Gen-Z dari Negara Mana yang Merasa Bahagia dan Tidak?
BERITA HOT168-Negara manakah yang anak-anak mudanya paling merasa bahagia?
Sebuah organisasi non profit yang fokus membantu pendidikan anak-anak di dunia melakukan survei di 20 negara pada September hingga Oktober tahun lalu. Varkey Foundation meneliti tingkat optimisme, kepercayaan diri, dan rasa dicintai generasi yang lahir kisaran tahun 1995 hingga 2001 yang biasa disebut Gen-Z.
Dua puluh negara yang disurvei meliputi Argentina, Australia, Brazil, Canada, China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Israel, Itali, Jepang, Selandia baru, Nigeria, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan Amerika. Hasil survei tersebut dikeluarkan pada bulan lalu dengan judul “What The World's Young People Think and Feel.”
Survei tersebut memasukkan responden dari berbagai negara yang berbeda secara geografis, termasuk negara-negara padat penduduk, dan negara dengan kekuatan geopolitik yang besar. Bagian pertama survei ini menanyakan tentang kesejahteraan, harapan, dan ambisi dari hubungan, karir masa depan, dan kesehatan fisik serta mental mereka.
Hasilnya, sebanyak 68% Gen-Z di dunia menyatakan hidup mereka bahagia. Tetapi, sebagian negara lainnya hanya memiliki angka kebahagiaan di bawah rata-rata. Generasi ini, banyak merasakan ketidakbahagiaan saat menjelang awal masa dewasa mereka (baca artikel menarik lain: Sisi Gelap Generasi Z).
Misalnya saja Jepang. Total hanya sebanyak 28 persen Gen-Z di negara ini yang menyatakan dirinya berada di zona bahagia. Atau Korea Selatan yang tingkat kebahagiaannya lebih sedikit dari Jepang, 29 persen. Padahal, selama ini, layar kaca memberikan gambaran betapa menyenangkan hidup di negara tersebut.
Negara Berkembang Negara Bahagia
Tinggal di negara maju dengan segala fasilitas mumpuni dari pemerintah ternyata tidak menjamin kebahagiaan penduduknya. Dari sebanyak 20.088 responden online yang diambil, Australia menempati peringkat kelima terbawah yang memiliki Gen-Z bahagia dengan persentase 56 persen. Selanjutnya ada Selandia Baru dan Turki sebanyak 50 persen, ururan dua terbawah diisi Korsel 29 persen dan Jepang 28 persen
Lebih dari setengah responden atau sebanyak 51% mengatakan “uang” adalah satu dari tiga faktor utama yang berpengaruh pada rasa cemas mereka. Lalu sebanyak 46% merasa tertekan oleh kegiatan akademisnya di sekolah. Penyebab lain ketidakbahagiaan para anak muda ini adalah masalah kesehatan yang mengambil porsi 32 persen, keluarga 27 persen.
Hanya sebanyak 30% dari responden Gen-Z ini yang merasa tak memiliki masalah dengan kesehatan emosi. Artinya, tak banyak masalah yang dipikirkan, tidak merasa cemas, diganggu, tidak dicintai, ataupun kesepian. Wajar saja, sebab hanya sebesar 17 persen Gen-Z yang mengaku mendapatkan tidur cukup, istirahat, dan refleksi.
Tingkat kebahagiaan tinggi justru cenderung dimiliki oleh para generasi milenial di negara berkembang. Seolah tak peduli dengan beragam permasalahan yang ada di negaranya, mulai dari kemiskinan, kurangnya fasilitas yang diberikan negara, hingga lapangan pekerjaan sedikit. Indonesia menempati urutan pertama negara dengan Gen-Z yang bahagia sebanyak 90 persen. Disusul Nigeria 78 persen, Israel 73 persen, India 72 persen, dan Argentina 65 persen (tentang dunia kerja dan Gen-Z, baca artikel ini: Bagaimana Generasi Z Menyambut Kerja).
Di setiap negara yang disurvei, terkecuali Korsel, anak mudanya menyatakan negara mereka adalah tempat terbaik untuk hidup. Jika dilihat dari perbedaan gender, maka lebih banyak laki-laki dari Gen-Z lah yang bisa merasakan kebahagiaan dibandingkan perempuan, perbandingannya sekitar 62%:56%.
Peran Agama dalam Kebahagiaan
Perbedaan terbesar mengenai alasan kebahagiaan terletak pada kepercayaan atau agama. Kurang dari 42 persen menyatakan agama adalah bagian penting dari kebahagiaan dalam hidup mereka. Tetapi, dua per lima dari responden atau sebanyak 39 persen menyatakan sebaliknya. Agama tak punya pengaruh signifikan terhadap grafik kebahagiaan.
Sedangkan gen-Z di Afrika paling banyak yang menganggap agama membawa kebahagiaan bagi mereka. 77 persen responden di Afrika menyatakan demikian. Sedangkan, proporsi tertinggi yang menyatakan agama tak membawa pengaruh bagi kebahagiaan terdapat di negara Jepang (61%), Australia (50%) dan Eropa (46%).
Hal ini tidak mengejutkan. Sebuah survei pada awal 2016 lalu menyebutkan Jepang dan Australia masuk ke dalam enam negara yang warganya paling banyak mengaku sebagai ateis. Jepang bahkan menempati urutan nomor tiga setelah Norwegia dan Cina. Sedangkan Austrlia menempati peringat ketujuh. Negara-negara lain yang warganya paling banyak mengaku ateis adalah negara-negara Eropa seperti Ceko, Prancis, dan Islandia.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang menyatakan agama sebagai alasan terkuat untuk bahagia. Hal itu diiyakan oleh oleh 93 persen responden dari Indonesia. Sementara 40 persen Gen-Z di Indonesia memiliki emosi yang baik, dimana tidak terlalu memikirkan masalah yang mereka hadapi. Bisa dibilang anak muda Indonesia sangat menganut prinsip: “emang gue pikirin”.
Dalam skala 0-100, indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia adalah 68,28. Penyumbang terkecil untuk nilai rata-rata tersebut adalah pendidikan, dengan skor 55,28, sedangkan nilai terbesar, yaitu 78,89, disumbangkan oleh keharmonisan keluarga.
Lalu, sebagai orang Indonesia, seberapa sederhana bahagia versi Anda?
Post A Comment: