Susu Prabowo vs Ikan Menkes Nila F. Moeloek
BERITA TERUPDATE168 - Jakarta, Revolusi Putih yang dikumandangkan Prabowo Subianto rupanya berkiblat dari Cina. Saat melantik pengurus Partai Gerindra Sulawesi Selatan di Makassar, 14 Mei 2010, dia mengungkapkan hal itu. Saat Hu Jintao berkuasa sebagai Presiden di Republik Rakyat Cina, 2003-2013, salah satu program yang dilakukannya adalah membagian susu gratis ke sekolah-sekolah setiap hari. Usia anak-anak di Cina saat itu jumlahnya mencapai 240 juta jiwa.
"Pemerintah Cina menyiapkan susu gratis setiap hari sebanyak 240 juta liter. Ini perlu ditiru oleh bangsa kita," kata Ketua Umum Partai Gerindra itu. Program minum susu gratis untuk anak sekolah, ia melanjutkan, merupakan langkah positif bagi pembangunan sumber daya manusia. Anak-anak butuh minum susu setiap hari untuk pertumbuhan dan perkembangan otaknya. "Bagaimana anak-anak bisa pintar kalau kekurangan protein," kata Prabowo.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada 21 Oktober 2012, lewat akun FB @PrabowoSubianto dia kembali memaparkan soal pentingnya minum susu. "Kita jangan melihat hasilnya sekarang. Tunggu 10 sampai 15 tahun mendatang, jika gerakan ini simultan, yakinlah generasi kita akan menjadi generasi yang mumpuni. Hal itu juga sudah dilakukan India dan China," paparnya.
Gerakan minum susu atau Revolusi Putih yang menjadi bahan kampanye Prabowo sebagi calon Presiden sejak 2009 itu, kini diusulkan masuk program Pemprov DKI dan masuk anggaran 2018. Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, menyampaikan usulan itu kepada Anies di Balai Kota, Kamis (26/10/2017).
Program pemberian makanan tambahan selain susu pun sebetulnya bukan hal baru. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,Kementerian Pendidikan Nasional bersama enam kementerian lain pernah meluncurkan program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS), pertengahan Agustus 2010.
Program ini bertujuan untuk memperbaiki asupan gizi peserta didik di tingkat TK dan SD, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan fisik, minat, dan kemampuan belajar. Sasarannya adalah 1,2 juta siswa TK dan SD, serta 185 ribu siswa Raudhatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang setingkat TK dan SD di 27 kabupaten di 27 provinsi.
Total anggaran yang dialokasikan sebesar Rp 218 miliar dari APBNP. "Biaya per siswa sekali makan adalah Rp 2.250 untuk kawasan Indonesia barat, dan Rp 2.600 untuk kawasan Indonesia timur," ujar Menteri Pendidikan M. Nuh kala itu.
Anies Baswedan yang kemudian menggantikan posisi M. Nuh, juga berniat melanjutkan program yang berakhir pada 2011 tersebut. Hal itu merujuk data bahwa 40 % anak ketika berangkat sekolah tidak sarapan.
Sebetulnya jauh sebelum Hu Jintao melaksanakan hal itu, ahli gizi dari IPB Prof. Poorwo Sudarmo telah memperkenalkan konsep "Empat Sehat Lima Sempurna" pada 1952. Konsep ini mensyaratkan asupan gizi yang baik bagi tubuh mencakup nasi, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan susu.
Dalam perjalanannya konsep itu disempurnakan menjadi Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Susu Bukan Penyempurna. Bila dalam konsep Empat Sehat Lima Sempurna, susu menjadi makanan/minuman yang dikelompokkan tersendiri dan dianggap sebagai penyempurna, di dalam konsep PGS, susu termasuk kedalam kelompok lauk-pauk. "Susu bukan makanan penyempurna dan dapat digantikan dengan jenis makanan lainnya yang sama nilai gizinya," kata Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Doddy Izwardi di situs Departemen Kesehatan.
Kandungan gizi dalam susu, papar Doddy lebih lanjut, adalah protein dan beragam mineral (Kalsium, Fosfor, Zat Besi). Sementara dalam PGS, jika sudah cukup dan beragam konsumsi sumber protein seperti telur dan daging, daging dan ikan, "tidak mengonsumsi susu juga tidak apa-apa."
Tak heran bila hingga 2016 rata-rata penduduk Indonesia hanya mengkonsumsi susu 17,2 kilogram per tahun. Angka itu masih kalah jauh dari Singapura dengan angka 48,6 per kapita, Malaysia (36,2), Thailand (33,7), Myanmar (26,7), dan Filipina 17,6 per kapita.
Toh dari paparan data-data tersebut, bila memang tujuannya adalah meningkatkan asupan protein bagi anak-anak, susu bukan menjadi satu-satunya solusi. Bukan pula solusi yang murah mengingat produksi susu di dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 30 persen dari kebutuhan nasional, sedangkan 70 persen masih harus diimpor dari Australia, New Zealand, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Padahal seperti dikatakan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek kandungan nutrisi dari susu, antara lain protein, lemak, dan gula. Kandungan yang sama bisa diganti dengan ikan yang harganya lebih murah dan mudah didapat. "Ada ikan lele, nila, mujair, darat," ujar Nila.
Untuk perbandingan, setiap 100 gram susu mengandung kalori sebanyak 70.5 kilokalori, protein (3.4 gram), lemak (3.7 gram) dan kalsium (125 miligram). Sedangkan ikan Lele mengandung kalori (84), protein (14.8), lemak (2.3), kolesterol (58), dan zat besi (0.3).
"Pemerintah Cina menyiapkan susu gratis setiap hari sebanyak 240 juta liter. Ini perlu ditiru oleh bangsa kita," kata Ketua Umum Partai Gerindra itu. Program minum susu gratis untuk anak sekolah, ia melanjutkan, merupakan langkah positif bagi pembangunan sumber daya manusia. Anak-anak butuh minum susu setiap hari untuk pertumbuhan dan perkembangan otaknya. "Bagaimana anak-anak bisa pintar kalau kekurangan protein," kata Prabowo.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada 21 Oktober 2012, lewat akun FB @PrabowoSubianto dia kembali memaparkan soal pentingnya minum susu. "Kita jangan melihat hasilnya sekarang. Tunggu 10 sampai 15 tahun mendatang, jika gerakan ini simultan, yakinlah generasi kita akan menjadi generasi yang mumpuni. Hal itu juga sudah dilakukan India dan China," paparnya.
Gerakan minum susu atau Revolusi Putih yang menjadi bahan kampanye Prabowo sebagi calon Presiden sejak 2009 itu, kini diusulkan masuk program Pemprov DKI dan masuk anggaran 2018. Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, menyampaikan usulan itu kepada Anies di Balai Kota, Kamis (26/10/2017).
Program pemberian makanan tambahan selain susu pun sebetulnya bukan hal baru. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,Kementerian Pendidikan Nasional bersama enam kementerian lain pernah meluncurkan program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS), pertengahan Agustus 2010.
Program ini bertujuan untuk memperbaiki asupan gizi peserta didik di tingkat TK dan SD, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan fisik, minat, dan kemampuan belajar. Sasarannya adalah 1,2 juta siswa TK dan SD, serta 185 ribu siswa Raudhatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang setingkat TK dan SD di 27 kabupaten di 27 provinsi.
Total anggaran yang dialokasikan sebesar Rp 218 miliar dari APBNP. "Biaya per siswa sekali makan adalah Rp 2.250 untuk kawasan Indonesia barat, dan Rp 2.600 untuk kawasan Indonesia timur," ujar Menteri Pendidikan M. Nuh kala itu.
Anies Baswedan yang kemudian menggantikan posisi M. Nuh, juga berniat melanjutkan program yang berakhir pada 2011 tersebut. Hal itu merujuk data bahwa 40 % anak ketika berangkat sekolah tidak sarapan.
Sebetulnya jauh sebelum Hu Jintao melaksanakan hal itu, ahli gizi dari IPB Prof. Poorwo Sudarmo telah memperkenalkan konsep "Empat Sehat Lima Sempurna" pada 1952. Konsep ini mensyaratkan asupan gizi yang baik bagi tubuh mencakup nasi, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan susu.
Dalam perjalanannya konsep itu disempurnakan menjadi Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Susu Bukan Penyempurna. Bila dalam konsep Empat Sehat Lima Sempurna, susu menjadi makanan/minuman yang dikelompokkan tersendiri dan dianggap sebagai penyempurna, di dalam konsep PGS, susu termasuk kedalam kelompok lauk-pauk. "Susu bukan makanan penyempurna dan dapat digantikan dengan jenis makanan lainnya yang sama nilai gizinya," kata Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Doddy Izwardi di situs Departemen Kesehatan.
Kandungan gizi dalam susu, papar Doddy lebih lanjut, adalah protein dan beragam mineral (Kalsium, Fosfor, Zat Besi). Sementara dalam PGS, jika sudah cukup dan beragam konsumsi sumber protein seperti telur dan daging, daging dan ikan, "tidak mengonsumsi susu juga tidak apa-apa."
Tak heran bila hingga 2016 rata-rata penduduk Indonesia hanya mengkonsumsi susu 17,2 kilogram per tahun. Angka itu masih kalah jauh dari Singapura dengan angka 48,6 per kapita, Malaysia (36,2), Thailand (33,7), Myanmar (26,7), dan Filipina 17,6 per kapita.
Toh dari paparan data-data tersebut, bila memang tujuannya adalah meningkatkan asupan protein bagi anak-anak, susu bukan menjadi satu-satunya solusi. Bukan pula solusi yang murah mengingat produksi susu di dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 30 persen dari kebutuhan nasional, sedangkan 70 persen masih harus diimpor dari Australia, New Zealand, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Padahal seperti dikatakan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek kandungan nutrisi dari susu, antara lain protein, lemak, dan gula. Kandungan yang sama bisa diganti dengan ikan yang harganya lebih murah dan mudah didapat. "Ada ikan lele, nila, mujair, darat," ujar Nila.
Untuk perbandingan, setiap 100 gram susu mengandung kalori sebanyak 70.5 kilokalori, protein (3.4 gram), lemak (3.7 gram) dan kalsium (125 miligram). Sedangkan ikan Lele mengandung kalori (84), protein (14.8), lemak (2.3), kolesterol (58), dan zat besi (0.3).
Post A Comment: