Pasokan Uang Kim Jong-un Diperkirakan Habis Oktober Nanti
SEOUL - Kas keuangan diktator muda Korea Utara (Korut) Kim Jong-un diperkirakan akan mongering atau habis pada bulan Oktober 2018 jika sanksi internasional terus melumpuhkan ekonomi rezimnya. Prediksi itu disampaikan anggota parlemen Korea Selatan.
Kang Seok-ho, anggota parlemen dari Partai Liberty Korea, dalam sebuah pertemuan mengatakan bahwa penilaian tentang kondisi ekononomi rezim Pyongyang itu berasal dari diskusi dengan otoritas intelijen.
Dia juga mengindikasikan usaha Kim Jong-un untuk memperpanjang ”olive branch”-nya selama Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang adalah upaya untuk mempertahankan rezimnya agar tetap bertahan.
”Saya menerima sebuah analisis bahwa, jika sanksi internasional terhadap Korea Utara berlanjut seperti ini, semua pendapatan mata uang asing Korea Utara dan aset luar negeri akan dibekukan, dan dolarnya akan mengering sekitar bulan Oktober,” kata Kang.
”Pada saat seperti ini, pemerintah kita harus terus memperkuat kerja sama dengan masyarakat internasional mengenai sanksi terhadap Korea Utara,” lanjut dia, seperti dikutip Yonhap, Kamis (22/2/2018).
Kang menyarankan agar Korea Selatan mengirim utusan khusus ke Pyongyang untuk mendorong perundingan lagi antara Korea Utara dan Amerika Serikat.
Adik Kim Jong-un; Kim Yo-jong, telah memberikan undangan kepada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk mengunjungi Korea Utara. Undangan itu disampaikan saat perempuan yang dijuluki “Ivanka Trump”-nya Korea Utara itu berkunjung ke Korea Selatan saat upacara pembukaan Olimpiade.
Presiden Moon saat itu belum bisa memastikan untuk memenuhi undangan tersebut. ”Mari ciptakan kondisi untuk memungkinkannya,” ujar dia.
Laporan tentang runtuhnya ekonomi Pyongyang sudah muncul sejak awal tahun ini setelah Kim Jong-un menyampaikan pidato Tahun Baru, di mana dia bersedia mengirim delegasi ke Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang di Korea Selatan. Dia juga menerima usulan Korea Selatan untuk melakukan pembicaraan.
Dua sumber China yang memiliki hubungan dengan pejabat tinggi pemerintah Korea Utara mengatakan pada akhir Januari bahwa Kim telah hampir kehabisan dana warisan ayahnya karena digunakan untuk melakukan uji coba rudal dan senjata nuklir.
Tak hanya demi ambisi senjata, dana warisan itu juga digunakan untuk mendanai “proyek kesombongan” seperti Masikryong Ski Resort yang sangat dipromosikan rezim Pyongyang.
”Karena pengeluaran Kim Jong-un yang mahal, ‘dana lumpur’ dari ayahnya, Kim Jong-il, hampir habis,” kata salah seorang sumber kepada Radio Free Asia. ”Tidak mudah mengendalikan eksekutif tingkat tinggi Korea Utara, yang (licik) seperti rakun.”
Menurut laporan media tersebut, sekitar 100.000 warga Korea Utara yang bekerja di luar negeri juga mengirim sekitar USD500 juta pendapatan setiap tahunnya. Data itu mengutip angka perkiraan dari PBB.
”Saya mendengar mereka khawatir dengan dana yang tidak mencukupi di Kantor Nomor 39 beberapa kali,” ujar sumber tersebut.
Kang Seok-ho, anggota parlemen dari Partai Liberty Korea, dalam sebuah pertemuan mengatakan bahwa penilaian tentang kondisi ekononomi rezim Pyongyang itu berasal dari diskusi dengan otoritas intelijen.
Dia juga mengindikasikan usaha Kim Jong-un untuk memperpanjang ”olive branch”-nya selama Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang adalah upaya untuk mempertahankan rezimnya agar tetap bertahan.
”Saya menerima sebuah analisis bahwa, jika sanksi internasional terhadap Korea Utara berlanjut seperti ini, semua pendapatan mata uang asing Korea Utara dan aset luar negeri akan dibekukan, dan dolarnya akan mengering sekitar bulan Oktober,” kata Kang.
”Pada saat seperti ini, pemerintah kita harus terus memperkuat kerja sama dengan masyarakat internasional mengenai sanksi terhadap Korea Utara,” lanjut dia, seperti dikutip Yonhap, Kamis (22/2/2018).
Kang menyarankan agar Korea Selatan mengirim utusan khusus ke Pyongyang untuk mendorong perundingan lagi antara Korea Utara dan Amerika Serikat.
Adik Kim Jong-un; Kim Yo-jong, telah memberikan undangan kepada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk mengunjungi Korea Utara. Undangan itu disampaikan saat perempuan yang dijuluki “Ivanka Trump”-nya Korea Utara itu berkunjung ke Korea Selatan saat upacara pembukaan Olimpiade.
Presiden Moon saat itu belum bisa memastikan untuk memenuhi undangan tersebut. ”Mari ciptakan kondisi untuk memungkinkannya,” ujar dia.
Laporan tentang runtuhnya ekonomi Pyongyang sudah muncul sejak awal tahun ini setelah Kim Jong-un menyampaikan pidato Tahun Baru, di mana dia bersedia mengirim delegasi ke Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang di Korea Selatan. Dia juga menerima usulan Korea Selatan untuk melakukan pembicaraan.
Dua sumber China yang memiliki hubungan dengan pejabat tinggi pemerintah Korea Utara mengatakan pada akhir Januari bahwa Kim telah hampir kehabisan dana warisan ayahnya karena digunakan untuk melakukan uji coba rudal dan senjata nuklir.
Tak hanya demi ambisi senjata, dana warisan itu juga digunakan untuk mendanai “proyek kesombongan” seperti Masikryong Ski Resort yang sangat dipromosikan rezim Pyongyang.
”Karena pengeluaran Kim Jong-un yang mahal, ‘dana lumpur’ dari ayahnya, Kim Jong-il, hampir habis,” kata salah seorang sumber kepada Radio Free Asia. ”Tidak mudah mengendalikan eksekutif tingkat tinggi Korea Utara, yang (licik) seperti rakun.”
Menurut laporan media tersebut, sekitar 100.000 warga Korea Utara yang bekerja di luar negeri juga mengirim sekitar USD500 juta pendapatan setiap tahunnya. Data itu mengutip angka perkiraan dari PBB.
”Saya mendengar mereka khawatir dengan dana yang tidak mencukupi di Kantor Nomor 39 beberapa kali,” ujar sumber tersebut.
(FAY168)
Post A Comment:
0 comments: