tetapi tiba-tiba dirinya timbul di deket sini,” kata Yanto terhadap Liputan6.com, Rabu 22 Maret 2017, sambil menunjuk hamparan tanah kosong berupa rawa-rawa.
Seusai tenggelam ke dalam sungai dan timbul dengan tiba-tiba, Datuk Banjir pun kemudian menepi. Dirinya merenungi pengalaman spritual itu tergolong saat menonton sarang buaya di dalam sungai itu.
“Sebab itulah dinamai Celah Buaya dan Mbah langsung bermukim di sini, beranak pinak, hingga saya sekarang,” kata Yanto.
Datuk Banjir nasib di zaman Belanda tetap menjajah. Ia turut dan dalam perjuangan melawan kompeni itu. Dalam pertempuran melawan Belanda, Datuk Banjir disebutkan menunjukkan kesaktiannya.
Post A Comment: