Cerita Seks Dengan Cewek Nakal
Cerita Sex168-Perkenalkan nama saya Nala (nama samaran saya), lulus kuliah baru bulan kemarin di sebuahperguruan tinggi tekemukan di Jogya, cerita ini baru saya alamiah dalam bebrepa bulan kemarin cocoknya bulan Januari, dimulai dari saya kirim SMS ke seorang cewek yang telah lama tidak berjumpa,
sebab telah lama tidak berhubungan saya kehilangan nomer kontaknya, kemudian saya meminta temenku nomernya (katanya dirinya sih punya) sebuahketika langsung saya kirimkan SMS terhadap dirinya yang berisi bahwa saya kangen ingin berjumpa dengannya.
Saat telah aku kirimkan SMS tadi saya tunggu berjam juga tidak ada balasan, serta ketika itu saya mengirimkan ulang lagi dengan saya kasih nama saya di belakangnya, selang berbagai waktu yang saya SMS miss call ke hapeku, sebab saya dalam perjalan naik motor, kemudian saya kirim SMS lagi ke dirinya yang isinya “bentar saya lagi dalam perjalanan kelak saya hubungi seusai hingga ketujuan”
Seusai yang kujanapabilan tadi saya baru telepon si dia, Hallo Anita “tanya saya” dirinya menjawab “maaf kamu salah orang”, nyatanya yang saya telepon salah orang sambil menahan malu saya mau kumatikan teleponku, tetapi lawan bicara saya segera bertanya “yang kamu cari siapa? dengan nada mendesah” saya jawab “saya sedang mencari kawan lama saya yang hampir 6 tahun tidak ada beritanya” pendek kata kami kemudian berkenalan nyatanya yang saya telepon salah sambung namanya Fitri.
Sejak saat itu, kami tidak jarang berkirim SMS. Kadang-kadang gw malah menelponnya. Tetapi, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, alias menonton wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berlangsung sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke sex.
Tiga bulan berlangsung sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Fitri mengirim SMS yang menyebutkan ingin berjumpa. Mengapa tidak, kupikir. Toh tidak ada menyesalnya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh hingga ke sex. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Seusai tiba di tempat yang dijanapabilan, gw segera meneleponnya. Gua pake sweater pink, kata Fitri.
Segera kutemui Fitri yang sedang berdiri menantikan. Hai, Fitri ya?, tanyagw. Fitri segera tersenyum. Wajahnya terbukti tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai semacam poster swimsuit di majalah Popular. Tetapi, gw terbukti tidak terlalu memperpersoalankan penampilan fisik. Segera kuperkenalkan diriku. Gua Nala, katagw. Terbukti pergaulanku dengan wanita tidak intens, jadi saat itu gw sedikit gugup. Tetapi, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image).
Kami segera menjadi akrab. Kami berkata sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court.Nala, suka nyanyi-nyanyi gak?, tanya Fitri seusai kami berakhir makan. Suka, tapi tidak di depan umum, begitu jawabku. Sama dong.
Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak utk nyanyi di karaoke? Kami dapat pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain. tanya Fitri. Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat memakai mobilku.
Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, serta ditutupi gorden, jadi terbukti tidak bakal terkesan dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Fitri permisi kepadagw untuk ke toilet.
Cocok seusai waitress menyiapkan ruangan serta minuman, Fitri kembali. Kurasa agak aneh waktu itu sebab bau wewangiannya kian tajam. Tetapi, tidak kupedulikan.Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, serta kami bernyanyi-nyanyi. Hingga tibalah kami di lagu yang kelima. Fitri memesan lagu yang lembut, serta agak romantis.
Sebelum lagu tersebut dimulai, tidak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Fitri. Halus sekali, pikirku. Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, jadi kubiarkan saja di situ. Fitri pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku. Dingin ya?, tanya Fitri, kepadagw, sambil menonton tanganku. Iya, jawabku mengangguk lemah. Segera Fitri mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya.
Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berlangsung. Ingin sekali gw mengelus pipinya yang lembut, tetapi gw agak takut-takut. Perlahan-lahan Fitri mendekatkan bahunya ke bahuku jadi kami duduk sangat dekat.
Wangi bau tubuh Fitri segera membius diriku. Tidak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi serta kening Fitri. Ia menatapku. Gw balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya.
Fitri diam saja. Kukecup rambut serta pipinya, segera bau tubuhnya kembali membius diriku. Fitri sangatlah kuperperbuat semacam pacarku sendiri. Tiba-tiba muncul gairah yang besar untuk memeluknya. Fitri semacamnya mengerti sebab dirinya segera merubah posisi duduknya jadi memudahkanku untuk memeluknya.
Segera kupeluk Fitri dengan rasa sayang.Tiba-tiba Fitri hebat tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan tahap lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, tetapi dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu.
Fitri diam saja. Gw mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh tahap putingnya. Gw terus berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di tahap pinggirannya.
Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Seusai berbagai saat, kusentuh putingnya. Nyatanya putingnya telah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Fitri mendesah. Ssshh, desahnya.Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi faktor yang sama. Lagi-lagi Fitri mendesah. Segera ia memagut bibirku, serta melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat.
Oh, nikmat sekali berciuman saat malam pertama ku semacam ini, pikirku sebab terbukti gw belum sempat berciuman dengan wanita. Badanku bergetar hebat, sebab gw belum sempat meperbuat faktor semacam malam pertama ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami berbagai saat. Seusai itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami.
Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Fitri. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Enjoy sekali rasanya saat itu.Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus serta meremas dengan lembut buah dada Fitri.
Fitri kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Fitri hebat tanganku, serta memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya.
Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat serta basah. Montok kan punya gua?, begitu ungkap Fitri saat tanganku mengelus lembut vaginanya. Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal gw tidak dapat membedakan semacam apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Fitri mengiringi gerakanku. Sssh.. Oh, Nala.
Baru kamu laki-laki yang dapat memperperbuatku dengan lembut di malam pertama, begitu terus desahnya. Senang juga gw dipuji dirinya.Kami terus bercumbu hingga tidak terasa dua jam malam pertama ini berlalu. Nala, kamu jangan pulang dulu ya. Gw ingin dikelonin sama kamu.
Kawani sebentar gw di hotel ya?, tanya Fitri terhadap gw. Saat itu, gw agak takut. Takut gw tidak dapat menahan diri untuk tidak tidur dengannya di saat malam pertama. Segera kuingat ajaran2 agama yang melarangku meperbuatnya. Tetapi semacamnya Fitri mengerti ketakutanku. Gw cuma minta dibelai kok. Kurang. Ya, Nala?, tanyanya dengan mata memohon.
Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, gw takut sekali melanggar aliran agama. Lagipula, gw tidak sedikit tugas yang malam itu wajib kuberakhirkan. Tetapi segi kemanusiaanku membikin gw tidak tega menolaknya. Baiklah, tapi kurang dari itu ya?, jawabku. Iya, gua janji deh, kata Fitri lagi.
Kami segera keluar dari ruangan, bayar ke kasir, serta meluncur ke sebuah hotel memakai mobilku. Fitri menjadi penunjuk jalan. Seusai bayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar.
Di dalam kamar, gw menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tidak lama kemudian, Fitri membentangkan tubuhnya di kamar tsb. Nala, sini dong, kata Fitri. Gw merubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Fitri.
Gw dalam posisi duduk, sementara Fitri telah telentang. Nala, belai gw lagi ya, kata Fitri. Segera tanganku mengelus dahi Fitri. Kuelus-elus dahinya berbagai lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang.Fitri menikmati gerakanku sambil menutup mata.
Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening serta dahinya. Fitri membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Fitri sangatlah menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya.
Gw hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Tetapi segera Fitri menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, tetapi Fitri segera menghisap bibirku tersebut.
Segera kuarahkan ciumanku ke tahap telinganya, serta kujilat tahap dalam daun telinganya dengan lidahku.Fitri meronta-ronta serta mendesah. Aduh Nala, geli sekali. Teruskan Nala, katanya. Kucumbu Fitri terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya.
Fitri mendesah hebat. Ssshh.. sshh.. ohh, desah Fitri. Gw tidak dapat menahan diriku lagi. Fitri, boleh kubuka bajumu?, tanya gw pelan terhadap Fitri. Fitri mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terkesanlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar payudaranya.
Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Fitri mengerang. Nala, buka BH gua dong, pinta Fitri. Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka BHnya. Susah sekali membuka BHnya. Maklum, belum sempat gw membuka BH wanita.
Seusai terbuka, pelan-pelan kutanggalkan BHnya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali gw menciumnya. Kupindahkan BHnya serta bajunya ke meja agar tidak kusut.
Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari tokednya. Fitri mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang berbagai kali, lalu berpindah ke toked kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak tokednya.
Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, serta kuhisap. Fitri mengerang-ngerang. Aduh, Nala..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Nala… Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus tahap perutnya. Auw.. enak Nala.., Fitri menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Fitri kuperperbuat semacam itu.
Nala, bukain celanaku dong.., pinta Fitri. Segera kubuka kancing celananya, serta kupelorotkan ke bawah. Terkesanlah pahanya yang putih bersih, serta kewanitaannya yang tetap tertutupi Celana Dalam warna hitam. Tetap mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan.
Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.ohh.., rintih Fitri menahan kenikmatan yang kuberbagi. Kuelus vaginanya yang tetap tertutupi CD. Nyatanya CD-nya telah basah.
Kubelai pelan-pelan tahap tersebut. Fitri meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya. Oh.. ohh.. ronta Fitri. Gantian tangan Fitri yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya Kontolku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya..
Nala, buka celana dalam gua.., pinta Fitri. Jangan Fitri, gua gak berani meperbuat itu.. kata gw.Gw bukan bermaksud munafik, tapi gw terbukti sangatlah takut saat itu, sebab belum sempat meperbuatnya. Tidak apa-apa, Nala, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja, pinta Fitri memohon. Akhirnya kubuka celana dalam Fitri. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku. Elus lagi, Nala.., pinta Fitri.
Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang telah basah. Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Fitri meronta. Ohh..ohh. Ke atas lagi Nala. Elus klitorisku, begitu desahnya perlahan. Gw tidak tahu persis di mana klitoris. Gw terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Fitri mengajar tanganku ke klitorisnya.Baru sekali itu gw tahu bentuk klitoris.
Mungil serta menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Fitri langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Semacamnya ia benar2 menikmati perlakuanku. Nala, tolong hisap klitorisku, yah?, pinta Fitri. Gw sedikit ragu, serta jijik. Pake tangan aja yah, Fitri.., gw berusaha menolak dengan halus. Tolong dong, Nala.
Sehari ini saja. Kelak gantian deh , pinta Fitri. Gw tetap berat hati menghisapnya. Fitri, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti… Belum berakhir gw bicara, Fitri segera memotongku. Kemaluanku bersih kok, Nala. Gw rutin memakai antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok, pinta Fitri lagi.Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke memeknya Fitri.
Segera tercium bau yang tidak dapat kufotokan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Gw takut sekali kalau rasanya tidak enak alias bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Nyatanya tawar, tidak ada rasa apa-apa. Terus, Nala..ohh.. enak sekali, desah Fitri. Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut serta jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Fitri makin mendesah. ooh.. oohh.. ohh.. ohh.
Fitri menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang vaginanya. Kamu kelak tidak kesakitan?, tanyaku kepadanya. Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya. Ahh.., Fitri menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya.Saat kuarahkan jariku ke langit-langit memeknya, terasa ada tahap yang agak kasar. Kuelus pelan tahap tersebut, berkali-kali. ‘Ya, terus di situ Nala.. ahh.. enak sekali..
Kuteruskan untuk berbagai saat. Fitri makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Fitri menggerakkan pantatnya ke atas serta bawah, berlawanan dengan arah jilatanku. Ah Nala.. gw mau keluaar.. erang Fitri. Fitri makin mempercepat gerakannya, serta tiba-tiba gerakan pantatnya dirinya hentikan, lalu dikepitnya kepalagw dengan pahanya. Ahh.. Nala..gw keluar, desahnya. Segera kupeluk tubuh Fitri, serta kugenggam tangannya erat.
Kubiarkan Fitri menikmati orgasmenya. Seusai berbagai saat, kuelus-elus dahi serta rambutnya. Nala, enak sekali, kata Fitri. Gw diam saja.Sekarang gantian, ya, kata Fitri. Gw mengangguk pasrah, antara mau serta takut. Diputarnya tubuhku jadi tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana serta celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi Kontolku yang tetap terduduk lemas.
Semacamnya Fitri mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Gw merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahagw yang menutupi Kontolku. Fitri segera meraba-raba Kontolku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membikinku dengan cara refleks menggelinjang.
Fitri tertawa. Enak kan, Nala? tanyanya menggodagw. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua. Mau diterusin gak, Nala? tanya Fitri sambil menggoda lagi. Gw hanya mengangguk.Saat itu Kontolku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo menonton adegan yg sedikit porno, punyagw langsung keras.
Akhirnya Fitri mendekatkan mulutnya ke Kontolku. Dikecupnya ujung Kontolku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana. Nala, punya kamu enak. Bersih serta terawat, ucap Fitri. Geer juga gw dipuji begitu.
Dipegangnya gagang Kontolku, lalu Fitri mulai menjilati Kontolku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Dengan cara reflek gw meronta, melepaskan Kontolku dari mulut Fitri. Kenapa, Nala?, tanya Fitri. Gua gak tahan. Geli banget, sih?, katagw protes. Ya udah, pelan-pelan aja, ya?, kata Fitri. Gw mengangguk lagi. Fitri mulai memperlambat tempo permainannya.
Rasa geli tetap menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa enjoy.Kuperhatikan Fitri menjilati Kontolku, tidak terasa Kontolku segera mengeras. Fitri bahagia sekali menontonnya. Segera dilahap kembali Kontolku itu, hari ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya.
Sekali lagi gw disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tidak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sehari ini kurasakan kenikmatan malam pertama yang tiada tara semacam ini. Ah.., tidak kuasa gw menahan desahanku. Nala, kumasukan ya punyamu?, tanya Fitri. Kelak kamu sakit, gak?, tanyagw. Gw telah tidak dapat menguasai diri lagi.
Ingin sekali rasanya Kontolku dikepit oleh vaginanya. Ya, kalau gw yang ngontrol sih, gak sakit, kata Fitri. Ya udah, kamu yang di atas aja, katagw kepadanya.Fitri segera merubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya Kontolku menuju liang Kontolnya.
Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung Kontolku ke dalam. Terasa sedikit basah serta licin kemaluannya. Didiamkan punyagw di sana utk berbagai saat. Gw diam menantikan. Lalu ditekannya sedikit lagi. Hari ini punyagw masuk lebih dalam serta makin terasa cairan pelicin kemaluannya.
Telah semacamga dari panjang Kontolku yang berada dalam vaginanya. Dirinya diamkan lagi Kontolku di sana berbagai saat. Ia sedikit mengernyit. Sakit?, kutanya. Iya, tapi gak apa2. , jawab Fitri. Kemudian ia mendorong Kontolku makin dalam, hingga akhirnya semua Kontolku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah serta hangat vaginanya. Nikmat serta geli sekali rasanya. Seusai berbagai saat, Fitri mulai menggerakkan pinggulnya naik serta turun.
Ahh.. enak sekali menikmati Kontolku terjepit dalam vagina Fitri. Gerakan pantat Fitri membikin Kontolku terkocok, serta segera gw merasakan kenikmatan yang tiada tara. Fitri pun seolah-olah begitu. Ohh.. ohh.. ohh.. ohh, Fitri mengerang-ngerang.
Fitri terus menggerakan pinggulnya naik serta turun selagi berbagai saat dengan diiringi desahan. Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Tetapi, nyatanya Fitri tidak berhenti begitu saja.
Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, serta terkadang berputar. Semacamnya Fitri sangat menikmati gerakan malam pertama ini, terbukti erangannya terus tidak jarang. Ah.. ah.. ahh.. ahh.., desahnya terus, tanpa henti. Kuremas dengan lembut toket nya, Fitri makin merintih. Sssh.. ssh.. sshh.. enak sekali malam pertama ini.
Makin lama gerakan Fitri makin cepat. Nala, gw mau keluar lagi, Nala.. rintihnya. Gw pun merasa Kontolku berdenyut kencang. Fitri, tolong lepaskan, gw mau keluar, katagw. Gw takut sekali kalau hingga Fitri hamil. Tapi Fitri tidak mau melepaskan Kontolku.
Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya jadi gw tidak dapat melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa Kontolku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya. Aduh, Fitri, jangan.. kelak kamu hamil.., teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar. Tapi semua telah telat. Semua cairanku telah keluar dalam vaginanya.
Nikmat sekali malam pertama ini, tetapi terasa lemas tubuhku setelahnya. Segera otot-otot Kontolku mengerut, serta menjadi kecil kembali.Fitri dengan sedih melepaskan Kontolku. Fitri, kalo kamu hamil gimana, tanyagw dengan setengah takut. Tenang aja, Nala. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak butuh takut, ya?, kata Fitri menenangkan diriku. Kemudian, Fitri segera memijat-mijt Kontolku. Dielus, serta di kulum lagi semacam tadi.
Tak lama, Kontolku segera mengejang lagi. Segera Kontolku dimasukan lagi oleh Fitri ke vaginanya. Kembali Fitri meperbuat gerakan maju mundur tadi. ohh.. ohh.. ohh.. oohh, erangnya. Kuremas lembut toked nya. Ssshh.. sshh.. sshh, begitu terus rintihannya.
Selama berbagai saat Fitri mengocok Kontolku dengan vaginanya, hingga akhirnya ia berteriak. Nala, gw hampir keluar, desah Fitri. Segera Fitri mempercepat gerakannya. Gw pun menolongnya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya.
Ahh.. Nala, gw keluar, desahnya agak keras. Sejenak ia menikmati orgasme malam pertama nya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, serta kukecup keningnya. Kami berpelukan, serta tidur bugil hingga pagi hari.
Alangkah Indahnya Nasib ini dibangun oleh fitri serta gw tidak bakal sempat melupakan kenangan terindah di malam pertama bersama fitri mesikipun saat ini gw gat au beritanya si Fitri ini!
sebab telah lama tidak berhubungan saya kehilangan nomer kontaknya, kemudian saya meminta temenku nomernya (katanya dirinya sih punya) sebuahketika langsung saya kirimkan SMS terhadap dirinya yang berisi bahwa saya kangen ingin berjumpa dengannya.
Saat telah aku kirimkan SMS tadi saya tunggu berjam juga tidak ada balasan, serta ketika itu saya mengirimkan ulang lagi dengan saya kasih nama saya di belakangnya, selang berbagai waktu yang saya SMS miss call ke hapeku, sebab saya dalam perjalan naik motor, kemudian saya kirim SMS lagi ke dirinya yang isinya “bentar saya lagi dalam perjalanan kelak saya hubungi seusai hingga ketujuan”
Seusai yang kujanapabilan tadi saya baru telepon si dia, Hallo Anita “tanya saya” dirinya menjawab “maaf kamu salah orang”, nyatanya yang saya telepon salah orang sambil menahan malu saya mau kumatikan teleponku, tetapi lawan bicara saya segera bertanya “yang kamu cari siapa? dengan nada mendesah” saya jawab “saya sedang mencari kawan lama saya yang hampir 6 tahun tidak ada beritanya” pendek kata kami kemudian berkenalan nyatanya yang saya telepon salah sambung namanya Fitri.
Sejak saat itu, kami tidak jarang berkirim SMS. Kadang-kadang gw malah menelponnya. Tetapi, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, alias menonton wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berlangsung sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke sex.
Tiga bulan berlangsung sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Fitri mengirim SMS yang menyebutkan ingin berjumpa. Mengapa tidak, kupikir. Toh tidak ada menyesalnya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh hingga ke sex. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Seusai tiba di tempat yang dijanapabilan, gw segera meneleponnya. Gua pake sweater pink, kata Fitri.
Segera kutemui Fitri yang sedang berdiri menantikan. Hai, Fitri ya?, tanyagw. Fitri segera tersenyum. Wajahnya terbukti tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai semacam poster swimsuit di majalah Popular. Tetapi, gw terbukti tidak terlalu memperpersoalankan penampilan fisik. Segera kuperkenalkan diriku. Gua Nala, katagw. Terbukti pergaulanku dengan wanita tidak intens, jadi saat itu gw sedikit gugup. Tetapi, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image).
Kami segera menjadi akrab. Kami berkata sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court.Nala, suka nyanyi-nyanyi gak?, tanya Fitri seusai kami berakhir makan. Suka, tapi tidak di depan umum, begitu jawabku. Sama dong.
Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak utk nyanyi di karaoke? Kami dapat pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain. tanya Fitri. Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat memakai mobilku.
Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, serta ditutupi gorden, jadi terbukti tidak bakal terkesan dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Fitri permisi kepadagw untuk ke toilet.
Cocok seusai waitress menyiapkan ruangan serta minuman, Fitri kembali. Kurasa agak aneh waktu itu sebab bau wewangiannya kian tajam. Tetapi, tidak kupedulikan.Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, serta kami bernyanyi-nyanyi. Hingga tibalah kami di lagu yang kelima. Fitri memesan lagu yang lembut, serta agak romantis.
Sebelum lagu tersebut dimulai, tidak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Fitri. Halus sekali, pikirku. Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, jadi kubiarkan saja di situ. Fitri pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku. Dingin ya?, tanya Fitri, kepadagw, sambil menonton tanganku. Iya, jawabku mengangguk lemah. Segera Fitri mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya.
Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berlangsung. Ingin sekali gw mengelus pipinya yang lembut, tetapi gw agak takut-takut. Perlahan-lahan Fitri mendekatkan bahunya ke bahuku jadi kami duduk sangat dekat.
Wangi bau tubuh Fitri segera membius diriku. Tidak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi serta kening Fitri. Ia menatapku. Gw balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya.
Fitri diam saja. Kukecup rambut serta pipinya, segera bau tubuhnya kembali membius diriku. Fitri sangatlah kuperperbuat semacam pacarku sendiri. Tiba-tiba muncul gairah yang besar untuk memeluknya. Fitri semacamnya mengerti sebab dirinya segera merubah posisi duduknya jadi memudahkanku untuk memeluknya.
Segera kupeluk Fitri dengan rasa sayang.Tiba-tiba Fitri hebat tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan tahap lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, tetapi dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu.
Fitri diam saja. Gw mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh tahap putingnya. Gw terus berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di tahap pinggirannya.
Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Seusai berbagai saat, kusentuh putingnya. Nyatanya putingnya telah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Fitri mendesah. Ssshh, desahnya.Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi faktor yang sama. Lagi-lagi Fitri mendesah. Segera ia memagut bibirku, serta melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat.
Oh, nikmat sekali berciuman saat malam pertama ku semacam ini, pikirku sebab terbukti gw belum sempat berciuman dengan wanita. Badanku bergetar hebat, sebab gw belum sempat meperbuat faktor semacam malam pertama ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami berbagai saat. Seusai itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami.
Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Fitri. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Enjoy sekali rasanya saat itu.Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus serta meremas dengan lembut buah dada Fitri.
Fitri kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Fitri hebat tanganku, serta memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya.
Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat serta basah. Montok kan punya gua?, begitu ungkap Fitri saat tanganku mengelus lembut vaginanya. Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal gw tidak dapat membedakan semacam apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Fitri mengiringi gerakanku. Sssh.. Oh, Nala.
Baru kamu laki-laki yang dapat memperperbuatku dengan lembut di malam pertama, begitu terus desahnya. Senang juga gw dipuji dirinya.Kami terus bercumbu hingga tidak terasa dua jam malam pertama ini berlalu. Nala, kamu jangan pulang dulu ya. Gw ingin dikelonin sama kamu.
Kawani sebentar gw di hotel ya?, tanya Fitri terhadap gw. Saat itu, gw agak takut. Takut gw tidak dapat menahan diri untuk tidak tidur dengannya di saat malam pertama. Segera kuingat ajaran2 agama yang melarangku meperbuatnya. Tetapi semacamnya Fitri mengerti ketakutanku. Gw cuma minta dibelai kok. Kurang. Ya, Nala?, tanyanya dengan mata memohon.
Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, gw takut sekali melanggar aliran agama. Lagipula, gw tidak sedikit tugas yang malam itu wajib kuberakhirkan. Tetapi segi kemanusiaanku membikin gw tidak tega menolaknya. Baiklah, tapi kurang dari itu ya?, jawabku. Iya, gua janji deh, kata Fitri lagi.
Kami segera keluar dari ruangan, bayar ke kasir, serta meluncur ke sebuah hotel memakai mobilku. Fitri menjadi penunjuk jalan. Seusai bayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar.
Di dalam kamar, gw menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tidak lama kemudian, Fitri membentangkan tubuhnya di kamar tsb. Nala, sini dong, kata Fitri. Gw merubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Fitri.
Gw dalam posisi duduk, sementara Fitri telah telentang. Nala, belai gw lagi ya, kata Fitri. Segera tanganku mengelus dahi Fitri. Kuelus-elus dahinya berbagai lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang.Fitri menikmati gerakanku sambil menutup mata.
Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening serta dahinya. Fitri membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Fitri sangatlah menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya.
Gw hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Tetapi segera Fitri menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, tetapi Fitri segera menghisap bibirku tersebut.
Segera kuarahkan ciumanku ke tahap telinganya, serta kujilat tahap dalam daun telinganya dengan lidahku.Fitri meronta-ronta serta mendesah. Aduh Nala, geli sekali. Teruskan Nala, katanya. Kucumbu Fitri terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya.
Fitri mendesah hebat. Ssshh.. sshh.. ohh, desah Fitri. Gw tidak dapat menahan diriku lagi. Fitri, boleh kubuka bajumu?, tanya gw pelan terhadap Fitri. Fitri mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terkesanlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar payudaranya.
Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Fitri mengerang. Nala, buka BH gua dong, pinta Fitri. Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka BHnya. Susah sekali membuka BHnya. Maklum, belum sempat gw membuka BH wanita.
Seusai terbuka, pelan-pelan kutanggalkan BHnya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali gw menciumnya. Kupindahkan BHnya serta bajunya ke meja agar tidak kusut.
Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari tokednya. Fitri mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang berbagai kali, lalu berpindah ke toked kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak tokednya.
Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, serta kuhisap. Fitri mengerang-ngerang. Aduh, Nala..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Nala… Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus tahap perutnya. Auw.. enak Nala.., Fitri menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Fitri kuperperbuat semacam itu.
Nala, bukain celanaku dong.., pinta Fitri. Segera kubuka kancing celananya, serta kupelorotkan ke bawah. Terkesanlah pahanya yang putih bersih, serta kewanitaannya yang tetap tertutupi Celana Dalam warna hitam. Tetap mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan.
Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.ohh.., rintih Fitri menahan kenikmatan yang kuberbagi. Kuelus vaginanya yang tetap tertutupi CD. Nyatanya CD-nya telah basah.
Kubelai pelan-pelan tahap tersebut. Fitri meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya. Oh.. ohh.. ronta Fitri. Gantian tangan Fitri yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya Kontolku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya..
Nala, buka celana dalam gua.., pinta Fitri. Jangan Fitri, gua gak berani meperbuat itu.. kata gw.Gw bukan bermaksud munafik, tapi gw terbukti sangatlah takut saat itu, sebab belum sempat meperbuatnya. Tidak apa-apa, Nala, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja, pinta Fitri memohon. Akhirnya kubuka celana dalam Fitri. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku. Elus lagi, Nala.., pinta Fitri.
Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang telah basah. Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Fitri meronta. Ohh..ohh. Ke atas lagi Nala. Elus klitorisku, begitu desahnya perlahan. Gw tidak tahu persis di mana klitoris. Gw terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Fitri mengajar tanganku ke klitorisnya.Baru sekali itu gw tahu bentuk klitoris.
Mungil serta menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Fitri langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Semacamnya ia benar2 menikmati perlakuanku. Nala, tolong hisap klitorisku, yah?, pinta Fitri. Gw sedikit ragu, serta jijik. Pake tangan aja yah, Fitri.., gw berusaha menolak dengan halus. Tolong dong, Nala.
Sehari ini saja. Kelak gantian deh , pinta Fitri. Gw tetap berat hati menghisapnya. Fitri, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti… Belum berakhir gw bicara, Fitri segera memotongku. Kemaluanku bersih kok, Nala. Gw rutin memakai antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok, pinta Fitri lagi.Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke memeknya Fitri.
Segera tercium bau yang tidak dapat kufotokan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Gw takut sekali kalau rasanya tidak enak alias bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Nyatanya tawar, tidak ada rasa apa-apa. Terus, Nala..ohh.. enak sekali, desah Fitri. Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut serta jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Fitri makin mendesah. ooh.. oohh.. ohh.. ohh.
Fitri menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang vaginanya. Kamu kelak tidak kesakitan?, tanyaku kepadanya. Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya. Ahh.., Fitri menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya.Saat kuarahkan jariku ke langit-langit memeknya, terasa ada tahap yang agak kasar. Kuelus pelan tahap tersebut, berkali-kali. ‘Ya, terus di situ Nala.. ahh.. enak sekali..
Kuteruskan untuk berbagai saat. Fitri makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Fitri menggerakkan pantatnya ke atas serta bawah, berlawanan dengan arah jilatanku. Ah Nala.. gw mau keluaar.. erang Fitri. Fitri makin mempercepat gerakannya, serta tiba-tiba gerakan pantatnya dirinya hentikan, lalu dikepitnya kepalagw dengan pahanya. Ahh.. Nala..gw keluar, desahnya. Segera kupeluk tubuh Fitri, serta kugenggam tangannya erat.
Kubiarkan Fitri menikmati orgasmenya. Seusai berbagai saat, kuelus-elus dahi serta rambutnya. Nala, enak sekali, kata Fitri. Gw diam saja.Sekarang gantian, ya, kata Fitri. Gw mengangguk pasrah, antara mau serta takut. Diputarnya tubuhku jadi tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana serta celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi Kontolku yang tetap terduduk lemas.
Semacamnya Fitri mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Gw merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahagw yang menutupi Kontolku. Fitri segera meraba-raba Kontolku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membikinku dengan cara refleks menggelinjang.
Fitri tertawa. Enak kan, Nala? tanyanya menggodagw. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua. Mau diterusin gak, Nala? tanya Fitri sambil menggoda lagi. Gw hanya mengangguk.Saat itu Kontolku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo menonton adegan yg sedikit porno, punyagw langsung keras.
Akhirnya Fitri mendekatkan mulutnya ke Kontolku. Dikecupnya ujung Kontolku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana. Nala, punya kamu enak. Bersih serta terawat, ucap Fitri. Geer juga gw dipuji begitu.
Dipegangnya gagang Kontolku, lalu Fitri mulai menjilati Kontolku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Dengan cara reflek gw meronta, melepaskan Kontolku dari mulut Fitri. Kenapa, Nala?, tanya Fitri. Gua gak tahan. Geli banget, sih?, katagw protes. Ya udah, pelan-pelan aja, ya?, kata Fitri. Gw mengangguk lagi. Fitri mulai memperlambat tempo permainannya.
Rasa geli tetap menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa enjoy.Kuperhatikan Fitri menjilati Kontolku, tidak terasa Kontolku segera mengeras. Fitri bahagia sekali menontonnya. Segera dilahap kembali Kontolku itu, hari ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya.
Sekali lagi gw disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tidak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sehari ini kurasakan kenikmatan malam pertama yang tiada tara semacam ini. Ah.., tidak kuasa gw menahan desahanku. Nala, kumasukan ya punyamu?, tanya Fitri. Kelak kamu sakit, gak?, tanyagw. Gw telah tidak dapat menguasai diri lagi.
Ingin sekali rasanya Kontolku dikepit oleh vaginanya. Ya, kalau gw yang ngontrol sih, gak sakit, kata Fitri. Ya udah, kamu yang di atas aja, katagw kepadanya.Fitri segera merubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya Kontolku menuju liang Kontolnya.
Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung Kontolku ke dalam. Terasa sedikit basah serta licin kemaluannya. Didiamkan punyagw di sana utk berbagai saat. Gw diam menantikan. Lalu ditekannya sedikit lagi. Hari ini punyagw masuk lebih dalam serta makin terasa cairan pelicin kemaluannya.
Telah semacamga dari panjang Kontolku yang berada dalam vaginanya. Dirinya diamkan lagi Kontolku di sana berbagai saat. Ia sedikit mengernyit. Sakit?, kutanya. Iya, tapi gak apa2. , jawab Fitri. Kemudian ia mendorong Kontolku makin dalam, hingga akhirnya semua Kontolku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah serta hangat vaginanya. Nikmat serta geli sekali rasanya. Seusai berbagai saat, Fitri mulai menggerakkan pinggulnya naik serta turun.
Ahh.. enak sekali menikmati Kontolku terjepit dalam vagina Fitri. Gerakan pantat Fitri membikin Kontolku terkocok, serta segera gw merasakan kenikmatan yang tiada tara. Fitri pun seolah-olah begitu. Ohh.. ohh.. ohh.. ohh, Fitri mengerang-ngerang.
Fitri terus menggerakan pinggulnya naik serta turun selagi berbagai saat dengan diiringi desahan. Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Tetapi, nyatanya Fitri tidak berhenti begitu saja.
Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, serta terkadang berputar. Semacamnya Fitri sangat menikmati gerakan malam pertama ini, terbukti erangannya terus tidak jarang. Ah.. ah.. ahh.. ahh.., desahnya terus, tanpa henti. Kuremas dengan lembut toket nya, Fitri makin merintih. Sssh.. ssh.. sshh.. enak sekali malam pertama ini.
Makin lama gerakan Fitri makin cepat. Nala, gw mau keluar lagi, Nala.. rintihnya. Gw pun merasa Kontolku berdenyut kencang. Fitri, tolong lepaskan, gw mau keluar, katagw. Gw takut sekali kalau hingga Fitri hamil. Tapi Fitri tidak mau melepaskan Kontolku.
Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya jadi gw tidak dapat melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa Kontolku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya. Aduh, Fitri, jangan.. kelak kamu hamil.., teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar. Tapi semua telah telat. Semua cairanku telah keluar dalam vaginanya.
Nikmat sekali malam pertama ini, tetapi terasa lemas tubuhku setelahnya. Segera otot-otot Kontolku mengerut, serta menjadi kecil kembali.Fitri dengan sedih melepaskan Kontolku. Fitri, kalo kamu hamil gimana, tanyagw dengan setengah takut. Tenang aja, Nala. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak butuh takut, ya?, kata Fitri menenangkan diriku. Kemudian, Fitri segera memijat-mijt Kontolku. Dielus, serta di kulum lagi semacam tadi.
Tak lama, Kontolku segera mengejang lagi. Segera Kontolku dimasukan lagi oleh Fitri ke vaginanya. Kembali Fitri meperbuat gerakan maju mundur tadi. ohh.. ohh.. ohh.. oohh, erangnya. Kuremas lembut toked nya. Ssshh.. sshh.. sshh, begitu terus rintihannya.
Selama berbagai saat Fitri mengocok Kontolku dengan vaginanya, hingga akhirnya ia berteriak. Nala, gw hampir keluar, desah Fitri. Segera Fitri mempercepat gerakannya. Gw pun menolongnya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya.
Ahh.. Nala, gw keluar, desahnya agak keras. Sejenak ia menikmati orgasme malam pertama nya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, serta kukecup keningnya. Kami berpelukan, serta tidur bugil hingga pagi hari.
Alangkah Indahnya Nasib ini dibangun oleh fitri serta gw tidak bakal sempat melupakan kenangan terindah di malam pertama bersama fitri mesikipun saat ini gw gat au beritanya si Fitri ini!
Post A Comment: