Presiden Baru Korsel: Perang 2 Korea Sangat Mungkin Terjadi
SEOUL - Presiden baru Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in tidak memungkiri bahwa perang antara negaranya dengan Korea Utara (Korut) sangat mungkin terjadi. Komentar soal potensi pecahnya perang dua Korea ini muncul setelah Pyongyang sukses menguji tembak rudal balistik yang diklaim bisa untuk membawa hulu ledak nuklir.
”Kenyataannya adalah bahwa ada kemungkinan konflik militer yang tinggi di garis batas NLL (Northern Limit Line atau Garis Batas Utara) dan garis demarkasi militer,” kata Moon seperti dikutip Reuters, Kamis (18/5/2017). Menurutnya, Seoul mampu menyerang balik jika terjadi serangan.
NLL yang disengketakan terletak di Laut Kuning antara Korsel dan Korut. NLL ini dianggap sebagai batas maritim de facto di antara dua Korea. Sedangkan garis demarkasi militer 1953 berfungsi sebagai perbatasan darat kedua Korea.
Korut yang dipimpin diktator muda Kim Jong-un mengklaim uji tembak rudal balistik terbaru pada hari Minggu lalu dengan mempertimbangkan keamanan negara-negara tetangga. Meski demikian, Presiden Moon mengkritik tindakan Pyongyang sebagai tantangan serius bagi perdamaian dan stabilitas global.
”Kami tidak akan mentolerir provokasi Korea Utara dan ancaman nuklir lainnya,” kata Moon saat berkunjung ke Kementerian Pertahanan Korsel di Seoul pada hari Rabu yang dilansir kantor berita Yonhap.
Moon menegaskan bahwa Seoul akan secara tegas menangani Korut. Pernyataan tersebut muncul saat Dewan Keamanan PBB mengancam menjatuhkan sanksi teranyar terhadap Pyongyang.
Namun, Korut menolak menghentikan uji coba senjatanya termasuk rudal dan nuklir. ”Sampai Amerika Serikat dan para pengikutnya membuat pilihan yang tepat, kami akan terus memproduksi senjata nuklir yang canggih dan beragam serta cara yang mencolok dan mendorong untuk mempersiapkan uji coba yang diperlukan,” tulis Yonhap mengutip diplomat Korut, Pak Jong-hak.
Rudal yang diluncurkan pada hari Minggu lalu menempuh jarak 700km sebelum jatuh ke Laut Jepang atau juga dikenal sebagai Laut Timur. Proyektil senjata Korut itu mendarat sekitar 500 km dari perbatasan Rusia, namun tidak menimbulkan ancaman keamanan,
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan. Tes rudal tersebut menyusul dua uji tembak rudal Pyongyang yang gagal sebelumnya.
Ketegangan Korut dan AS di Semenanjung Korea telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Washington telah mengirim kapal perang ke wilayah tersebut dan melakukan latihan perang dengan sekutu-sekutunya dalam upaya untuk mencegah Pyongyang melakukan lebih banyak uji coba nuklir dan rudal. (FAY)
”Kenyataannya adalah bahwa ada kemungkinan konflik militer yang tinggi di garis batas NLL (Northern Limit Line atau Garis Batas Utara) dan garis demarkasi militer,” kata Moon seperti dikutip Reuters, Kamis (18/5/2017). Menurutnya, Seoul mampu menyerang balik jika terjadi serangan.
NLL yang disengketakan terletak di Laut Kuning antara Korsel dan Korut. NLL ini dianggap sebagai batas maritim de facto di antara dua Korea. Sedangkan garis demarkasi militer 1953 berfungsi sebagai perbatasan darat kedua Korea.
Korut yang dipimpin diktator muda Kim Jong-un mengklaim uji tembak rudal balistik terbaru pada hari Minggu lalu dengan mempertimbangkan keamanan negara-negara tetangga. Meski demikian, Presiden Moon mengkritik tindakan Pyongyang sebagai tantangan serius bagi perdamaian dan stabilitas global.
”Kami tidak akan mentolerir provokasi Korea Utara dan ancaman nuklir lainnya,” kata Moon saat berkunjung ke Kementerian Pertahanan Korsel di Seoul pada hari Rabu yang dilansir kantor berita Yonhap.
Moon menegaskan bahwa Seoul akan secara tegas menangani Korut. Pernyataan tersebut muncul saat Dewan Keamanan PBB mengancam menjatuhkan sanksi teranyar terhadap Pyongyang.
Namun, Korut menolak menghentikan uji coba senjatanya termasuk rudal dan nuklir. ”Sampai Amerika Serikat dan para pengikutnya membuat pilihan yang tepat, kami akan terus memproduksi senjata nuklir yang canggih dan beragam serta cara yang mencolok dan mendorong untuk mempersiapkan uji coba yang diperlukan,” tulis Yonhap mengutip diplomat Korut, Pak Jong-hak.
Rudal yang diluncurkan pada hari Minggu lalu menempuh jarak 700km sebelum jatuh ke Laut Jepang atau juga dikenal sebagai Laut Timur. Proyektil senjata Korut itu mendarat sekitar 500 km dari perbatasan Rusia, namun tidak menimbulkan ancaman keamanan,
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan. Tes rudal tersebut menyusul dua uji tembak rudal Pyongyang yang gagal sebelumnya.
Ketegangan Korut dan AS di Semenanjung Korea telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Washington telah mengirim kapal perang ke wilayah tersebut dan melakukan latihan perang dengan sekutu-sekutunya dalam upaya untuk mencegah Pyongyang melakukan lebih banyak uji coba nuklir dan rudal. (FAY)
Post A Comment:
0 comments: