CERITA HOT-Aku hanya seorang cewek kuliahan yang pemalu, terlalu pemalu malah. Semester ini terlalu sepi bagiku,
“Hufftttt…” aku menghela napas berat sambil menuju tempatku biasa bersemedi, yup! Dimana lagi kalau bukan di perpustakaan.
Semua cewek berkacamata sepertiku memang hidup di perpustakaan dan bukan kehidupan malam yang glamour.
Aku berjalan sambil membawa setumpuk buku tebal tentang diktat kedokteran. Aku sudah membuka pintu perpustakaan perlahan hingga kudengar sebuah suara yang tertahan. Suara antara kesakitan dan… keenakan? Aku berjalan menuju asal suara. Di ujung pojok perpustakaan memang tempat yang gelap, aku tidak akan berani kesana karena aku penakut. Aku melihat kanan-kiri, tidak ada dosen ataupun penjaga perpustakaan saat ini. Aku melirik jam tangan, Oh, pantas, sekarang’kan waktunya istirahat.
Aku berdiri dibalik lemari tinggi yang penuh buku, aku berusaha mengintip dari balik celah lemari. 2 sosok bayangan sedang melakukan sesuatu dan suara-suara itu semakin liar.
Aku membersihkan kacamataku, berusaha melihat lebih jelas lagi. Dan aku terkesiap saat melihat seorang cewek menghisap benda panjang dan besar milik seorang cowok. Aku berusaha menutup mulutku agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun, aku tidak mau sampai ketahuan.
Cewek itu kukenal dengan kak Ririn, sedangkan yang cowok adalah kak Rocky. Sial, cowok itu’kan pacarnya temanku, ternyata cowok itu selingkuh, harus kurekam dan kujadikan bukti. Aku merogoh ponselku dan mulai ku rekam semua adegan mesum itu.
“Aaahhh… Hsssssss… Enak Rin.. kamu hebat sayang..” Kak Rocky mulai berbicara tidak karuan, sedangkan kak Ririn asyik menjilat ujung penis kak Rocky.
“Hmmpppphh… penis kamu enak, sayang.. hmppphhhh… “ mulut kak Ririn penuh dengan penis cowok itu, aku yang membayangkan saja seperti ingin muntah.
Apa sih enaknya benda besar dan panjang itu?
Kak Rocky memaju-mundurkan penis besar miliknya di mulut kak Ririn, sesekali kak Ririn tersedak oleh benda panjang itu sedangkan tangan kak Rocky menggerayangi tubuh Kak Ririn yang terbalut kaos warna ungu.
Disingkapnya kaos ungu kak Ririn sehingga bra yang menutupi dada ranum itu terlihat jelas. Aku meneguk liur dengan susah payah.
“Nakal ya… kamu mau minum susu sayang?” Tanya kak Ririn dengan wajah mesumnya, dan dijawab dengan anggukan kepala kak Rocky,
“Iya.. aku mau nete..”
Kak Ririn terkikik geli, lalu menyingkap bra putihnya, dan puting yang keras itu mengacung menantang ke wajah kak Rocky. Dengan kelaparan, kak Rocky menyantap puting itu tanpa permisi. Menghisapnya, menggigitnya, menjilat-jilatnya, bahkan sesekali ditarik karena saking gemasnya.
“Ahhhkk.. jangan ditarik sayang.. uuhhhh.. sakiit… hhhssss… oohhh..” kak Ririn menikmati sentuhan kasar kak Rocky yang meremas-remas dadanya.
“Aku suka… hmmphh… enak… nenen… mmhmmpphh..” kak Rocky makin tambah meracau tidak jelas, dan tangannya mulai melepas celana jins kak Ririn.
“Jangan dilepas sayang, nanti ada yang lihat.”
“Biarin, Aku gak peduli.” Kak Rocky langsung menarik paksa celana jins dan celana dalam kak Ririn, lalu membuka lebar paha cewek cantik itu.
“Vagina yang cantik… hmmphh…” kak Rocky langsung menjilat vagina kak Ririn, membuat suara berdecak basah dari vagina itu.
“Ahhhh… enak…. Nghhhh… god.. oohhhh…” kak Ririn bergerak dengan sensual. Aku harus menahan gemetar dan wajah merahku ketika merekam semua adegan itu.
Kak Rocky menepuk-nepukkan penisnya ke lubang kak Ririn, seperti memberi salam terlebih dahulu.
“Ririn sayang, bilang ‘halo sama Mr. P…” kata kak Rocky sambil tetap menepuk vagina kak Ririn dengan penis besarnya.
Kak Ririn terkikik geli,
“Halo Mr…. Ahhhkkk!!” belum selesai memberi sapa, kak Rocky langsung menyodok vagina kak Ririn dengan penis besar miliknya. Menggenjotnya tanpa ampun.
“Aaahhkkk…. Rocky.. Aahhkkk.. stop!! Sakit… AAhhhkk!!” kak Ririn berusaha mendorong tangan dan badan kak Rocky, tetapi sepertinya percuma, kak Rocky menyodok vagina kak Ririn seperti orang kesurupan, cowok itu mendengus keenakan.
“Hsss…Ahh.. enak banget vagina kamu sayang.. oohh.. vagina.. uuhhh….aku ngentotin kamu…” kak Rocky terus menyodok vagina kak Ririn dengan cepat, membuat suara-suara decakan basah dari vagina itu, dan cairan bening melumer di sekitar selangkangan kak Ririn.
“Ahhhh…. Jangan keras-keras sayang… nanti kita ketahuan…aahhkk!”
“Aku gak peduli… ohhh.. vagina!! Oohhh.. ngentotin kamu enak… ngentot sama pelacur kayak kamu enak banget…” penis kak Rocky terus menyodok vagina kak Ririn, sedangkan tangannya sibuk menggesek-gesek daging kecil di vagina itu.
“Aahhkkk!! Stop Rocky!! Aaahkkk…”
“Enggak… Hssss!! Aku sodok kamu lagi… oohhh.. kusodok lagi.. sodok.. uuhhh..” kak Rocky memutar tubuh kak Ririn, membuat gaya mereka menjadi doggy style. Kak Rocky menyodok dari belakang.
“Ahhh.. Rocky… oohh… terus sayang.. enak banget…” kak Ririn bergerak sensual dengan memaju-mundurkan pantatnya.
Tangan kak Rocky meremas-remas dan menarik puting kak Ririn.
“Hsss.. oohhhh!! Kamu memang pelacur, Rin… ohhhh.. pelacur… perek.. Hsss..!! enak penisku Rin… ohhhh enak dijepit ma vagina mu…. Ohhh… !!” kak Rocky merasakan penisnya berdenyut hebat.
“Ahhh… Rocky.. keluarin penis kamu… aahkkk!! Keluarin Rocky…Hsss…” kak Ririn berusaha melepaskan diri dari kak Rocky, tetapi sepertinya cowok itu terus menggenjot pantat kak Ririn sambil mendekapnya dari belakang. Puting kak Ririn di tarik dan diplintir-plintir lagi.
“Ahhhh.. enggak!! Gak akan aku keluarin.. aahhhh.. biarin kamu hamil… oohhh.. pelacur.. oohhh…!!”
Uuuhh.. lepasin… hsss…aahh…” kak Ririn terus merasakan denyutan penis kak Rocky di vaginanya yang becek.
“Aahhhh.. aku keluar Rin… aku mau nge-crot, Rin.. oohh… aku pipisin kamu… aahhhkk.. aku pipisin vagina pelacurmu itu… ohhh.. ohh….Aaaahhhhkkkkk.!!!!”
“AAhhkkkkk Rocky!!” kak Ririn berteriak nikmat dengan tubuh mengejang.
Crottt..Crotttt… -kak Ririn merasakan sodokkan keras penis kak Rocky beberapa kali di dalam vaginanya.
“Haaaahhhhh… haaahh….” kak Rocky masih membenamkan sebentar penisnya, lalu melepaskannya dengan cepat dan cairan putih keluar menetes dari vagina kak Ririn yang basah.
Aku menatap semua adegan yang bisa dilihat di blue film itu secara live. Entah harus bilang beruntung atau sial, yang pasti saat itu tanganku gemetar merekam semua adegan tanpa iklan itu.
Aku melihat kak Rocky sudah memakai kembali celananya dan kak Ririn masih mengatur napas di lantai. Kak Rocky berbisik sebentar lalu tersenyum ke arah kak Ririn dan kemudian pergi keluar dari perpustakaan.
Aku masih diam di tempat, tidak berani membuat suara sedikitpun. Aku melihat kak Ririn berusaha duduk di meja lalu mengeluarkan rokok yang terselip di kantong celananya. Membakar ujung rokok dengan api lalu menghisapnya dalam-dalam.
“Aku tahu kamu disitu. Keluar sekarang.” Seruan kak Ririn yang tenang membuatku kaget. Jantungku berdegup kencang karena aku ketahuan mengintip. Sial, kataku dalam hati.
Kak Ririn melirik lemari tempatku bersembunyi, “Cepat keluar sekarang.”
Dengan gugup dan tangan gemetar aku keluar secara perlahan dari tempat persembunyianku. Aku bisa melihat kak Ririn menyeringai ke arahku.
“Well.. well.. ternyata ada anak kucing manis yang tersesat.” Kak Ririn bergerak ke arahku, aku melirik takut namun masih dapat kulihat tubuhnya yang telanjang bulat.
Aku mundur perlahan sambil mendekap buku diktatku. Kak Ririn menarik ponsel yang kupegang dengan paksa.
“Ya ampun.. ada penguntit rupanya. Mesti dihukum nih.” Kata kak Ririn tenang, sedangkan jantungku sudah kalang kabut menantikan hukuman apa yang akan dilakukan kakak seniorku itu.
Tanganku ditarik paksa, membuat semua buku yang kupegang berdebam jatuh ke lantai.
“M..maaf kak… lepasin aku…aku janji gak akan bilang ma siapa-siapa.” Suara yang keluar dari mulutku lebih terdengar seperti cicitan tikus yang ketakutan.
Kak Ririn menyeringai sinis, “Gak ada maaf dan ampun.” Katanya dingin. Dan sekali lagi aku mengigil ketakutan.
Aku menunduk menatap lantai, kemudian tangan kak Ririn meraih kacamata di wajahku dan meletakkannya di atas meja. Kak Ririn bersiul takjub, “Gak kusangka kamu manis juga. Aku pikir semua kutu buku itu jelek, ternyata ada juga yang manis banget kayak kamu.” Kak Ririn tersenyum menyeringai lagi.
Sekarang tangan kak Ririn menelusuri kemeja putihku yang transparan, “Ja..jangan kak..” Aku berusaha berontak dengan halus tetapi tatapan kak Ririn membuatku ketakutan.
“Denger ya… kalo loe teriak, ponsel loe bakal gue hancurin.” Kak Ririn mulai kesal dan aku tidak berani membantah lagi.
Melihat sikapku yang diam ketakutan, kak Ririn dengan tersenyum mengelus pipi mulusku, “Nah, kalo jadi anak baik begini, aku ‘kan gak bakal kasar sama kamu, manis.” Katanya lagi sambil mengecup keningku.
Aku memejamkan mata erat-erat dan merasakan kecupan bibir kak Ririn di bibirku. Dia menjilat bibirku hingga basah tetapi aku tetap tidak menunjukan sikap untuk membalas kecupannya, dan itu membuatnya kesal, “Buka mulut loe..!” seru kak Ririn marah.
Dengan ketakutan aku membuka mulutku perlahan, sedikit celah mebuat lidah kak Ririn merogoh mulutku dengan liar. Aku berusaha berontak, ”Hmmphh… kak…hhnnngg…lepas…” Aku memohon, tetapi cewek itu terus memainkan lidahnya dimulutku. Menyentuh rongga mulut dan lidahku dengan brutal.
Kak Ririn mendorongku hingga pinggulku menyentuh meja di belakangku, dia melepaskan ciumannya dengan kecupan panjang, membuat jaring saliva di sekitar bibir kami. Kak Ririn menyeringai lagi sambil mengelus rambut hitam panjangku.
“Kucing manis… manisnya..” Katanya sambil membuka kancing kemejaku satu persatu.
Aku berontak lagi,
“Ja..jangan kak… lepasin bajuku..” Kataku ketakutan dan itu membuat kak Ririn marah.
PLAK! Aku ditampar oleh kak Ririn membuatku kaget dan pipiku langsung merah karena sakit.
Kak Ririn menjambak rambutku, “Gue bilang loe itu kucing… kucing gak ngomong.. dia mengeong.. ayo mengeong!” Serunya kasar, aku terisak ketakutan.
“Ayo mengeong!!” teriaknya tidak sabar.
“Me..meeong…” Aku memaksakan suaraku, dan itu membuat kak Ririn tersenyum puas lalu mengelus pipiku yang merah karena ditampar.
“Nah…gitu’kan manis.. harus jadi anak baik…sekarang lepas baju kamu.” Katanya pelan tetapi penuh dengan nada mengancam. Dengan ketakutan aku membuka kemeja putihku, menampakan bra hitam yang membalut dada besarku.
“Dada yang besar… aku suka..” katanya sambil menjilat bibir bawahnya. Aku ketakutan.
Tangan kak Ririn meraih bra hitamku dan mengangkatnya ke atas, membuat dadaku keluar sepenuhnya. Putingku mengacung keras, sedangkan dadaku bergoyang ketika kak Ririn menyentuhnya.
“Mulus… empuk… kenyal..” Kata kak Ririn sambil menggoyang-goyang dadaku yang besar.
Dadaku bergoyang ke atas-ke bawah, ke kiri dan kanan, lalu tiba-tiba putingku ditarik hingga membuatku kaget.
“Ahhhhkk…” Tanpa sadar aku mengeluarkan suara sensual dari bibirku, kak Ririn tersenyum menyeringai sedangkan aku cepat-cepat menutup mulutku dengan tangan.
Kak Ririn menyingkap rok panjangku, menampakkan paha mulus dan vaginaku yang terbalut celana dalam putih. Dia menyuruhku duduk di atas meja, kuturuti tanpa komentar sedikitpun.
Kak Ririn membuka pahaku, membuatku harus mengangkang ke arahnya, aku menahan rasa malu ku dengan memejamkan mata erat-erat. Dia membuka vaginaku, melihat dengan takjub lipatan berwarna merah muda dan lubang kecilku. Dia menyentuh daging kecilku, menarik-nariknya dengan penasaran lalu menggeseknya dengan cepat.
“Hnnn…nnnggghhh…” Aku menahan desahanku.
Kak Ririn lagi-lagi tersenyum sambil terus memainkan daging kecil di vaginaku dan tangannya meremas-remas buah dadaku yang besar.
“Ayo mengeong…” Kata kak Ririn sambil terus menarik-narik putingku, sesekali ditamparnya dadaku karena gemas sedangkan vaginaku di pijit-pijitnya dengan lembut.
“Me..meoong… aaahhh.. hhnn… meoong…” Aku keenakan menikmati sentuhan jarinya di vaginaku.
Kak Ririn menyentuh vaginaku dengan lima jarinya seperti ingin membasuh tangannya dengan lendir dan cairan beningku.
Kak Ririn menatap sekeliling ruangan, seperti mencari sesuatu, lalu matanya jatuh pada spidol hitam kecil di bawah meja. aku merasakan firasat buruk.
“Ja..jangan kak… ahhhhkk!” Belum selesai aku bicara, benda hitam kecil itu sudah dimasukkan ke vaginaku.
“Manisnya… aahh… hhmmphh..” Kak Ririn menciumiku, benda kecil hitam itu di obok-obok ke vaginaku, membuatku menggelinjang keenakan. hingga..
Plok.. Plok.. Plok –suara tepukan tangan seseorang membuatku kaget, di balik rak buku itu, kak Rocky menatap kami dengan menyeringai. Ti..tidak mungkin, kataku dalam hati.
Kak Rocky memegangi handycam di tangannya sambil menyorotku, penis di balik celananya sudah mengeras. “Ya ampun, Ririn… loe dapet kucing cantik, ya? Bagi-bagi lah..” kata kak Rocky sambil menarik puting dadaku, dan meremas payudaraku dengan semangat.
“Astaga, nenen yang gede… vagina yang perawan..” kak Rocky menjilat bibirnya seperti kelaparan. Aku makin ketakutan.
Kak Rocky meletakkan handycamnya di salah satu rak dengan lensa yang yang menyoroti ke arah kami. Dia ingin merekam semua adegan ini, aku menggigil ketakutan.
Kak Rocky lalu cepat-cepat melucuti celananya, dan penisnya sudah berdiri mengacung dengan keras. Aku ketakutan, aku berusaha kabur, tetapi dengan sigap kak Rocky menangkap pinggulku dan membantingku dengan pelan ke lantai.
“Tidak!! Gak mau!… jangan kak.. jangan!!” kak Rocky menindihiku sedangkan kak Ririn memegangi tanganku biar tidak berontak.
“Anak cantik.. kucing manis…” Bisik kak Ririn di telingaku, mulutku di tutup oleh tangan kak Ririn agar aku tidak bersuara.
Aku menatap horror penis kak Rocky yang di tepuk-tepukannya di dadaku.
“Ohhh.. nenen nya gede… oohhh.. enaakk.. Hsss…” kak Rocky menjepit penisnya di belahan dadaku, aku merasakan kedua putingku saling bergesekan dengan kulit penis kak Rocky. Aku menangis ketakutan.
“Hmmphhh… nngghhh… mhhhpphh…” Aku berusaha teriak, tetapi mulutku terus ditutup.
Kak Rocky mengerjap-ngerjap keenakan.“Ohhh… nenen… ohh… enak banget.. anjing enak banget…ohh..” Kak Rocky terus menggenjot dadaku kemudian menghentikannya ketika dirasa penisnya berdenyut.
Kak Rocky tersenyum, sambil mengelus-elus penisnya pelan, kemudian mulutku di buka secara paksa, sebelum bisa teriak, mulutku di sodok dengan penis kak Rocky.
“Ohhhkkk… hhooookkk… hhpppphh…” Aku tersedak dengan benda panjang besar itu, rasanya tidak enak, sangat tidak enak.
Air mataku terus mengalir karena ketakutan. Kak Ririn tertawa seram sambil menghisap putingku, menghisapnya lagi, dan menggigitnya.
“Air susunya tidak keluar…” Kata kak Ririn sambil menyeringai.
Kemudian menghisapnya lagi sekuat-kuatnya dan melepaskannya dengan suara decakan keras. Air liurnya menetes di ujung putingku. Dijilatnya lagi, kemudian karena gemas, dadaku di tampar. Rasanya sungguh sakit, dadaku ditampar berkali-kali, bergoyang ke kiri dan kekanan, sedangkan mulutku terus disodok oleh penis yang besar.
“Hhook… oohhhkkk… ngghhh…” Tenggorokan ku rasanya seperti dimasukan rudal besar, kak Rocky menyodok-nyodok tanpa henti, sampai aku bisa merasakan dua buah biji penisnya menyentuh bibir bawahku.
“OOhh.. enaak banget.. aahhhkk… penisku dihisap… oohhh…” kak Rocky selalu meracau tidak jelas. Hingga aku bisa merasakan denyutan penis kak Rocky.
“Ohhh.. gue mau nge-crot… oohhh… penisku mau nge-crot… aahhkk.. makan nih penis… Ahhhhkkk!!”
Croot…croot..crooot –kak Rocky mengejang hebat sambil membenamkan dalam-dalam penisnya di mulutku, aku ingin muntah ketika cairan putih itu menyebur ke seluruh mulutku hingga menetes keluar dari bibirku. Mataku berair menahan gejolak mualku.
baca cerita sex lainnya di susahtobat.com
Kak Rocky melepaskan penisnya dengan cepat, dan aku harus tergolek lemas di lantai, kak Ririn tersenyum lalu menjilat mulutku yang penuh dengan sperma kak Rocky.
“Hmmphh.. enak…hmmphh.. sperma kamu enak Rocky..” kata kak Ririn menjilat seluruh rongga mulutku.
Kak Rocky mulai memijat-mijat vaginaku. “Ahhh.. vagina yang cantik…” Kata kak Rocky sambil menjilat daging kecil vaginaku dan menggigitnya dengan gemas. Aku terkesiap.
“Ahhkk.. jangan.. ahhkkk..!!” Aku merasa takut dan enak disaat bersamaan.
Melihat aku mulai berontak, kak Ririn memegangi erat tanganku lagi.
Kak Rocky mengelus-elus penisnya yang sudah tegang kembali, kemudian menepuk-nepuk vaginaku dengan penisnya. Aku ketakutan setengah mati. Tanpa sadar aku menendang perut kak Rocky dan berlari kabur.
“Sialan! Kejar Rin!” kak Rocky meraung marah. Dengan sigap kak Ririn berlari mengejarku. Ketika aku hampir menggapai kenop pintu, lagi-lagi aku tertangkap kak Rocky.
“Tidaakk! Lepaskan aku!!” Aku berontak, aku menendang dan memukul apa saja. Kak Rocky menyeretku ke pojok ruangan dan membantingku ke dinding.
Aku menangis meraung. kak Ririn menamparku wajahku. “Dasar anjing!” katanya geram.
Kak Rocky menyeringai, dan menjambak rambutku, “Denger ya, loe gak bakal selamat karena udah bikin gue kesal.” Dengan marah, kak Rocky membalikkan badanku ke dinding dan menyodok lubang vaginaku dari belakang.
“AAhhhhKKK!! Sakiitt!! Ahhhkkk!!” aku berusaha berontak lagi, tapi kak Rocky menahan tanganku ke dinding dan memasukkan kepala penisnya ke lubang vaginaku dengan perlahan. Darah langsung keluar dari vaginaku.
Kak Rocky mula-mula memasukkan dan mengeluarkan penisnya dengan pelan. Masukan lagi dan tarik lagi. Penis kak Rocky menyodok vaginaku yang basah oleh lendir dan darah.
“Ahhhkk sakit kak!” aku menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhku, rasanya seperti disobek dengan paksa. Sedangkan kak Rocky mulai menggenjot vaginaku dengan paksa.
“Aahh.. enak… rasain nih penis.. aahh.. sial… sempit banget… oohhhh…Hss.. aahh.. vagina perawan enak.. ohhh.. vagina… oohh… dasar vagina anjing.. oohhh…” kak Rocky ngentotin vaginaku dengan cepat, sedangkan kak Ririn duduk di meja sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.
“Jangan kak! Jangan ngentotin aku kak!! Sakit.. ahhkk.. .. ahhkk!” Aku berteriak, kakiku tidak sanggup berdiri. Kak Rocky langsung membalikkan badanku, kini kami saling berhadapan, kakiku kananku diangkatnya dan ditaruh ke bahunya yang lebar.
Kemudian, kak Rocky mulai menggenjot lubang vaginaku lagi. Darah menetes ke lantai dan di pahaku, tetapi tidak dipedulikan kak Rocky. Cowok itu asyik menghisap puting dan menyodok vaginaku.
“Ohhh.. enak banget nenen… oohh… penisku dijepit vagina… Hsss… Hss..enak banget… aku sodok.. aku perkosa kamu…ohhhh..” Kak Rocky mendengus keenakan. Penisnya dibenamkan dalam-dalam ke vaginaku hingga aku bisa merasakan penisnya mendorong hingga mentok di dalam vaginaku.
Sodokan kak Rocky makin lama makin cepat, dia mulai berteriak tidak karuan, “Ahhhkk,,, vagina… oohhkk vagina..!!”
“Ngghh… aahhhkk.. sakit kak! Uhhhkk..” Aku menahan tangis. Vaginaku rasanya sakit sekali, sedangkan dadaku di remas-remas tanpa ampun oleh kak Rocky.
“Aku mau nge-crot.. aahkk.. sedikit lagi.. ohhhkk… penisku mau nge-crot.. aahhkk… enak banget ngentotin vagina anjing kayak kamu.. ohhh..” kak Rocky memejamkan mata keenakan, merasakan penisnya yang diremas-remas vaginaku.
“Ohhh.. gue hamilin lo, njing! Oohhkk.. gue hamilin loe! Ahhhkkkk!!”
Crot..croot..croot.. Kak Rocky bergetar ketika menyemprotkan spermanya di vaginaku dan aku bisa merasakan cairan hangat yang melumer di dalam perutku.
Aku terjatuh ke lantai, cairan putih keluar perlahan dari lubang vaginaku. Kak Ririn tersenyum menyeringai sedangkan kak Rocky mengelus-elus rambut hitamku,
“Anak manis..” katanya sambil terengah-engah dan kemudian mengecup pipiku dengan lembut.
Aku tidak dapat mengingat apa-apa, tiba-tiba semua menjadi gelap. Apa aku pingsan? Entahlah, aku tidak peduli, yang penting aku tidak mau mengingat apa yang terjadi. Mungkin lain kali, aku tidak akan berani mengintip orang yang berbuat mesum. Aku kapok, sungguh!
“Hufftttt…” aku menghela napas berat sambil menuju tempatku biasa bersemedi, yup! Dimana lagi kalau bukan di perpustakaan.
Semua cewek berkacamata sepertiku memang hidup di perpustakaan dan bukan kehidupan malam yang glamour.
Aku berjalan sambil membawa setumpuk buku tebal tentang diktat kedokteran. Aku sudah membuka pintu perpustakaan perlahan hingga kudengar sebuah suara yang tertahan. Suara antara kesakitan dan… keenakan? Aku berjalan menuju asal suara. Di ujung pojok perpustakaan memang tempat yang gelap, aku tidak akan berani kesana karena aku penakut. Aku melihat kanan-kiri, tidak ada dosen ataupun penjaga perpustakaan saat ini. Aku melirik jam tangan, Oh, pantas, sekarang’kan waktunya istirahat.
Aku berdiri dibalik lemari tinggi yang penuh buku, aku berusaha mengintip dari balik celah lemari. 2 sosok bayangan sedang melakukan sesuatu dan suara-suara itu semakin liar.
Aku membersihkan kacamataku, berusaha melihat lebih jelas lagi. Dan aku terkesiap saat melihat seorang cewek menghisap benda panjang dan besar milik seorang cowok. Aku berusaha menutup mulutku agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun, aku tidak mau sampai ketahuan.
Cewek itu kukenal dengan kak Ririn, sedangkan yang cowok adalah kak Rocky. Sial, cowok itu’kan pacarnya temanku, ternyata cowok itu selingkuh, harus kurekam dan kujadikan bukti. Aku merogoh ponselku dan mulai ku rekam semua adegan mesum itu.
“Aaahhh… Hsssssss… Enak Rin.. kamu hebat sayang..” Kak Rocky mulai berbicara tidak karuan, sedangkan kak Ririn asyik menjilat ujung penis kak Rocky.
“Hmmpppphh… penis kamu enak, sayang.. hmppphhhh… “ mulut kak Ririn penuh dengan penis cowok itu, aku yang membayangkan saja seperti ingin muntah.
Apa sih enaknya benda besar dan panjang itu?
Kak Rocky memaju-mundurkan penis besar miliknya di mulut kak Ririn, sesekali kak Ririn tersedak oleh benda panjang itu sedangkan tangan kak Rocky menggerayangi tubuh Kak Ririn yang terbalut kaos warna ungu.
Disingkapnya kaos ungu kak Ririn sehingga bra yang menutupi dada ranum itu terlihat jelas. Aku meneguk liur dengan susah payah.
“Nakal ya… kamu mau minum susu sayang?” Tanya kak Ririn dengan wajah mesumnya, dan dijawab dengan anggukan kepala kak Rocky,
“Iya.. aku mau nete..”
Kak Ririn terkikik geli, lalu menyingkap bra putihnya, dan puting yang keras itu mengacung menantang ke wajah kak Rocky. Dengan kelaparan, kak Rocky menyantap puting itu tanpa permisi. Menghisapnya, menggigitnya, menjilat-jilatnya, bahkan sesekali ditarik karena saking gemasnya.
“Ahhhkk.. jangan ditarik sayang.. uuhhhh.. sakiit… hhhssss… oohhh..” kak Ririn menikmati sentuhan kasar kak Rocky yang meremas-remas dadanya.
“Aku suka… hmmphh… enak… nenen… mmhmmpphh..” kak Rocky makin tambah meracau tidak jelas, dan tangannya mulai melepas celana jins kak Ririn.
“Jangan dilepas sayang, nanti ada yang lihat.”
“Biarin, Aku gak peduli.” Kak Rocky langsung menarik paksa celana jins dan celana dalam kak Ririn, lalu membuka lebar paha cewek cantik itu.
“Vagina yang cantik… hmmphh…” kak Rocky langsung menjilat vagina kak Ririn, membuat suara berdecak basah dari vagina itu.
“Ahhhh… enak…. Nghhhh… god.. oohhhh…” kak Ririn bergerak dengan sensual. Aku harus menahan gemetar dan wajah merahku ketika merekam semua adegan itu.
Kak Rocky menepuk-nepukkan penisnya ke lubang kak Ririn, seperti memberi salam terlebih dahulu.
“Ririn sayang, bilang ‘halo sama Mr. P…” kata kak Rocky sambil tetap menepuk vagina kak Ririn dengan penis besarnya.
Kak Ririn terkikik geli,
“Halo Mr…. Ahhhkkk!!” belum selesai memberi sapa, kak Rocky langsung menyodok vagina kak Ririn dengan penis besar miliknya. Menggenjotnya tanpa ampun.
“Aaahhkkk…. Rocky.. Aahhkkk.. stop!! Sakit… AAhhhkk!!” kak Ririn berusaha mendorong tangan dan badan kak Rocky, tetapi sepertinya percuma, kak Rocky menyodok vagina kak Ririn seperti orang kesurupan, cowok itu mendengus keenakan.
“Hsss…Ahh.. enak banget vagina kamu sayang.. oohh.. vagina.. uuhhh….aku ngentotin kamu…” kak Rocky terus menyodok vagina kak Ririn dengan cepat, membuat suara-suara decakan basah dari vagina itu, dan cairan bening melumer di sekitar selangkangan kak Ririn.
“Ahhhh…. Jangan keras-keras sayang… nanti kita ketahuan…aahhkk!”
“Aku gak peduli… ohhh.. vagina!! Oohhh.. ngentotin kamu enak… ngentot sama pelacur kayak kamu enak banget…” penis kak Rocky terus menyodok vagina kak Ririn, sedangkan tangannya sibuk menggesek-gesek daging kecil di vagina itu.
“Aahhkkk!! Stop Rocky!! Aaahkkk…”
“Enggak… Hssss!! Aku sodok kamu lagi… oohhh.. kusodok lagi.. sodok.. uuhhh..” kak Rocky memutar tubuh kak Ririn, membuat gaya mereka menjadi doggy style. Kak Rocky menyodok dari belakang.
“Ahhh.. Rocky… oohh… terus sayang.. enak banget…” kak Ririn bergerak sensual dengan memaju-mundurkan pantatnya.
Tangan kak Rocky meremas-remas dan menarik puting kak Ririn.
“Hsss.. oohhhh!! Kamu memang pelacur, Rin… ohhhh.. pelacur… perek.. Hsss..!! enak penisku Rin… ohhhh enak dijepit ma vagina mu…. Ohhh… !!” kak Rocky merasakan penisnya berdenyut hebat.
“Ahhh… Rocky.. keluarin penis kamu… aahkkk!! Keluarin Rocky…Hsss…” kak Ririn berusaha melepaskan diri dari kak Rocky, tetapi sepertinya cowok itu terus menggenjot pantat kak Ririn sambil mendekapnya dari belakang. Puting kak Ririn di tarik dan diplintir-plintir lagi.
“Ahhhh.. enggak!! Gak akan aku keluarin.. aahhhh.. biarin kamu hamil… oohhh.. pelacur.. oohhh…!!”
Uuuhh.. lepasin… hsss…aahh…” kak Ririn terus merasakan denyutan penis kak Rocky di vaginanya yang becek.
“Aahhhh.. aku keluar Rin… aku mau nge-crot, Rin.. oohh… aku pipisin kamu… aahhhkk.. aku pipisin vagina pelacurmu itu… ohhh.. ohh….Aaaahhhhkkkkk.!!!!”
“AAhhkkkkk Rocky!!” kak Ririn berteriak nikmat dengan tubuh mengejang.
Crottt..Crotttt… -kak Ririn merasakan sodokkan keras penis kak Rocky beberapa kali di dalam vaginanya.
“Haaaahhhhh… haaahh….” kak Rocky masih membenamkan sebentar penisnya, lalu melepaskannya dengan cepat dan cairan putih keluar menetes dari vagina kak Ririn yang basah.
Aku menatap semua adegan yang bisa dilihat di blue film itu secara live. Entah harus bilang beruntung atau sial, yang pasti saat itu tanganku gemetar merekam semua adegan tanpa iklan itu.
Aku melihat kak Rocky sudah memakai kembali celananya dan kak Ririn masih mengatur napas di lantai. Kak Rocky berbisik sebentar lalu tersenyum ke arah kak Ririn dan kemudian pergi keluar dari perpustakaan.
Aku masih diam di tempat, tidak berani membuat suara sedikitpun. Aku melihat kak Ririn berusaha duduk di meja lalu mengeluarkan rokok yang terselip di kantong celananya. Membakar ujung rokok dengan api lalu menghisapnya dalam-dalam.
“Aku tahu kamu disitu. Keluar sekarang.” Seruan kak Ririn yang tenang membuatku kaget. Jantungku berdegup kencang karena aku ketahuan mengintip. Sial, kataku dalam hati.
Kak Ririn melirik lemari tempatku bersembunyi, “Cepat keluar sekarang.”
Dengan gugup dan tangan gemetar aku keluar secara perlahan dari tempat persembunyianku. Aku bisa melihat kak Ririn menyeringai ke arahku.
“Well.. well.. ternyata ada anak kucing manis yang tersesat.” Kak Ririn bergerak ke arahku, aku melirik takut namun masih dapat kulihat tubuhnya yang telanjang bulat.
Aku mundur perlahan sambil mendekap buku diktatku. Kak Ririn menarik ponsel yang kupegang dengan paksa.
“Ya ampun.. ada penguntit rupanya. Mesti dihukum nih.” Kata kak Ririn tenang, sedangkan jantungku sudah kalang kabut menantikan hukuman apa yang akan dilakukan kakak seniorku itu.
Tanganku ditarik paksa, membuat semua buku yang kupegang berdebam jatuh ke lantai.
“M..maaf kak… lepasin aku…aku janji gak akan bilang ma siapa-siapa.” Suara yang keluar dari mulutku lebih terdengar seperti cicitan tikus yang ketakutan.
Kak Ririn menyeringai sinis, “Gak ada maaf dan ampun.” Katanya dingin. Dan sekali lagi aku mengigil ketakutan.
Aku menunduk menatap lantai, kemudian tangan kak Ririn meraih kacamata di wajahku dan meletakkannya di atas meja. Kak Ririn bersiul takjub, “Gak kusangka kamu manis juga. Aku pikir semua kutu buku itu jelek, ternyata ada juga yang manis banget kayak kamu.” Kak Ririn tersenyum menyeringai lagi.
Sekarang tangan kak Ririn menelusuri kemeja putihku yang transparan, “Ja..jangan kak..” Aku berusaha berontak dengan halus tetapi tatapan kak Ririn membuatku ketakutan.
“Denger ya… kalo loe teriak, ponsel loe bakal gue hancurin.” Kak Ririn mulai kesal dan aku tidak berani membantah lagi.
Melihat sikapku yang diam ketakutan, kak Ririn dengan tersenyum mengelus pipi mulusku, “Nah, kalo jadi anak baik begini, aku ‘kan gak bakal kasar sama kamu, manis.” Katanya lagi sambil mengecup keningku.
Aku memejamkan mata erat-erat dan merasakan kecupan bibir kak Ririn di bibirku. Dia menjilat bibirku hingga basah tetapi aku tetap tidak menunjukan sikap untuk membalas kecupannya, dan itu membuatnya kesal, “Buka mulut loe..!” seru kak Ririn marah.
Dengan ketakutan aku membuka mulutku perlahan, sedikit celah mebuat lidah kak Ririn merogoh mulutku dengan liar. Aku berusaha berontak, ”Hmmphh… kak…hhnnngg…lepas…” Aku memohon, tetapi cewek itu terus memainkan lidahnya dimulutku. Menyentuh rongga mulut dan lidahku dengan brutal.
Kak Ririn mendorongku hingga pinggulku menyentuh meja di belakangku, dia melepaskan ciumannya dengan kecupan panjang, membuat jaring saliva di sekitar bibir kami. Kak Ririn menyeringai lagi sambil mengelus rambut hitam panjangku.
“Kucing manis… manisnya..” Katanya sambil membuka kancing kemejaku satu persatu.
Aku berontak lagi,
“Ja..jangan kak… lepasin bajuku..” Kataku ketakutan dan itu membuat kak Ririn marah.
PLAK! Aku ditampar oleh kak Ririn membuatku kaget dan pipiku langsung merah karena sakit.
Kak Ririn menjambak rambutku, “Gue bilang loe itu kucing… kucing gak ngomong.. dia mengeong.. ayo mengeong!” Serunya kasar, aku terisak ketakutan.
“Ayo mengeong!!” teriaknya tidak sabar.
“Me..meeong…” Aku memaksakan suaraku, dan itu membuat kak Ririn tersenyum puas lalu mengelus pipiku yang merah karena ditampar.
“Nah…gitu’kan manis.. harus jadi anak baik…sekarang lepas baju kamu.” Katanya pelan tetapi penuh dengan nada mengancam. Dengan ketakutan aku membuka kemeja putihku, menampakan bra hitam yang membalut dada besarku.
“Dada yang besar… aku suka..” katanya sambil menjilat bibir bawahnya. Aku ketakutan.
Tangan kak Ririn meraih bra hitamku dan mengangkatnya ke atas, membuat dadaku keluar sepenuhnya. Putingku mengacung keras, sedangkan dadaku bergoyang ketika kak Ririn menyentuhnya.
“Mulus… empuk… kenyal..” Kata kak Ririn sambil menggoyang-goyang dadaku yang besar.
Dadaku bergoyang ke atas-ke bawah, ke kiri dan kanan, lalu tiba-tiba putingku ditarik hingga membuatku kaget.
“Ahhhhkk…” Tanpa sadar aku mengeluarkan suara sensual dari bibirku, kak Ririn tersenyum menyeringai sedangkan aku cepat-cepat menutup mulutku dengan tangan.
Kak Ririn menyingkap rok panjangku, menampakkan paha mulus dan vaginaku yang terbalut celana dalam putih. Dia menyuruhku duduk di atas meja, kuturuti tanpa komentar sedikitpun.
Kak Ririn membuka pahaku, membuatku harus mengangkang ke arahnya, aku menahan rasa malu ku dengan memejamkan mata erat-erat. Dia membuka vaginaku, melihat dengan takjub lipatan berwarna merah muda dan lubang kecilku. Dia menyentuh daging kecilku, menarik-nariknya dengan penasaran lalu menggeseknya dengan cepat.
“Hnnn…nnnggghhh…” Aku menahan desahanku.
Kak Ririn lagi-lagi tersenyum sambil terus memainkan daging kecil di vaginaku dan tangannya meremas-remas buah dadaku yang besar.
“Ayo mengeong…” Kata kak Ririn sambil terus menarik-narik putingku, sesekali ditamparnya dadaku karena gemas sedangkan vaginaku di pijit-pijitnya dengan lembut.
“Me..meoong… aaahhh.. hhnn… meoong…” Aku keenakan menikmati sentuhan jarinya di vaginaku.
Kak Ririn menyentuh vaginaku dengan lima jarinya seperti ingin membasuh tangannya dengan lendir dan cairan beningku.
Kak Ririn menatap sekeliling ruangan, seperti mencari sesuatu, lalu matanya jatuh pada spidol hitam kecil di bawah meja. aku merasakan firasat buruk.
“Ja..jangan kak… ahhhhkk!” Belum selesai aku bicara, benda hitam kecil itu sudah dimasukkan ke vaginaku.
“Manisnya… aahh… hhmmphh..” Kak Ririn menciumiku, benda kecil hitam itu di obok-obok ke vaginaku, membuatku menggelinjang keenakan. hingga..
Plok.. Plok.. Plok –suara tepukan tangan seseorang membuatku kaget, di balik rak buku itu, kak Rocky menatap kami dengan menyeringai. Ti..tidak mungkin, kataku dalam hati.
Kak Rocky memegangi handycam di tangannya sambil menyorotku, penis di balik celananya sudah mengeras. “Ya ampun, Ririn… loe dapet kucing cantik, ya? Bagi-bagi lah..” kata kak Rocky sambil menarik puting dadaku, dan meremas payudaraku dengan semangat.
“Astaga, nenen yang gede… vagina yang perawan..” kak Rocky menjilat bibirnya seperti kelaparan. Aku makin ketakutan.
Kak Rocky meletakkan handycamnya di salah satu rak dengan lensa yang yang menyoroti ke arah kami. Dia ingin merekam semua adegan ini, aku menggigil ketakutan.
Kak Rocky lalu cepat-cepat melucuti celananya, dan penisnya sudah berdiri mengacung dengan keras. Aku ketakutan, aku berusaha kabur, tetapi dengan sigap kak Rocky menangkap pinggulku dan membantingku dengan pelan ke lantai.
“Tidak!! Gak mau!… jangan kak.. jangan!!” kak Rocky menindihiku sedangkan kak Ririn memegangi tanganku biar tidak berontak.
“Anak cantik.. kucing manis…” Bisik kak Ririn di telingaku, mulutku di tutup oleh tangan kak Ririn agar aku tidak bersuara.
Aku menatap horror penis kak Rocky yang di tepuk-tepukannya di dadaku.
“Ohhh.. nenen nya gede… oohhh.. enaakk.. Hsss…” kak Rocky menjepit penisnya di belahan dadaku, aku merasakan kedua putingku saling bergesekan dengan kulit penis kak Rocky. Aku menangis ketakutan.
“Hmmphhh… nngghhh… mhhhpphh…” Aku berusaha teriak, tetapi mulutku terus ditutup.
Kak Rocky mengerjap-ngerjap keenakan.“Ohhh… nenen… ohh… enak banget.. anjing enak banget…ohh..” Kak Rocky terus menggenjot dadaku kemudian menghentikannya ketika dirasa penisnya berdenyut.
Kak Rocky tersenyum, sambil mengelus-elus penisnya pelan, kemudian mulutku di buka secara paksa, sebelum bisa teriak, mulutku di sodok dengan penis kak Rocky.
“Ohhhkkk… hhooookkk… hhpppphh…” Aku tersedak dengan benda panjang besar itu, rasanya tidak enak, sangat tidak enak.
Air mataku terus mengalir karena ketakutan. Kak Ririn tertawa seram sambil menghisap putingku, menghisapnya lagi, dan menggigitnya.
“Air susunya tidak keluar…” Kata kak Ririn sambil menyeringai.
Kemudian menghisapnya lagi sekuat-kuatnya dan melepaskannya dengan suara decakan keras. Air liurnya menetes di ujung putingku. Dijilatnya lagi, kemudian karena gemas, dadaku di tampar. Rasanya sungguh sakit, dadaku ditampar berkali-kali, bergoyang ke kiri dan kekanan, sedangkan mulutku terus disodok oleh penis yang besar.
“Hhook… oohhhkkk… ngghhh…” Tenggorokan ku rasanya seperti dimasukan rudal besar, kak Rocky menyodok-nyodok tanpa henti, sampai aku bisa merasakan dua buah biji penisnya menyentuh bibir bawahku.
“OOhh.. enaak banget.. aahhhkk… penisku dihisap… oohhh…” kak Rocky selalu meracau tidak jelas. Hingga aku bisa merasakan denyutan penis kak Rocky.
“Ohhh.. gue mau nge-crot… oohhh… penisku mau nge-crot… aahhkk.. makan nih penis… Ahhhhkkk!!”
Croot…croot..crooot –kak Rocky mengejang hebat sambil membenamkan dalam-dalam penisnya di mulutku, aku ingin muntah ketika cairan putih itu menyebur ke seluruh mulutku hingga menetes keluar dari bibirku. Mataku berair menahan gejolak mualku.
baca cerita sex lainnya di susahtobat.com
Kak Rocky melepaskan penisnya dengan cepat, dan aku harus tergolek lemas di lantai, kak Ririn tersenyum lalu menjilat mulutku yang penuh dengan sperma kak Rocky.
“Hmmphh.. enak…hmmphh.. sperma kamu enak Rocky..” kata kak Ririn menjilat seluruh rongga mulutku.
Kak Rocky mulai memijat-mijat vaginaku. “Ahhh.. vagina yang cantik…” Kata kak Rocky sambil menjilat daging kecil vaginaku dan menggigitnya dengan gemas. Aku terkesiap.
“Ahhkk.. jangan.. ahhkkk..!!” Aku merasa takut dan enak disaat bersamaan.
Melihat aku mulai berontak, kak Ririn memegangi erat tanganku lagi.
Kak Rocky mengelus-elus penisnya yang sudah tegang kembali, kemudian menepuk-nepuk vaginaku dengan penisnya. Aku ketakutan setengah mati. Tanpa sadar aku menendang perut kak Rocky dan berlari kabur.
“Sialan! Kejar Rin!” kak Rocky meraung marah. Dengan sigap kak Ririn berlari mengejarku. Ketika aku hampir menggapai kenop pintu, lagi-lagi aku tertangkap kak Rocky.
“Tidaakk! Lepaskan aku!!” Aku berontak, aku menendang dan memukul apa saja. Kak Rocky menyeretku ke pojok ruangan dan membantingku ke dinding.
Aku menangis meraung. kak Ririn menamparku wajahku. “Dasar anjing!” katanya geram.
Kak Rocky menyeringai, dan menjambak rambutku, “Denger ya, loe gak bakal selamat karena udah bikin gue kesal.” Dengan marah, kak Rocky membalikkan badanku ke dinding dan menyodok lubang vaginaku dari belakang.
“AAhhhhKKK!! Sakiitt!! Ahhhkkk!!” aku berusaha berontak lagi, tapi kak Rocky menahan tanganku ke dinding dan memasukkan kepala penisnya ke lubang vaginaku dengan perlahan. Darah langsung keluar dari vaginaku.
Kak Rocky mula-mula memasukkan dan mengeluarkan penisnya dengan pelan. Masukan lagi dan tarik lagi. Penis kak Rocky menyodok vaginaku yang basah oleh lendir dan darah.
“Ahhhkk sakit kak!” aku menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhku, rasanya seperti disobek dengan paksa. Sedangkan kak Rocky mulai menggenjot vaginaku dengan paksa.
“Aahh.. enak… rasain nih penis.. aahh.. sial… sempit banget… oohhhh…Hss.. aahh.. vagina perawan enak.. ohhh.. vagina… oohh… dasar vagina anjing.. oohhh…” kak Rocky ngentotin vaginaku dengan cepat, sedangkan kak Ririn duduk di meja sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.
“Jangan kak! Jangan ngentotin aku kak!! Sakit.. ahhkk.. .. ahhkk!” Aku berteriak, kakiku tidak sanggup berdiri. Kak Rocky langsung membalikkan badanku, kini kami saling berhadapan, kakiku kananku diangkatnya dan ditaruh ke bahunya yang lebar.
Kemudian, kak Rocky mulai menggenjot lubang vaginaku lagi. Darah menetes ke lantai dan di pahaku, tetapi tidak dipedulikan kak Rocky. Cowok itu asyik menghisap puting dan menyodok vaginaku.
“Ohhh.. enak banget nenen… oohh… penisku dijepit vagina… Hsss… Hss..enak banget… aku sodok.. aku perkosa kamu…ohhhh..” Kak Rocky mendengus keenakan. Penisnya dibenamkan dalam-dalam ke vaginaku hingga aku bisa merasakan penisnya mendorong hingga mentok di dalam vaginaku.
Sodokan kak Rocky makin lama makin cepat, dia mulai berteriak tidak karuan, “Ahhhkk,,, vagina… oohhkk vagina..!!”
“Ngghh… aahhhkk.. sakit kak! Uhhhkk..” Aku menahan tangis. Vaginaku rasanya sakit sekali, sedangkan dadaku di remas-remas tanpa ampun oleh kak Rocky.
“Aku mau nge-crot.. aahkk.. sedikit lagi.. ohhhkk… penisku mau nge-crot.. aahhkk… enak banget ngentotin vagina anjing kayak kamu.. ohhh..” kak Rocky memejamkan mata keenakan, merasakan penisnya yang diremas-remas vaginaku.
“Ohhh.. gue hamilin lo, njing! Oohhkk.. gue hamilin loe! Ahhhkkkk!!”
Crot..croot..croot.. Kak Rocky bergetar ketika menyemprotkan spermanya di vaginaku dan aku bisa merasakan cairan hangat yang melumer di dalam perutku.
Aku terjatuh ke lantai, cairan putih keluar perlahan dari lubang vaginaku. Kak Ririn tersenyum menyeringai sedangkan kak Rocky mengelus-elus rambut hitamku,
“Anak manis..” katanya sambil terengah-engah dan kemudian mengecup pipiku dengan lembut.
Aku tidak dapat mengingat apa-apa, tiba-tiba semua menjadi gelap. Apa aku pingsan? Entahlah, aku tidak peduli, yang penting aku tidak mau mengingat apa yang terjadi. Mungkin lain kali, aku tidak akan berani mengintip orang yang berbuat mesum. Aku kapok, sungguh!
Post A Comment:
0 comments: