Jet Canggih AS Tembak Jatuh Jet Tempur Suriah di Raqqa
RAQQA - Pesawat jet tempur canggih Amerika Serikat (AS) F/A-18E Super Hornet menembak jatuh pesawat jet tempur Suriah, Su-22, di Raqqa selatan, pada Minggu malam. Pemerintah Suriah mengklaim pesawatnya yang ditembak sedang memerangi kelompok ISIS.
Namun, versi koalisi pimpinan AS, pesawat itu memerangi pasukan oposisi atau pemberontak.
Pemerintah Presiden Bashar al-Assad dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pilot militer mereka hilang dalam insiden penembakan pesawat tersebut.
”Serangan ini terjadi pada saat tentara Arab Suriah dan sekutu-sekutunya maju dalam perang melawan teroris ISIS yang dikalahkan di gurun Suriah dengan lebih dari satu cara," bunyi pernyataan tersebut.
Menurut pemerintah Assad, meski serangan semacam itu untuk merongrong perjuangan angkatan bersenjata Suriah dalam melawan terorisme, pasukan loyalis Assad tidak akan gentar dalam memperjuangkan stabilitas dan keamanan di Republik Arab Suriah.
Pihak koalisi pimpinan AS yang menjalankan operasi militer bertajuk Operation Inherent Resolve, membenarkan bahwa pesawat jet tempur Washington telah menembak jatuh pesawat jet tempur Damaskus. Alasannya, pesawat Suriah itu menargetkan tentara dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF), kelompok oposisi atau pemberontak anti-Assad.
”Pada pukul 18.43 malam, sebuah (pesawat jet tempur) rezim Suriah SU-22 menjatuhkan bom di dekat petempur SDF di selatan Tabqah dan, sesuai dengan peraturan dan pembelaan kolektif pasukan koalisi, maka segera ditembak jatuh oleh (jet tempur) F/A-18E Super Hornet AS,” bunyi pernyataan koalisi internasional yang dipimpin AS, seperti dikutip Reuters, Senin (19/6/2017).
Koalisi pimpinan AS menambahkan bahwa misinya adalah untuk mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah dan tidak berusaha untuk melawan rezim Suriah, Rusia, atau pasukan pro-rezim yang bermitra dengan mereka. “Namun (koalisi) tidak akan ragu untuk membela pasukan koalisi atau mitra dari manapun ancaman itu,” lanjut pernyataan tersebut.
Ini bukan pertama kalinya intervensi koalisi pimpinan AS di Suriah telah menyebabkan kebuntuan dan kekerasan terhadap pasukan pro-pemerintah Assad. Pada bulan September 2016, sebuah serangan udara koalisi terhadap wilayah Deir ez-Zor membunuh lebih dari 60 tentara Suriah.
Kemudian pada bulan April 2017, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan rudal jelajah Tomahawk di pangkalan udara Shayrat yang diklaim sebagai pembalasan atas penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah. Namun, tuduhan penggunaan senjata kimia itu tidak disertai bukti. (FAY)
Namun, versi koalisi pimpinan AS, pesawat itu memerangi pasukan oposisi atau pemberontak.
Pemerintah Presiden Bashar al-Assad dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pilot militer mereka hilang dalam insiden penembakan pesawat tersebut.
”Serangan ini terjadi pada saat tentara Arab Suriah dan sekutu-sekutunya maju dalam perang melawan teroris ISIS yang dikalahkan di gurun Suriah dengan lebih dari satu cara," bunyi pernyataan tersebut.
Menurut pemerintah Assad, meski serangan semacam itu untuk merongrong perjuangan angkatan bersenjata Suriah dalam melawan terorisme, pasukan loyalis Assad tidak akan gentar dalam memperjuangkan stabilitas dan keamanan di Republik Arab Suriah.
Pihak koalisi pimpinan AS yang menjalankan operasi militer bertajuk Operation Inherent Resolve, membenarkan bahwa pesawat jet tempur Washington telah menembak jatuh pesawat jet tempur Damaskus. Alasannya, pesawat Suriah itu menargetkan tentara dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF), kelompok oposisi atau pemberontak anti-Assad.
”Pada pukul 18.43 malam, sebuah (pesawat jet tempur) rezim Suriah SU-22 menjatuhkan bom di dekat petempur SDF di selatan Tabqah dan, sesuai dengan peraturan dan pembelaan kolektif pasukan koalisi, maka segera ditembak jatuh oleh (jet tempur) F/A-18E Super Hornet AS,” bunyi pernyataan koalisi internasional yang dipimpin AS, seperti dikutip Reuters, Senin (19/6/2017).
Koalisi pimpinan AS menambahkan bahwa misinya adalah untuk mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah dan tidak berusaha untuk melawan rezim Suriah, Rusia, atau pasukan pro-rezim yang bermitra dengan mereka. “Namun (koalisi) tidak akan ragu untuk membela pasukan koalisi atau mitra dari manapun ancaman itu,” lanjut pernyataan tersebut.
Ini bukan pertama kalinya intervensi koalisi pimpinan AS di Suriah telah menyebabkan kebuntuan dan kekerasan terhadap pasukan pro-pemerintah Assad. Pada bulan September 2016, sebuah serangan udara koalisi terhadap wilayah Deir ez-Zor membunuh lebih dari 60 tentara Suriah.
Kemudian pada bulan April 2017, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan rudal jelajah Tomahawk di pangkalan udara Shayrat yang diklaim sebagai pembalasan atas penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah. Namun, tuduhan penggunaan senjata kimia itu tidak disertai bukti. (FAY)
Post A Comment:
0 comments: